Kopi Luwak Imitasi Menjamur di Vietnam, Menyebar ke Pasar Global
Deretan kopi 'luwak' Legendee di kafe Trung Nguyen. Foto oleh Patti Sica.

FYI.

This story is over 5 years old.

Kopi

Kopi Luwak Imitasi Menjamur di Vietnam, Menyebar ke Pasar Global

Kopi unggulan Indonesia ini memperoleh pesaing yang menjual dengan harga sangat murah tapi rasanya mirip. Para pengusaha nakal mempekerjakan ilmuwan buat meniru rasa kopi luwak.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES.

Kafe Trung Nguyen di pusat Kota Hanoi ditata seolah-olah sebagai kuil kopi luwak. Trung Nguyen bisa dibilang Starbucks-nya Vietnam: merk kopi dalam negeri terbesar dan produk-produknya tersebar di puluhan negara, termasuk Amerika Serikat. Perusahaan tersebut mempekerjakan sekelompok ahli kimia untuk meniru rasa kopi luwak, kopi yang diproses lewat sistem pencernaan hewan luwak. Mereka menyebut kopi imitasi ini Legendee. Legendee dijual dalam kotak-kotak yang dirancang dengan serbuk kayu palsu berwarna emas-kekuningan, ditempatkan di bawah konter kaca di kafe itu. Setiap kotak dijual seharga US$ 50 (setara Rp 665.000). Ketika kami bertanya apakah boleh memotret paduan kopi mereka, salah satu barista langsung memasang wajah dramatis seakan-akan konter kaca itu adalah konter perhiasan. Sebuah tembok lainnya menampilkan kotak-kotak Legendee lebih besar yang terbuka seperti koper dan berisi perkakas menyeduh kopi. Menurut saya, itu kelihatan seperti kitak perkakas opium. Tembok lainnya dipenuhi oleh mural foto Legendee yang menampilkan keluarga Barat yang amat necis berjalan ke arah pesawat pribadi. Bagian lain pada bawah iklan ini adalah helikopter mendarat yang terlihat mirip helikopter militer simbol keterlibatan Amerika Serikat di Perang Vietnam. Semua ini dibuat untuk kopi pup luwak palsu. Kok bisa? Kopi Luwak, menurut catatan sejarah, muncul di akhir 1700-an ketika Pemerintah Kolonial Hindia Belanda melarang warga di pulau Jawa dan Sumatra mengonsumsi hasil perkebunan yang mereka tanam sendiri, mencakup teh hingga kopi. Akhirnya buah kopi yang jatuh lebih sering dimakan luwak. Luwak buang air di dekat pohon-pohon kopi, sementara biji kopi di tai luwak terlihat relatif bersih mengkilat, seperti granola bar. Penjajah Belanda cuma melarang penduduk memungut buah kopi yang utuh, kalau posisinya sudah dalam tai, dibiarkan saja. Terbersitlah ide membersihkan biji kopi di tai luwak tadi, memanggang biji-biji tersebut, sehingga lahir kopi luwak pertama sepanjang sejarah. Proses pencernaan si luwak ternyata membuat kopi terasa lebih halus dan ada aroma cokelatnya. Setelah metode itu populer di Hindia Belanda, kopi luwak segera dikembangkan di Filipina dan Vietnam, di mana luwak dianggap hama oleh petani lokal. Di Vietnam, menurut sejarah, para petani membunuh luwak dan memanggang buah kopi yang ditemukan dalam perut luwak setelah dibelek. Setelah metode itu populer di Hindia Belanda, kopi luwak segera dikembangkan di Filipina dan di Vietnam, di mana luwak dianggap hama oleh petani lokal. Di Vietnam, menurut sejarah, para petani membunuh luwak dan memanggang buah kopi yang ditemukan dalam perut luwak setelah dibelek. Dekade 1980-an hingga awal 1990-an, orang Barat tajir mulai menjajal kopi luwak. Seperti yang selalu dilakukan orang kaya manapun, mereka segera keranjingan. Mereka menganggap seduhan kopi luwak sebagai minuman eksotis.

Iklan

Luwak Pandan penghasil biji kopi terbaik. Foto via akun Flickr pacificklaus.

