FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Strange Fruit Lebih Membumi di EP Kedua

Band yang sempat menjadi bagian dari umat garage rock ini berubah haluan jadi sulit didefinisikan. Di mini album kedua, Strange Fruit menyeimbangkan eksperimen dan struktur lagu konvensional.

Foto merupakan arsip dari band.

Meski terdengar klise, Strange Fruit adalah band yang menolak diklasifikasikan. Strange Fruit memulai karir sebagai sebuah unit garage rock. Musik yang mereka terdengar seragam dengan apa yang dihasilkan band seangkatannya. Beruntung Strange Fruit lekas banting setir. Kini, Strange Fruit adalah kolektif avant-garde yang doyan melakukan eksperimen pada tekstur suara, daripada menulis lagu memakai struktur standar musik rock.

Iklan

Andai lahir di Amerika Serikat, Strange Fruit bakal bernasib macam kebanyakan band indie di sana. Terlupakan dan biasa saja. Untungnya, di Indonesia, apa yang mereka lakukan masih terdengar sangat orisinal. Mereka tak gentar memainkan noise yang memekakkan. Sebuah pilihan berani bagi sebuah band muda yang bisa saja memilih garage rock standar sebagai jalan pintas menjadi populer.

Pilihan estetik ini bukan tanpa masalah. Strange Fruit harus melewati beberapa kali pergantian personel, menyisakan Baldi Calvianca sebagai satu-satunya anggota awal yang masih bertahan. Baldi kini bertanggung jawab penuh atas arah baru yang diambil bandnya. Baldi didampingi drummer Irza Aryadiaz, gitaris Aryanda Kareem, dan basis Nabil Favian.

Eksperimentasi yang dilakukan Strange Fruit dipengaruhi wawasan Baldi yang luas tentang musik bawah tanah. Baldi—saat diwawancara untuk tulisan ini—berkali-kali menyebut nama band antah berantah dari Indonesia atau manca negara sebagai musik yang mempengaruhinya. Baldi juga berprofesi sebagai DJ, kerap memutar musisi dance lokal antah berantah dari dekade 70-an.

Belum jelas apakah semua pengaruh unik itu akan kentara di rilisan terbaru Strange Fruit, sebuah EP bertajuk

The Second Tendency

. Mini album pertama Strange Fruit,

The Dolphin Leap

, adalah kompilasi instrumental yang membenturkan eksperimentasi sound ala artis-artis Perancis dengan band-band garda depan AS seperti Deerhunter. Setelah kenyang melakukan eksperimentasi sound, Strange Fruit kembali mengakrabi struktur musik rock standar.

Iklan

The Second Tendency

kembali memiliki verse dan chorus, sesuatu yang sempat mereka jauhi di karya-karya awal Strange Fruit.

Mood Lagu-lagu dalam EP ini lincah. Lagu-lagu ini tak mau diam. Kami menelanjangi beat lagu-lagu ini sampai hanya menyisakan beat motorik 4/4. Tapi, lagunya tetap terasa melankolik kok," urai Calvianca menggebu-gebu.

"Aku menulis 3 lagu dalam EP ini. Lagu 'Astral Locomotive' punya kegelisahan ala stasiun kereta luar angkasa. Lagu ini saya angkat dari satu cuplikan jamming yang kami lakukan. Dua piano memainkan line melodik yang saling berciuman. Hasilnya, instrumen dalam lagu terdengar sangat halus namun pergerakannya sangat lamban." 'Further East' adalah sebuah lagu tentang bergerak jauh ke timur. Ada kesedihan, kemegahan dan gurun pasir. Ada satu nada yang diulang tiap 8 detik sekali. Jalinan nada ini berfungsi layaknya sebuah pemecah awan."

"Lalu, lagu terakhir, 'Monopolar,' sejatinya cuma tentang mengendarai mobil melewati sebuah terowongan," ujarnya. Keputusan merilis materi yang "konvensional" diambil setelah penggemar Strange Fruit dibuat bingung setengah mati oleh eksperimentasi dalam The Dolphin Leap. Tapi, Baldi tak pernah menyesali pernah merilis The Dolphin Leap. Lagu-lagu rumit penuh kelokan, bagaikan sebuah jamming dadakan, menghapus bersih citra Strange Fruit saat masih memainkan garage rock standar. The Second Tendency sebaliknya, menjadi awal baru bagi band ini. Di album inilah pertama kalinya Strange Fruit rekaman sebagai sebuah band. Tiap anggota Strange Fruit punya andil dalam proses penulis EP terbaru itu. The Second Tendency sepenuhnya direkam di rumah para personel. Tak bisa dipungkiri, ini adalah sebuah bentuk penghematan yang justru membuat proses rekaman berlangsung santai.

Strange Fruit bahkan bisa bekerja sama dengan beberapa musisi lainnya. Dengan santai, Baldi mengaku album terbaru Strange Fruit banyak dipengaruhi penganan Perancis dan bir Jerman—sebuah lelucon menyinggung penghematan yang mereka lakukan selama merekam EP kedua Strange Fruit. "Album ini bikin kerasan seperti di rumah sendiri," kata Calvianca. "Lagu-lagunya terdengar ringan, seperti jamming yang dilakukan santai."

Tetap saja, layaknya seorang yang malas bersinggungan dengan hal-hal "konvensional, " Baldi segera memberondongkan serangkaian kata yang menurutnya menggambarkan bunyi-bunyi dalam The Second Tendency. "Kebahagiaan, Kesedihan, mimpi, realitas, luka, kesedihan," ujarnya. "Lalu kebahagiaan."