FYI.

This story is over 5 years old.

Politik Indonesia

Kiat Sukses Bikin Lagu Politik 'Viral' dari Sang Alang dan Haddad Alwi

Kata Haddad Alwi pencipta lagu 'Jokowi Jangan Ragu', masyarakat tak suka lagu menjatuhkan kubu seberang. Sebaliknya Sang Alang, penulis lagu '2019 Ganti Presiden', menganggap lirik lebay adalah kunci. Mana yang benar? Kita buktikan pas pemilu!
Kiat Sukses Bikin Lagu Politik 'Viral' dari Sang Alang dan Haddad Alwi
Ilustrasi oleh Dian Permatasari.

Setiap kandidat akan semakin gencar melakukan segala cara untuk memenangkan pemilu. Semuanya mereka persiapkan matang-matang, mulai dari pidato, pakaian, kampanye, sampai iklan yang bisa meyakinkan masyarakat. Mereka harus berusaha "menjual dirinya" supaya orang mau mendukung dan memilih mereka. Salah satu cara ampuhnya bisa pakai jingle yang dapat menyampaikan pesan politik para kandidat.

Pemilihan presiden 2019 sudah di depan mata, dan kampanye politiknya semakin keras saja. Sama seperti pemilu-pemilu sebelumnya, beberapa penulis lagu akan memanfaatkan bakat mereka untuk menciptakan anthem buat kandidat pilihannya.

Iklan

Musik terbukti menjadi media komunikasi yang efektif. Musik berpeluang membangkitkan emosi, menghadirkan cerita, dan menginspirasi orang melakukan sesuatu. Dalam dunia politik, musik bisa dimanfaatkan untuk memenangkan persaingan, terutama di negara seperti Indonesia yang mayoritas rakyatnya tidak peduli soal politik.

Selama masa kampanye, setiap orang berusaha menyampaikan pesannya masing-masing, baik itu melalui postingan di internet maupun spanduk atau baliho. Sayangnya, cara ini kadang kurang efektif karena banyak orang lain yang melakukan hal serupa. Mereka bisa cari cara lain, seperti menggunakan lagu jingle. Lagu jenis ini tergolong catchy dan mampu menarik perhatian orang. Siapapun yang mendengarkan akan terus terbayang-bayang lagunya meskipun mereka tidak menyukainya. Jadi, andaipun kamu lagi bosan baca atau nonton berita politik, kamu akan terus ingat lagu kampanye partai tertentu.

Lalu, bagaimana caranya buat lagu politik yang catchy dan gampang nempel di kepala pendengar? Untuk menjawabnya VICE Indonesia berbincang bareng Haddad Alwi, penulis Jokowi Jangan Kau Ragu, dan Johny ‘Sang Alang,’ pencipta lagu unggulan kubu oposisi “2019 Ganti Presiden.” Kedua lagu ini sangat berbeda nuansanya, tetapi sama-sama sukses meraih popularitas. Intinya, Baik Hadad Alwi atau Sang Alang sama-sama sukses membikin lagu politik. Maka berikut tips-tips dari mereka jika pembaca sekalian tertarik bikin lagu politik yang populer di masa mendatang.

Iklan

Langkah 1: Tentukan motifmu

Apa yang ingin kamu sampaikan? Alasanmu inilah yang akan menentukan gaya lagumu. Sang Alang, pencipta lagu politik paling hits di 2018, punya tujuan yang sangat jelas: untuk melengserkan pemerintahan sekarang. "Dari yang saya lihat, sekarang mahasiswa udah enggak protes lagi. Musisi kritis melempem. Padahal tahu lah, pemerintah sekarang kayak gimana. Kalau di beberapa aspek bahkan lebih bagus Orde Baru," katanya kepada VICE.

Motif Haddad Alwi bertentangan dengan Sang Alang. "Lagu saya ditujukan untuk pemerintah, untuk mengatakan bahwa kami menerima dia dan mendukung."

