Pekerjaan Impian

Aku Berhenti Kerja Kantoran dan Pilih Jadi Penyelamat Hewan

Jemu dengan pekerjaannya sebagai karyawan call center, Vanessa Lizano memutuskan buka tempat penampungan hewan. Ternyata ini profesi yang memberimu kebahagiaan sekaligus bisa buat hidup layak.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Pemilik Tempat Penampungan Hewan Vanessa Lizano dan kungkang
Vanessa Lizano, pemilik Pusat Penyelamatan Hewan di Kosta Rika. Semua foto dari arsip pribadi Vanessa

Kiamat sudah dekat, jadi sebaiknya kita berhenti menyia-nyiakan waktu dan mulai memenuhi panggilan jiwa. Masalahnya, sebagian besar dari kita terpaksa mengorbankan impian dan terjebak dalam pekerjaan membosankan demi kehidupan yang aman. Akan tetapi, hal ini tak berlaku bagi segelintir orang. Mereka tak takut meninggalkan pekerjaan yang biasa-biasa aja untuk mengejar kebahagiaannya.

Dalam rubrik Quit Your Shit Job kali ini, VICE mewawancarai Vanessa Lizano yang memilih kembali ke alam dengan menjadi penyelamat hewan dan membuka tempat penampungan hewan di Kosta Rika.

Iklan

VICE: Halo Vanessa! Dulu kamu bekerja sebagai apa?
Vanessa Lizano: Karyawan call center. Kerjaannya enggak enak banget.

Kenapa, tuh?
Kalau pernah kerja sebagai customer service, kamu pasti paham seberapa berat profesi ini. Tugasku dulu menangani keluhan dari pelanggan. Setiap hari, aku harus sabar mendengarkan orang yang marah-marah di telepon. Menghabiskan waktu di depan komputer lama-lama membuatku gila.

Aku sudah terbiasa di alam sejak kecil. Ayah ibuku punya tempat penampungan hewan di Limón, dan aku emang enggak suka merasa terkurung atau terjebak. Aku sebenarnya enggak berniat pindah ke San José, tapi terpaksa melakukan ini setelah rekan aktivis, Jairo Mora, dibunuh pemburu telur penyu ilegal pada 2013. Hidupku dalam bahaya kalau memilih tinggal di sana. Aku juga harus menghidupi anakku, makanya aku mengambil kesempatan jadi karyawan call center di San José.

Aku orangnya hiperaktif dan sering di luar. Empat tahun menjalani profesi ini sungguh tak bagus bagi kesehatan mentalku. Aku kangen ngurusin binatang! Aku mengadopsi anjing, tapi itu belum cukup. Aku harus kembali ke alam.

A sloth at an animal rescue sanctuary

Sloth yang dirawat di Pusat Penyelamatan Hewan Kosta Rika.

Kamu banting setir jadi apa?
Aku membuka pusat penyelamatan hewan yang menampung kungkang, kera, dan kinkajou. Aku juga bekerja sebagai juru kampanye lingkungan, dan bekerja keras melanjutkan perjuangan mendiang sahabatku.

Apa yang membuatmu tersadar buat meninggalkan pekerjaan lama?
Aku meninggalkan misi penyelamatan hewan karena trauma dengan kejadian itu. Bukannya menyembuhkan trauma, aku malah depresi. Ujung-ujungnya, aku mengunjungi ibu yang baru aja menyelamatkan bayi kungkang. Aku nangis kejer saat memeluk hewan kecil itu. Dari situ, aku sadar harus balik ke konservasi.

Iklan

Siapa sangka, orang tua bilang mau pensiun saat aku menceritakan rencanaku. Kayak kebetulan gitu. Aku pun memindahkan tempat penampungannya ke San José, dan mengurusnya bersama suami. Rasanya kayak pulang ke rumah. Apalagi, ayah ibu masih sangat aktif di konservasi kami.

Apa yang paling kamu sukai dari pekerjaan baru ini?
Para anabulku (anak bulu)! Ngurusin konservasi bagaikan memenuhi naluri alamiku. Aku emang kurang jago menggunakan komputer dan bikin spreadsheet, tapi enggak halnya dengan merawat binatang. Aku sudah tahu apa yang harus kulakukan. Aku juga bisa bertemu banyak sekali sukarelawan keren dari seluruh dunia. Banyak dari mereka meninggalkan pekerjaan membosankan untuk melakukan sesuatu yang lebih berharga.