Kopi luwak (bukan yang palsu lho ya) harganya mahal banget, kira-kira US$ 180 (sekitar Rp 2.400.000) per setengah kilogram, gara-gara proses produksi yang tidak praktis. Kopi luwak disebut-sebut sebagai kopi termahal sedunia. Saya mewawancarai pemilik kafe di Santa Monica yang menjual kopi luwak seharga US$ 90 (sekitar Rp 1.200.000) per cangkir, pelanggannya kebanyakan seleb Hollywood yang namanya ia rahasiakan. Dia penuh semangat menunjukkan sertifikat keaslian kopi luwak di tokonya; sertifikat menurutnya penting, mengingat kopi luwak abal-abal semakin merajalela di pasaran gara-gara persaingan harga. Dia agak parno ketika membicarakan hal ini. Si pemilik kafe ini membuat klaim yang tak bisa dikonfirmasi, bahwa dia satu-satunya orang yang menjual kopi luwak asli di AS. Begini masalahnya: Hampir tak satu orang pun bisa mencirikan perbedaan antara kopi luwak asli dan abal-abal. Sekelompok peneliti di Osaka University sampai harus mengembangkan sebuah proses kimia untuk menentukan keaslian sebuah kopi luwak, lantaran lidah nanusia seringkali gagal mengemban tugas itu. "Sepengetahuan saya, penyuka kopi berpengalaman bisa menentukan kopi luwak yang asi dengan yang abal-abal, dengan satu kali tes. Namun pakar terlatih ini jumlahnya sedikit, dan sulit untuk menentukan kopi luwak campuran dengan kopi luwak murni, jika dicampurkannya dengan kopi kelas tinggi yang rasanya mirip," ujar Dr. Sastia Putri, salah satu peneliti di Osaka University, saat saya hubungi lewat surel. "Pendekatan kami dapat memberikan metode otentifikasi untuk perbedaan antara kopi luwak dan kopi biasa yang tidak dicerna oleh luwak. Kami bisa secara akurat menentukan rasio campuran berdasarkan profil metabolik dari kopi luwak tersebut."

Iklan

Kios-kios penjual kopi luwak palsu di kawasan turis Kota Hanoi. Foto oleh Patti Sica.

Pakar-pakar kopi sampai sekarang masih berdebat soal kopi dari ampas tai hewan ini. Benarkah rasa kopi luwak sesungguhnya enak? Lily Kubota, editor eksekutif Chronicle, majalah dari Specialty Coffee Association of America, mencibir kualitas kopi luwak pada sebuah artikel yang terbit 2011. Dia mengutip Rocky Rhodes, konsultan kopi yang menyelenggarakan uji rasa, dan menemukan bahwa kopi luwak berada pada peringkat terbawah dari 4 kopi yang diuji. Kubota menyalahkan lebaynya media massa atas popularitas kopi luwak. "Kita ingin kisah bagus dan produk bagus (dan ingin supaya media berhenti menghubungi kita soal kopi luwak)," tulisnya. Kubota maupun Rhodes tidak menanggapi permintaan kami untuk berkomentar soal Legendee. Di Vietnam, distributor kopi luwak abal-abal tersebar di seluruh pusat wisata. Bahkan kopi luwak dijual di bandar udara. Kemasannya hampir selalu sama: toples besar bening dengan tutup berwarna-warni, tulisan emas atau putih, serta logo kartun luwak. Semuanya dicetak dalam bahasa Inggris. Harganya murah banget, sampai-sampai saya tak yakin kopi yang mereka jual benar-benar keluar dari pantat luwak.

Ketika saya bertanya pada orang-orang di luar pusat wisata soal kopi luwak, atau 'chon' dalam Bahasa Vietnam, terbukti orang biasa jarang ada yang mendengar soal kopi semacam itu.

