Manusia Selangkah Lebih Maju Menjadi Cyborg
Foto oleh Annie Collingde

FYI.

This story is over 5 years old.

teknologi

Manusia Selangkah Lebih Maju Menjadi Cyborg

Liviu Babitz asal AS layak disebut cyborg dalam arti sebenarnya. Dia ingin teknologi cyborg bisa diakses orang sebanyak-banyaknya.

Artikel ini sebelumnya tayang di VICE Magazine edisi Februari 2017 yang membahas topik 'THE FUTURE OF TECH ISSUE'.

Dua tahun lalu, Liviu Babitz dikenal sebagai Carlos. Hidup menyamar sebagai kepala operasi organisasi Videre Est Credere, dia mendesain dan mengatur distribusi kamera tersembunyi yang bisa digunakan warga merekam bermacam momen, terutama aksi pelanggaran HAM. Dalam bahasa Latin, Videre Est Credere berarti "untuk percaya, kita harus melihat."

Iklan

Kini, Babitz mendesain indera artifisial untuk Cyborg Nest, perusahaan yang ikut dia dirikan 2015 lalu di Arizona, Amerika Serikat. Cyborg Nest adalah perusahaan pertama yang mencoba membuat proses manipulasi tubuh menjadi sesuatu yang komersil. Melalui penemuan mereka, dia berharap fenomena yang tidak kasat mata, seperti medan magnet dan frekuensi suara yang tidak terjangkau oleh kuping manusia bisa dideteksi oleh tubuh nantinya.

Desember 2016, Babitz memasang North Sense—salah satu indra artifisial pertama karya perusahaan—ke dadanya. North Sense berfungsi sebagai kompas digital yang bergetar setiap kali penggunanya menghadap ke kutub magnet Bumi. Ratusan orang telah memesan alat seharga Rp4,6 juta ini—berbentuk USB anti-air yang bisa diisi ulang—secar online. Pemasangan dan pengiriman alat itu ke konsumen baru akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan. Babitz percaya suatu hari nanti—tepatnya tidak lama lagi—semua umat manusia akan menjadi cyborg.

VICE: Di ponsel juga ada kompas. Kenapa harus dipasang di tubuh sih?
Liviu Babitz: Kan sampai sekarang kompas masih dilihat sebagai alat. Kalau mau dipake, tinggal dipake, kalau enggak, ya enggak. Nah, North Sense ini kan selalu akan jadi bagian dari tubuh anda. Manusia kan gak mungkin ninggalin mata atau kupingnya di rumah. Mereka selalu ada, ngasih input ke otak. Ini adalah proses aliran informasi yang konstan. Nah faktor inilah yang bikin North Sense beda dengan kompas biasa. Kan manusia mengingat sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat atau cium, nah dengan North Sense anda akan mulai mengingat hal-hal berdasarkan orientasi tubuh terhadap kutub magnet Bumi. Otak anda akan mulai melekatkan informasi ini sebagai bagian dari persepsi realitas.

Iklan

"Generasi kita masih menganggap teknologi akan menghancurkan kemanusiaan. Namun sekarang kita mulai mengerti bahwa teknologi justru berpeluang menyelamatkan."

Selain memori, apakah North Sense bisa mempengaruhi persepsi pengguna dalam bentuk lain?
Bagi beberapa orang, North Sense akan memberikan pengertian lingkungan fisik yang lebih baik—di mana mereka tinggal, konsep ruang, jarak. Bagi orang lain, North Sense dapat mempengaruhi cara mereka bermimpi. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia kita mempunyai panca indra baru, jadi waktulah nanti yang akan menentukan seperti apa efeknya. Di sini yang penting bukan teknologinya, tapi bagaimana teknologi baru ini akan digunakan. Ini perubahan yang radikal.

Tapi kan dengan mata atau telinga kita bisa mengambil berbagai macam informasi. Sementara dengan North Sense, cuma ada proyeksi biner.
Itulah alasan kenapa North Sense dipilih sebagai produk pertama: karena tipe inputnya yang simpel. Kalau misalnya anda memasang lengan bionik, otak anda pasti tidak akan terbiasa awalnya. Sama dengan panca indera. Ini bukan kayak Oke, sekarang gue udah punya North Sense, besok gue bisa hafal peta kota London di luar kepala. Otak anda membutuhkan proses untuk terbiasa dengan alat ini. Kalau alatnya dicopot pasang, otak anda akan mulai dari titik nol lagi.

Anda menjual alat ini sebagai "indra keenam," bentuk evolusi teknologi yang justru mendekatkan manusia dengan alam, bukan menjauhkan. Apakah ini masa depan teknologi?
Satu pertanyaan yang orang selalu tanya adalah,"Jadi kalian ingin mengganti manusia dengan robot?" Jawabannya adalah: Tidak. Saya suka tubuh manusia, eksistensi manusia, dan terutama otak manusia. Saya ingin mengeksplor dan meningkatkan kemampuan manusia, bukan mengganti.

Menurut anda, apakah orang-orang masih takut dengan teknologi?
Generasi kita masih menganggap teknologi sebagai sesuatu yang akan menghancurkan kemanusiaan. Namun sekarang kita mulai mengerti bahwa teknologi justru berpeluang menyelamatkan, membantu dan meningkatkan manusia. Memang beberapa teknologi kita terlalu sering gunakan, tapi ya ini proses belajarnya.

Menurut saya, seiring waktu orang akan berhenti melihat rekayasa tubuh sebagai bentuk kegiatan yang aneh dan menyadari bahwa ini adalah eksperimen-eksperimen yang penting bagi umat manusia.

Beberapa bulan yang lalu, World Economic Forum merilis artikel yang mengatakan bahwa di tahun 2020, antena terpasang di kepala manusia akan menjadi hal yang umum. Teknologi semacam ini sangat mudah dilakukan—ini bukan sekedar mimpi belaka. Ini masalah bagaimana kita memutuskan untuk menggunakan teknologi tersebut.

Di Videre Est Credere, anda menggunakan kamera pengawas agar semua orang bisa diminta pertanggung jawabannya, tapi ini mungkin juga bisa digunakan untuk hal-hal negatif. Apakah teknologi bisa berakhir buruk bagi manusia?
Sebuah komputer atau ponsel yang memiliki kamera, GPS, mikrofon, speaker bisa melacak apapun yang anda lakukan. North Sense tidak dilengkapi dengan memori dan tidak terhubung dengan jaringan apapun. Saya juga tidak bisa bertanggung jawab akan nilai-nilai kami dan apa yang akan terjadi dalam industri. Dalam setiap langkah yang diambil, kita harus sadar bahwa teknologi bisa digunakan untuk hal-hal yang buruk. Kami tidak ingin membuat semacam monster yang justru malah akan membantu pihak-pihak tidak bertanggung jawab.