Feminisme bukan produk barat, timur atau apalah itu. Perempuan di seluruh dunia telah memperjuangkan haknya untuk diperlakukan setara sejak dulu kala. Itulah mengapa kita sebaiknya menghargai perempuan di setiap kesempatan, bukan hanya ketika memperingati Hari Perempuan Internasional saja.
Banyak hal bisa dilakukan untuk menghormati dan mengakui keberadaan mereka, bahkan sekecil nonton film tentang perempuan sekalipun.
Videos by VICE
Sembilan film Netflix yang direkomendasikan dalam artikel ini mengangkat permasalahan yang sudah menjadi santapan sehari-hari perempuan di manapun mereka berada. Isunya sendiri relevan dengan situasi di tempat film dibuat. Beberapa bahkan mempertontonkan betapa perempuan sosok yang hebat dan keren abis, jauh dari gambaran stereotip makhluk lemah.
Kapan lagi, kan, kita bisa mendukung pemberdayaan perempuan sambil rebahan?
Simak daftarnya berikut ini:
Ixcanul (Guatemala)
Ixcanul mengangkat kisah penduduk asli Guatemala yang jarang tersorot media. Menariknya lagi, film ini dibintangi aktor dan aktris asal suku Maya Kaqchikel dan menggunakan bahasa ibu mereka. Ixchanul mengikuti tokoh utama María, perempuan 17 tahun yang akan dinikahkan dengan duda tua beranak tiga.
María tidak mencintai calon suaminya. Hatinya malah terpincut pada Pepe, petugas perkebunan yang usianya tak berbeda jauh. Dia berhubungan seks untuk pertama kalinya dengan Pepe. Ketika mengetahui dirinya hamil, María yakin ini bisa menggagalkan perkawinan paksa. Sayang sekali, Pepe tidak bertanggung jawab. Dia kabur dan meninggalkan María menghadapi pernikahan yang tak diinginkan dengan anak dalam kandungannya.
Filmnya tidak berakhir bahagia, tetapi menyorot masalah nyata yang dihadapi perempuan di sana.
Queen (India)
Rani adalah perempuan Punjabi asal Delhi yang tengah mempersiapkan pesta pernikahannya dengan Vijay. Sehari sebelum hari H, tunangannya itu mengajak dia bertemu dan mengungkapkan belum siap menikah. Vijay mengaku sudah “berubah”, dan Rani tidak salah apa-apa di sini. Dia ingin mengakhiri hubungan ini karena alasan pribadi. Dia bilang sedang sibuk berbisnis dan bepergian, sehingga tak ada waktu untuk punya istri saat ini.
Meski sedih dan kecewa, Rani hanya butuh semalaman meratapi pernikahannya yang gagal. Dia memutuskan melanjutkan liburan honeymoon ke Paris dan Amsterdam sendirian. Rani amat menikmati liburannya. Di sana, dia mendapat banyak teman baru. Beberapa di antaranya yaitu perempuan yang bekerja di hotel Paris dan tiga laki-laki yang satu hostel dengan Rani selama di Amsterdam. (SPOILER) Dari petualangannya bersama teman baru mengunjungi kelab, toko perlengkapan seks dan kompetisi masak-masak, Rani menjadi lebih percaya diri untuk menolak dan menyingkirkan mantannya jauh-jauh dari kehidupannya.
Aquarius (Brasil)
Aquarius menceritakan tentang Clara, penyintas kanker 65 tahun yang menolak disogok atau diusir dari apartemen Recife demi alasan gentrifikasi. Developer berencana menggusur rumah Clara, dan menyulapnya menjadi bangunan komersial megah. Mereka melakukan segalanya untuk mengenyahkan perempuan itu, seperti menyebarkan rayap dan menyewa apartemen tetangga untuk mengadakan pesta seks. Hasilnya? Clara ngotot tinggal di sana.
Much Loved (Maroko)
Mengisahkan empat pekerja seks di Maroko, penayangan Much Loved dicekal karena “merusak nilai moral dan martabat perempuan Maroko serta reputasi negara” ketika pertama kali dirilis.