Biji kopi setelah dicerna luwak asli. Foto dari akun Flickr la_osita

Kami berupaya mendatangi fasilitas produksi Trung Nguyen di Buôn Ma Thuột untuk menyelidiki lebih lanjut keaslian produk mereka. Dari foto yang kami peroleh, tempat itu dipenuhi replika perut luwak berukuran besar. Kami gagal memperoleh izin kunjungan. Tak kurang akal, kami menghubungi Len Brault, pemilik Heirloom Coffee, perusahaan berlokasi di Massachusetts yang menjadi distributor tunggal Trung Nguyen di AS. Dia bilang, wajar kalau kopi luwak Vietnam sekarang berganti abal-abal. Pasalnya, luwak asli sekarang nyaris punah di Vietnam. Hewan ini diburu untuk santapan petani. "Saat luwak semakin langka dan disajikan di restoran-restoran kecil, Trung Nguyen meraih momentum diminati wisatawan asing," ujar Brault. "Seratus ribu orang datang ke toko mereka dari seluruh dunia tiap tahunnya dan memesan kopi luwak. Sisa-sisa kopi luwak asli dari Vietnam jadi cepat habis." Yang dilakukan perusahaan itu untuk mengakali kekurangan pasokan, menurut Brault, adalah mempekerjakan satu tim berisikan ilmuwan Jerman khusus meneliti sistem pencernaan luwak lalu mengimitasi proses tersebut. Perusahaan itu mulai secara gamblang menjual kopi yang secara kimiawi mengimitasi rasa biji kopi dari pup luwak. "Para ilmuwan berkata, 'gunakan enzim alamiah ini, enzim dari makanan ini,'" ujar Brault. "Semua tersedia dari tempat-tempat persediaan zat kimia. Prosesnya lebih bersih. Sedangkan kalau kopi luwak asli, membutuhkan waktu berjam-jam untuk merendam sekian kilogram biji kopi luwak." Juru Bicara Trung Nguyen tidak memberikan tanggapan untuk kami wawancarai. Saya tidak pernah berhasil melihat fasilitas produksi mereka. Pasangan suami istri yang mengelola perusahaan ini sedang dalam proses perceraian dan hal tersebut lumayan menghambat perusahaan memasok persedian kopi luwak ke pasar global. Brault, sebagai mitra bisnis, tak pernah melihat langsung fasilitas produksi mereka. Salah satu rekan bisnis yang lain menghabiskan seminggu berkeliling bagian luar gedung produksi, namun tak pernah diizinkan masuk. "Kalau kamu berkunjung ke sana, mereka akan mengantarmu berkeliling luar gedung," ujar Brault. "Kamu terbang ke Vietnam berpikir bisa melihat bagaimana mereka memproduksi kopi luwak imitasi ini, namun semua yang mereka lakukan sudah dipatenkan. Cara mengemas kopi luwak, cara mereka membuat apapun—kamu tak akan tahu apa-apa." Brault tahu Legendee sebenarnya cuma imitasi, karena selama beberapa tahun dia tak sengaja ditempatkan oleh perusahaan pada daftar surel internal mereka. Dia menerima ratusan halaman informasi paten ilmiah. Dia jadi tahu soal adanya tim ilmuwan untuk memanipulasi rasa kopi luwak ala Trung Nguyen. "Sayang, perusahaan itu dikelola dengan amat buruk," ujar Brault. "Orang-orang yang memimpin perusahaan itu blo'on-blo'on. Kamu boleh mengutip perkataanku barusan."

Seorang barista dengan bangga menunjukkan kopi andalan Trung Nguyen. Foto oleh Patti Sica.

Trung Nguyen baru-baru ini membeli perternakan luwak, jadi mereka bisa kembali berbisnis kopi luwak asli dengan banderol US$ 580 (sekitar Rp 7.700.000) per setengah kilogram. Soalnya pesaing yang menjual kopi luwak imitasi bahkan telah muncul di AS. University of Florida mengajukan paten untuk proses reproduksi kimiawi kopi luwak sejenis Trung Nguyen. Pihak universitas mengklaim akan mengurus lisensi. Mereka tidak menanggapi permintaan berkomentar yang diajukan MUNCHIES.

Untuk saat ini, baru Trung Nguyeng yang berhasil memproduksi massal imitasi terbaik kopi luwak. Mereka berhasil memperdaya wisatawan-wisatawan yang memiliki hasrat mencicipi kopi 'terbaik' sedunia itu namun tak memiliki uang. Obsesi yang aneh sebenarnya, karena menyesap secangkir kopi luwak sebetulnya menikmati seduhan kopi yang berasal dari akal-akalan orang Indonesia agar bisa tetap meminum kopi selama masa sulit penjajahan.