Apa kekurangannya?
Enaknya kerja di call center yaitu waktu luangku lebih banyak. Pekerjaanku selesai setelah pukul 5 sore. Menjadi penyelamat hewan berarti aku harus siap menjawab telepon 24 jam sehari. Aku pernah ditelepon pagi-pagi oleh perempuan yang rumahnya ‘diserang’ monyet pencuri makanan. Aku harus langsung mengirim tim penyelamat ke rumahnya. Menjadi penyelamat hewan udah kayak orang tua. Kamu kurang istirahat, tapi enggak pernah mengeluh karena sayang anak-anakmu.

Ditambah lagi, rasanya menyedihkan banget kalau kita gagal menyelamatkan hewan. Aku selalu mengingatkan diri sendiri dan yang lain kalau pekerjaan ini berat. Akan tetapi, semua perasaan sedih ini menguap setiap kali kami memulangkan mereka ke alam bebas setelah direhabilitasi. Benar-benar mengharukan.

Iklan
Animal Rescue Costa Rica co-owner Vanessa Lizano feeding a sloth

Lizano memberi makan kungkang.

Siapa anabul kesayanganmu?
Sebenarnya enggak boleh milih gitu, tapi aku emang punya anak kesayangan. Namanya Buddha. Dia kungkang yang pertama kali aku selamatkan. Aku menemukannya di dekat pantai. Di sana, dia dijadikan objek foto-foto sama turis dan dikurung di kandang burung. Saat aku melihatnya, perut Buddha buncit karena kekurangan gizi. Dia masih hidup bersamaku, dan kami sulit dipisahkan. Aku sudah coba membebaskannya beberapa kali, tapi dia terus kembali ke tempatku.

Ceritakan momen terlucu selama melakoni profesi ini dong.
Kepala dikencingi dan diberakin bayi kera. Aku selalu mengingatkan sukarelawan baru, dan mereka baru memercayai omonganku setelah mengalaminya!

Fakta apa yang jarang diketahui orang soal kungkang?
Mereka kalau kawin cepat banget. 10 kali, abis itu selesai. Orang-orang mengira kungkang sangat lambat, padahal sebenarnya cepat kok… pas kawin.

Apa yang kamu harap sudah kamu ketahui sebelum mulai bekerja sebagai penyelamat hewan?
Mengurus sukarelawan enggak beda jauh seperti menjadi guru. Tanggung jawabnya besar, dan terkadang bisa bikin stres. Tapi ini sangat bermanfaat karena banyak yang bisa aku ambil dari sini.

Apa bagian terburuk dari pekerjaan lama kamu?
Pernah ada laki-laki yang menelepon SETIAP HARI. Dia sudah tua, tapi kreatif banget bikin komplain. Awalnya ngeselin, tapi aku akhirnya menyadari kalau dia cuma butuh ngobrol. Aku memaklumi kelakuannya sejak itu. Aku enggak pernah mengira sebelumnya kalau call center juga bisa merangkap jadi layanan terapi. Pada akhirnya, aku cukup menikmatinya.

Iklan
Another animal at Animal Rescue Costa Rica

Dari 1 sampai 10, berapa skala hidupmu sebelum dan sesudah menjadi penyelamat hewan?
Dulu empat. Duitnya emang oke, tapi aku kayak mayat hidup. Sekarang 11! Hidupku lebih bahagia sekarang, dan aku bersyukur banget banting setir.

Bagaimana perasaanmu tiap ngobrol sama orang-orang yang terjebak dalam pekerjaan membosankan?
Aku merasa kasihan, karena yakin ada yang terpaksa menjalani hidup seperti itu. Aku berusaha mengingatkan kalau mereka punya pilihan lain. Meski enggak bisa cari pekerjaan lain, seenggaknya mereka bisa membuat hidup lebih menyenangkan. Kedengarannya emang klise, tapi tak satupun orang tahu apa yang akan terjadi padanya. Jadi, kita harus menikmati setiap momen. Hidup itu singkat, maka kita perlu melakukan yang terbaik selagi masih bisa.

Ada saran yang mau kamu sampaikan pada pembaca yang kepikiran pengin ganti karir?
Jangan cuma bisa menunggu. Kamu harus mewujudkan impian saat itu juga. Hidup cuma sekali, jadi enggak ada gunanya menghabiskan waktu dengan pekerjaan membosankan. Kalau kamu merasa ingin banting setir dan cinta binatang, silakan coba jadi penyelamat hewan. Seru banget, lho!

Follow penulis di akun Twitter @rosestokes

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.