Langkah 2: Nada lagunya harus mudah diingat

Tujuan orang membuat lagu politik yaitu supaya banyak didengar orang. Lagunya akan tetap populer meskipun orang tidak menyukainya. "Saya dan tim setuju bahwa untuk aransemen, kita harus merakyat. Ada India-nya, ada Dangdutnya juga biar renyah," ungkap Haddad Alwi. Lagu dangdut sering digunakan untuk kampanye politik, jadi saran ini sangat berguna. Tiba-tiba jadi ingat "Dangdut is the music of our country." Ada benarnya juga lirik lagu itu.

Lagu Sang Alang aransemennya lebih mengarah ke pakem genre rock, tapi dia mengamini ucapan Haddad Alwi. Wah, rupanya mereka bisa sependapat juga…

"Pilih musik yang gampang dicerna dan nggak bikin pusing, biar dia nempel di kepala orang. Biar lama lama 'Eh, ini lagu enak juga ya,’” kata Sang Alang.

Langkah 3: Harus pilih salah satu, mau mengkritik atau tidak

Supaya lagumu bisa diingat banyak orang, kamu harus buat lirik yang ngena di hati mereka.

Kalau tidak suka dengan kandidat atau partai politik tertentu, kamu bisa buat lagu yang mengkritik mereka. Jangan lupa masukkan juga kekhawatiran terbesar masyarakat. “Kita harus melihat faktanya, bahwa orang-orang itu susah. Tapi enggak boleh mengada-ngada, ya. Harus hati-hati, karena bisa kena masalah dengan hukum,” Sang Alang mengingatkan. Memang benar, Sang Alang sering menyinggung masalah-masalah di Indonesia—seperti pengangguran, penggusuran, dan naiknya harga kebutuhan pokok. Jadi, kamu tinggal sebutkan saja semua alasan kenapa orang pengin ganti presiden. Gampang, kan?

Iklan

Tonton dokumenter VICE mengenai sosok petinju yang berusaha melawan rasisme terhadap orang dari timur Indonesia:


Haddad Alwi tidak mau buat lagu yang menyuarakan kebencian. Baru-baru ini, dia merilis lagu baru yang mengajak pendukung dari kedua belah pihak untuk berhenti pakai panggilan "cebong" dan "kampret." Menurut Alwi, menciptakan lagu yang positif ada untungnya juga.

"Sebenarnya kalau kalem itu lebih masuk, menurut pandangan saya. Ketika kita membuat lagu yang terlalu menjelek-jelekan, ada daya tolaknya. Kita mau mendukung Jokowi, tapi kita juga mengajak berdamai. Kalau gitu, mungkin-mungkin saja yang tidak suka Jokowi bisa menikmati," kata Alwi. Dia menegaskan kalau lagu yang terlalu menjatuhkan tidak akan bisa diterima pendukung. "Lagu saya itu bukan hanya untuk pendukung Jokowi, tapi buat semuanya."

Langkah 4: Jangan ragu tulis lirik selebay mungkin

Seperti yang sudah aku bilang di atas, orang tidak akan ingat lagumu kalau enggak ngena di hati mereka. Menurut Sang Alang, melebih-lebihkan lirik dan irama sangat penting.

"Lagu saya pada mulanya kalem, tenang. Lama-lama dia makin naik dan naik, sampai klimaks." Dengan begitu, kata Alang, orang akan semakin tertarik mendengarkan lagunya. Membuat lirik yang lebay juga ampuh menarik perhatian orang.

"Lirik saya itu lucu sebenarnya," ujarnya, tertawa. "Ada satu bagian yang liriknya, Daging mahal, makan bekicot! padahal kan sebenarnya yang diomongin waktu itu keong sawah, tapi kata bekicot itu lebih ngena. Kadang kita harus melebih-lebihkan."

Langkah 5: Sebarkan lagumu

Lagunya sudah selesai, dan sekarang waktunya untuk menyebarkan lagumu. Menurut Alwi ataupun Sang Alang, jangan ragu kirim ke semua teman dan media sosial. Tunggu reaksi mereka. Kalau kamu berhasil menyuarakan isi hati mereka, siap-siap saja lagumu jadi viral.

Siapa tahu suatu saat nanti ada kandidat yang memintamu membuat lagu jingle untuk kampanye mereka. Cobalah, mumpung musim kampanye Pilpres 2019 sudah dekat.