Opini

Kenapa Sih Kita Bisa Marah Ketika Di-unfollow Orang?

Padahal saling follow akun medsos tidak menandakan kedekatan di dunia nyata. Jadi buat apa mempermasalahkan keputusan orang meng-unfollow kita?
jesy nelson unfollow instagram
Ilustrasi oleh VICE

Kamu merasa sudah akrab dengan seseorang di Twitter. Kalian berdua pernah ngobrol di DM, menyukai postingan satu sama lain, meninggalkan komentar atau saling nge-tag konten meme. Tapi suatu hari, kamu kehilangan satu follower dan mencari tahu siapa yang berhenti mengikuti akunmu. Kamu kaget bukan kepalang saat melihat nama sohib internet terpampang di situs pelacak unfollower. Kamu pun bertanya-tanya mengapa mereka tak mau lagi berteman denganmu di media sosial. Apakah kamu pernah melakukan kesalahan? Adakah twit kamu yang menyinggung mereka? Atau ada alasan lain yang mendorong mereka untuk memencet tombol unfollow?

Iklan

Langkah kalian selanjutnya mungkin meng-unfollow balik, atau mengonfrontasi orang itu. Dengan meningkatnya waktu yang kita habiskan di internet, serta kaburnya batasan antara dunia maya dan nyata, tindakan unfollow seakan menjadi masalah serius.

Ada banyak alasan untuk berhenti mengikuti atau berteman dengan seseorang di medsos. Dari hal sesimpel tidak terlalu kenal sampai ingin membuat TL bersih dan damai dari mutual yang menjengkelkan. Bisa juga kalian merasa sudah tidak sedekat dulu atau jarang mengobrol dengan mereka, sehingga tidak ada alasan untuk tetap mengikutinya.

Clarke dari London, misalnya, meng-unfollow sejumlah orang dan bekas teman kuliah yang menurutnya “berisik” di medsos. “Gue kira enggak akan jadi masalah karena kami memang enggak sedekat itu dan mungkin gak bakal bertemu lagi,” terang lelaki yang bekerja sebagai copywriter. Ternyata dia salah besar. Orang itu bertanya kenapa di-unfollow saat menghadiri pesta pernikahan teman. Clarke tak pernah menyangka akan menghadapi pertanyaan semacam itu.

“Gue enggak bisa berhenti memikirkannya. Beberapa orang terlalu serius main medsos, jadi sekarang gue lebih pilih nge-mute akun mereka daripada unfollow. Gue yakin banyak yang nge-unfollow akun gue selama ini… tapi gue biasa-biasa aja. Gue sadar gue enggak sempurna.”

Lain ceritanya dengan artis. Di dunia mereka, meng-unfollow seleb lain merupakan langkah yang besar. Sementara kita-kita berhenti mengikuti mutual karena terganggu dengan postingan mereka yang “nyampah”, orang terkenal melakukannya sebagai bentuk berakhirnya suatu hubungan atau karena terlibat masalah. Memencet tombol unfollow merupakan pilihan terakhir mereka. Skandal paling panas yaitu sewaktu James Charles bertengkar dengan beauty guru Tati lebih dari dua tahun lalu. Selebritas dan influencer berbondong-bondong meng-unfollow sang YouTuber setelah Tati menyindirnya lewat video, tak mau menganggapnya sebagai bagian dari mereka lagi. Siapa meng-unfollow siapa bahkan telah menjadi ladang gosip. Tindakannya mungkin terlihat sepele, tapi konteksnya — siapa yang melakukannya, dan siapa yang menyaksikannya — mengubah segalanya ketika dunia mengenal kalian.

Iklan

Saat menyadari telah di-unfollow, orang-orang biasanya akan penasaran postingan mana yang bikin mereka kesal atau muak. Setidaknya itulah alasan Ryan setiap berhenti mengikuti seseorang di Twitter. “Kalau ada postingan orang yang nyeleneh, gue biasanya mikir, ‘Buat apa gue follow orang ini?’” Walau harus diakui, ada kalanya kita meng-unfollow seseorang karena tidak sengaja atau terjadi kesalahan teknis.

“Gue enggak masalah [kalau ada yang unfollow] karena biasanya mereka bukan teman dekat, baik di dunia nyata maupun ‘online’. Tapi pernah ada yang nge-unfollow gue, padahal gue senang mengobrol dengannya. Ternyata gue enggak sengaja nge-unfollow dia, dan dia hanya membalasnya,” kenang Ryan. Dia memberanikan diri untuk bertanya alasan kenapa di-unfollow, mirip teman sekelas Clarke. “Agak lebay sih, tapi seenggaknya meluruskan kesalahpahaman.”

Kebenaran yang sering terulang tapi akurat dari masalah ini adalah kita menghabiskan begitu banyak waktu di internet, sehingga mengubah pandangan kita tentang hubungan IRL. Kapan terakhir kali kalian merasa ditolak mentah-mentah oleh teman dekat di dunia nyata? Kemungkinan besar itu hampir tidak pernah terjadi. Namun, begitu kita membahas pertemanan di internet, setiap hal kecil dari keberadaan digital kita — unfollow, komentar setengah hati, atau pesan cuma dibaca — menciptakan rasa penolakan yang langka itu. Rasanya sangat menindas ketika keberadaan kita tidak dianggap; sikap-sikap macam unfollow atau unfriend memiliki arti yang tegas.

Kita menyadari betapa menyebalkannya diri kita di internet. Sering nge-twit gaje, berkomentar tanpa pikir panjang, atau terlalu mengumbar kehidupan pribadi di medsos. Tapi kita kerap lupa bahwa semua orang bisa melihat postingan-postingan kita, baik itu orang dekat, kenalan maupun orang asing yang tidak pernah kita temui di dunia nyata. Setiap orang yang mengikuti akun kita berhak memilih untuk menyingkirkan kita dari feed mereka, begitu juga sebaliknya. Loyalitas yang dibentuk secara online memang bisa memperkuat hubungan dunia nyata, tapi itu tidak dapat dijadikan landasan.

Selain itu, tak ada tragedi yang lebih besar di dunia ini selain orang-orang membosankan. Bersyukurlah jika kalian tampak sangat menyebalkan sampai-sampai orang lelah dengan kelakuanmu di internet. Tapi tolonglah, jangan mengejar mereka yang mengeluarkan kalian dari sirkel pertemanan online-nya. Berbaik hatilah pada dirimu sendiri. Ada banyak hal yang lebih penting di dunia ini daripada ribut sama orang yang nge-unfriend kita.