Namun, pembuat film Nabil Ayouch berharap Much Loved dapat mendesak negara untuk menghadapi dua alasan mendasar perempuan Maroko terjerumus ke pusaran prostitusi (kurangnya kesempatan kerja yang setara, perceraian, menjanda, dll.) dan lingkungan tidak bersahabat yang dihadapi pekerja seks.
Tak lama setelah pejabat negara mengutuk Much Loved, pemerintah merilis statistik resmi tentang pekerja seks. Bisa dibilang, ini pertama kalinya “pemerintah mengakui keberadaan industri seks di Maroko”. Banyak yang percaya statistiknya dirilis untuk menanggapi Much Loved atau Zin Li Fik dalam bahasa Arab Maroko.
Okja (Korea Selatan/Amerika)
Okja adalah film propaganda vegetarian yang menyayat hati. Film ini bercerita tentang seorang gadis muda yang gigih berkeliling dunia untuk menyelamatkan Okja, babi peliharaan yang akan dibawa ke tukang jagal.
Di sepanjang perjalanan, dia menemukan berbagai rintangan yang bertujuan menghentikan misi penyelamatan peliharaan kesayangannya. Dia berhasil melewati semuanya demi membawa Okja pulang secara utuh.
Difret (Etiopia)
Difret diangkat dari kisah nyata Aberash Bekele yang membunuh lelaki dalam upaya membela diri setelah diculik dan diperkosa. Diceritakan menggunakan tokoh fiktif Hirut Assefa, film ini mengikuti jalan persidangan Aberash sampai akhirnya dia menang berkat bantuan Meron Getne (penggambaran pengacara dan pendiri Asosiasi Pengara Perempuan Etiopia (EWLA) Meaza Ashenaf). Persidangan ini menetapkan preseden hukum dengan melarang penculikan pengantin anak.
Difret ditulis dan disutradarai oleh Zeresenay Berhane Mehari dari Etiopia, dan Angelina Jolie turun tangan sebagai produser eksekutif. Filmnya dirilis bersamaan dengan kampanye edukasi yang mengajak orang mendukung dan melindungi perempuan Etiopia.
I Am Not Madame Bovary (Cina)
Film indie Cina berjudul I Am Not Madame Bovary mengisahkan tentang Li Xuelian setelah perceraiannya. Dia dan suami menyepakati perceraian ini untuk melemahkan hukum Cina yang melarang pasutri membeli lebih dari satu properti. Akan tetapi, mantan suami Li menikah lagi tak lama setelah perceraian logistik mereka. Dia men-slut shaming Li dan mengatakan perceraian mereka tak ada hubungannya dengan melemahkan hukum properti.
Li marah mendengarnya. Dia menghadap pihak berwenang untuk membatalkan perceraiannya agar dia bisa melakukannya kembali dengan “benar”. I Am Not Madame Bovary mengikuti perjalanan Li melewati birokrasi Cina untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ketegangannya semakin memuncak ketika dia berhadapan dengan korupsi dan pelecehan seksual oleh kenalan lama. Pada akhirnya, Li membayar orang untuk membunuh mantan suaminya.
Dukhtar (Pakistan)
Dalam Dukhtar, pembuat film Afia Nathaniel membuktikan ibu benar-benar seorang pahlawan super yang kita butuhkan.
Di saat komunitas tengah mengatur perjodohan antara Zainab yang masih 10 tahun dan pemimpin desa, Allah Rakhi memutuskan tidak akan membiarkan putrinya menderita dalam pernikahan anak seperti yang dialaminya dulu. Dia mengajak Zainab kabur dari desa di pegunungan Pakistan, dan mempertaruhkan nyawanya demi melindungi masa depan sang buah hati.
Girlhood (Prancis)
Film yang diluncurkan pada 2014 ini menceritakan tentang Marieme, gadis remaja 16 tahun yang tinggal di pinggiran Paris. Diajak bergabung menjadi anggota geng cewek, dia berhasil menemukan kebebasannya. Kita bisa menyaksikan perjuangan Mariame membangun identitasnya sebagai perempuan muda, serta menghadapi saudara laki-lakinya yang abusif. Dia juga tampak berpacaran dengan lelaki tua.
Girlhood mengusung tema persahabatan, masa remaja, seksualitas, dan kemiskinan. Selain itu, filmnya juga menggambarkan bagaimana ras dan gender membentuk pengalaman masing-masing tokoh.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.