hubungan dan percintaan

Kalau Pasanganmu Hobi Pamer Hubungan di Medsos, Apakah Itu Tanda Insecure?

Sejumlah pakar hubungan beranggapan keinginan “mengklaim” pasangan di medsos dapat didasari perasaan tidak aman dalam hubungan. Tapi apakah kenyataannya selalu begitu?
Makna pasangan hobi pamer kemesraaan di medsos menurut psikolog indikasi rasa insecure
Foto ilustrasi via Pexels

Hubunganmu dengan pacar masih hangat-hangatnya, baru jalan beberapa bulan. Ke mana-mana selalu berdua. Album di ponsel penuh foto mesra bersama kekasih. Berulang kali si doi tampak kebingungan memilih foto yang bagus dipamerkan ke Instagram, dan meminta saran caption untuk menyertainya. Di sela-sela kencan pun, kalian berdua mesti sadar kamera hingga mendapatkan hasil yang sempurna buat dijadikan Reel.

Iklan

Hanya saja, kamu tak pernah membayangkan hubungan akan berjalan seperti ini. Pasangan mungkin sedang bucin total dan mereka sebatas mengungkapkan kebahagiaan lewat konten Instagram. Namun, ada kalanya kamu merasa risi kehidupan pribadimu dengannya terlalu diumbar. Kamu tak yakin harus bagaimana mengekspresikan ini karena tidak mau melukai hatinya. Apa yang sebaiknya kamu katakan kepada pasangan tanpa merusak hubungan yang baru terjalin? Kamu juga bingung mengapa dia begitu ngotot “meresmikan” hubungan di media sosial.

Bagi Riya, perempuan 32 tahun yang bekerja di toko pakaian, alasannya memamerkan kemesraan di medsos yaitu untuk memastikan pasangan tidak selingkuh. Pengalaman buruk di masa lalu membuatnya sulit percaya pada laki-laki.

“Saya ogah mengencani cowok mata keranjang,” tandasnya saat dihubungi VICE.

Bagaimana bila suatu saat nanti asmaranya kandas? Seperti apa nasib semua kenangan visual itu? Riya mengaku akan membiarkannya tetap tayang di profil medsos sebagai pengingat. “Ini sama seperti saat kamu mencoba menyembunyikan bekas luka di tubuh.”

Pertanyaannya, apakah kebiasaan mengumbar hubungan selalu disebabkan oleh pengalaman kurang menyenangkan atau rasa tidak aman lainnya? Konselor hubungan Ruchi Ruuh justru berkata sebaliknya. Menurut Ruuh, ada orang yang memang bangga dengan pasangannya dan ingin dunia tahu betapa bahagianya mereka.

“Hanya orang-orang yang mantap hatinya yang siap membagikan momen bahagia mereka di medsos — mereka tidak takut akan tersaingi, dihakimi atau tidak disetujui hubungannya,” terang Ruuh. “Berbagi [momen penting] dalam hidup termasuk kebutuhan dasar manusia.”

Iklan

Ruuh mengatakan, kemungkinan ada yang tidak beres dengan pasangan apabila mereka memamerkan setiap aspek kehidupannya, tapi enggan melakukan hal serupa ketika berkaitan dengan percintaan. Ketidaksiapan ini bisa muncul karena mereka khawatir mantan, atau orang lain yang sedang mereka dekati, akan melihat fotonya. “Perilaku ini terkadang menandakan pasangan belum siap berkomitmen, tapi mereka sering memberikan janji manis.”

Penelitian yang dilaksanakan oleh Universitas Northwestern di Illinois, Amerika Serikat, mengamati kebiasaan 108 pasangan kekasih yang memamerkan hubungan di Facebook. Hasilnya menunjukkan, orang kerap mengumbar kemesraan ketika hubungan mereka memunculkan rasa tidak aman.

Mohit, software engineer yang berusia 27 tahun, sangat memahami perasaan ini. Dia rajin mengunggah foto bersama pasangan sebagai bentuk mengamankan hubungannya. “Saya bisa merasakan hubungan kami telah berantakan. Dia jarang komunikasi, bahkan tidak pernah berhubungan intim denganku. Tapi dia juga enggan mengakhiri hubungan kami,” tuturnya. “Saya ingin memastikan dia masih menjadi milikku, makanya saya secara agresif memposting foto lama kami saat liburan ke InstaStory.”

Hal ini disebut “mate-guarding”, yang berarti Mohit berusaha mengklaim pasangan sebagai miliknya agar tidak direbut orang lain. Akan tetapi, alih-alih mempererat hubungan, tindakannya justru membuat pasangan muak dan ilfil. “Dia bilang merasa kewalahan dan tidak bisa mengikuti caraku mengungkapkan cinta. Kami putus seminggu kemudian.”

Iklan

Sementara itu, bagi pasangan dalam hubungan yang menurut masyarakat tidak sebagaimana mestinya — misalnya beda agama — mereka khawatir akan dihakimi atau bahkan menjadi korban kekerasan oleh orang-orang yang menolak jenis hubungan mereka. VICE sebelumnya telah menerbitkan artikel tentang pernikahan beda kasta di India. Jagisha Arora, jurnalis berusia 29, mengaku sering menerima komentar bernada kebencian setiap kali mengunggah foto bersama suaminya, yang berasal dari kasta rendah. “Beberapa hari lalu, ada yang berkomentar kalau suami bisa beruntung mendapatkan perempuan kasta atas sepertiku melalui reservasi,” ungkapnya.

Psikoterapis Syeda Ruksheda mengutarakan ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi ketidaksiapan seseorang meresmikan hubungan di medsos. Perbedaan keyakinan, kasta dan kelas bisa menjadi alasan mereka menyembunyikan hubungan. “Banyak hal bergantung pada konteks budaya dan asuhan — kamu mungkin berasal dari keluarga liberal, tapi belum tentu pasangan sama sepertimu. Kamu juga perlu mempertimbangkan itu,” jelas Ruksheda.

Dia menambahkan, hubungan yang sehat dilandasi rasa saling percaya yang kuat. Kamu harus “memercayai” alasan pasangan tidak mau membagikan hubungan di internet. “Ketika pasangan memberi jawaban yang tidak sesuai dengan keinginanmu, apakah kamu bisa memercayai alasan mereka? Sebagai orang dewasa dalam hubungan konsensual, kamu perlu memahami pentingnya mendapat persetujuan dari pasangan sebelum melakukan sesuatu. Jika kamu merasa harus mengumumkan hubungan di medsos, maka kamu perlu memikirkan alasan kenapa kamu merasa seperti itu.”

Follow Arman di Instagram dan Twitter.