Lingkungan

Ide Pemerintah Bikin Taman Atraksi Komodo Ala 'Jurassic Park' Picu Kontroversi

Sebagian warga NTT menolak, sementara pegiat lingkungan mengkhawatirkan dampak proyek senilai Rp69,96 miliar itu terhadap konservasi Taman Nasional Komodo.
Ide Pemerintah Bikin Taman Atraksi Komodo Ala 'Jurassic Park' di Pulau Rinca NTT Memicu Kontroversi
Komodo yang hidup di Pulau Rinca, foto oleh Romeo Gacad / AFP 

Sejak pertama kali dicetuskan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan pada 2019, gagasan mengubah Pulau Rinca di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, menjadi atraksi wisata premium melaju tanpa hambatan. Kebijakan yang didorong pemerintah pusat agar diadopsi pemerintah Nusa Tenggara Timur ini belakangan memicu kontroversi.

Sebagian warga, termasuk para pemandu wisata, tidak setuju bila Rinca benar-benar akan dipugar menjadi mirip konsep film fiks ilmiah Jurassic Park. Sementara pegiat lingkungan menyorot dampak negatif proyek senilai Rp69,96 miliar tersebut pada konservasi komodo yang jadi atraksi utama kawasan wisata ternama itu.

Iklan

Sebab, target utama taman Jurassic Park ini adalah wisatawan kapal pesiar, yang dikhawatirkan akan merusak kondisi perairan di Labuan Bajo, serta menghilangkan keindahan alami di kawasan TN Komodo.

Pada 9 September 2020, fase awal pembangunan taman Jurassic Park di Rinca resmi dimulai. Akun Instagram arsitek Yori Antar dari PT HAN AWAL, yang ditunjuk Kementerian Pekerjaan Umum merancang taman tersebut, mengunggah beberapa video konsep pembangunan taman. Dalam video itu, soundtrack Jurassic Park yang digubah komposer John William turut digunakan untuk menambah suasana dramatis.

Sejauh ini belum ada target kapan taman ala Jurassic Park ini selesai pembangunannya. Taman tersebut akan dikelola swasta bersama pemerintah, dengan Kementerian PUPR sebagai penanggung jawabnya. Taman ini akan memiliki luas 1,3 hektar.

Ada lebih dari 4 ribu komodo yang hidup di Rinca, dan pulau-pulau lain di area taman nasional. Namun, rencana pemerintah pusat ini, yang kemudian didukung Pemprov NTT, dipertanyakan pegiat lingkungan.

Sebab, proses pembangunan resor mewah di Rinca akan melibatkan alat berat, yang diyakini merusak sebagian wilayah hutan selama prosesnya. Selain itu, ekosistem bisa jadi timpang, karena yang dipikirkan pemerintah hanya komodo. Padahal taman nasional itu merupakan wilayah endemik bagi berbagai spesies lain.

Aliansi masyarakat sipil NTT yang menolak pembangunan di Taman Nasional Komodo tiga kali melayangkan protes kepada pemerintah, termasuk DPR dan DPRD, namun tidak direspons sama sekali.

Iklan

“Taman Nasional Komodo harus dilihat sebagai satu kesatuan ekosistem. Bagaimana mungkin di Rinca dirancang bangunan yang semewah-mewahnya, sementara di Pulau Komodo dibuat seolah-olah harus alamiah, padahal kedua pulau itu sama-sama habitat komodo?” kata Gregorius Afioma dari lembaga swadaya masyarakat 'Sunspirit for Peace and Justice' saat diwawancarai ABC.

Salah satu pemandu wisata di Labuan Bajo, Florianus Nandi, menyatakan para pekerja industri pariwisata setempat menilai porsi pembangunan taman atraksi di Rinca akan merusak pemandangan alami TN Komodo. Sebab kini mulai banyak kapal berlabuh membawa alat berat ke Rinca, serta mengeruk pasir. “Banyak pelaku wisata yang menolak pembangunan sarana dan prasarana yang dibangun di Rinca,” kata Nandi kepada Detik.com.

Sementara Akbar Allayubi, warga yang tinggal di Pulau Komodo, mempersoalkan cara pemerintah pusat ngotot mengubah Rinca tanpa audiensi dengan penduduk setempat. “Yang kami pahami soal konservasi adalah wasiat leluhur yang mengajarkan bahwa komodo dan ekosistemnya adalah saudara kami,” kata Akbar.

Ilmuwan sendiri mengkhawatirkan taman atraksi ini dapat mengubah tabiat komodo di alam liar. “Dengan konsep yang sekarang… turis datang langsung ke tempat di mana komodo berada, sehingga mengubah behaviour komodo, itu juga menurut saya kurang bagus,” kata Jatna Supriatna, akademisi di Jurusan Biologi Universitas Indonesia.

TN Komodo sejak lama digadang-gadang pemerintah dapat menjadi “Bali Baru”. Ambisi itu, misalnya, dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 2019, yang berharap Rinca bisa menarik lebih banyak wisatawan asing dengan cara sarana prasarananya diperbaiki.

Akan tetapi ambisi menggenjot turis asing itu terhambat akibat pandemi corona. TN Komodo termasuk yang mengalami imbas negatif. Kepada VICE News, juru bicara Taman nasional Komodo menyatakan bahwa kunjungan selama pandemi dibatasi. Saat ini, maksimal hanya 25 orang yang diizinkan berkunjung ke Rinca dan sekitarnya melihat komodo, itupun harus mendaftar jauh-jauh hari lewat travel agent.

Pengelolaan TN Komodo kerap memicu perdebatan, karena ada tegangan antara kepentingan konservasi dengan menambah jumlah wisatawan. Gubernur NTT Viktor Laiskodat sempat mengusulkan biaya masuk lebih mahal untuk menyaring wisatawan ke Rinca dan sekitarnya. Kementerian Pariwisata tidak merespons permintaan VICE News terkait kontroversi proyek pengembangan Rinca menjadi taman atraksi mirip Jurassic Park.