FYI.

This story is over 5 years old.

Basketball

Rudy Gay Bisa Berbalik Jadi Senjata Rahasia San Antonio Spurs

Spurs baru saja menemukan senjata baru: pencetak angka berumur 31 tahun yang dapat membantu skema penyerangan mereka melawan Golden State Warriors.
Foto oleh Erik Williams - USA TODAY Sports

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports

San Antonio Spurs masuk ke dalam free agency dengan harapan mendapatkan pemain tangguh. Sudah tidak asing lagi bahwa Spurs adalah salah satu tim yang paling dihormati di NBA, dan pemain kompetitif manapun yang mengedepankan gelar juara dan bermain basket bergelimang uang, serta tetek bengek lainnya sudah pasti akan melihat San Antonio sebagai kota destinasi yang menarik.

Iklan

Namun alih-alih mengambil nama besar seperti Chris Paul atau Kyle Lowry, San Antonio justru memperpanjang banyak pemain free agents-nya sendiri (Pau Gasol) dan mengambil taruhan dengan menawarkan kontrak dua tahun senilai $17 juta untuk Rudy Gay, seorang pemain tidak efisien yang terakhir kali beraksi di lapangan NBA Januari lalu setelah dia merobek urat Achilles kirinya.

Tidak ada yang terkesan dengan performa Spurs di musim panas. Tentunya tim yang biasa memenangkan 61 pertandingan semusim dan berniat merebut gelar Golden State Warriors membutuhkan lebih dari sekadar pemain berumur 31 tahun yang belum pernah masuk All Star dong?

Dua minggu setelah musim 2017-2018 dimulai, nampaknya penilaian kita semua salah. Bahkan sebelum dia memutus kontraknya dengan Sacramento. Gay mulai berubah menjadi penembak kontemporer yang ulung. Dan alih-alih berusaha kembali menjadi pemain NBA yang efektif di masa primanya, Spurs justru berhasil mengulik dan menyederhanakan gaya permainannya.

Fisiknya yang atletis sudah tidak lagi sering diandalkan, dan Gay, masih berusaha menyesuaikan diri dengan sistem permainan Spurs yang tidak menganakemaskan siapapun. Dia masih belum bisa memanfaatkan permainan San Antonio yang penuh dengan operan dan sejauh ini baru bisa memasukkan tiga tembakan three-point dalam posisi terbuka.

Tentu saja ini hanya masalah waktu sebelum tembakan-tembakannya masuk, dan Gay seharusnya akan semakin percaya diri menyerang seiring pudarnya ingatan akan cedera parah yang pernah ia derita. Namun hingga kini, San Antonio telah menggunakan Gay secara brilian. Entah dia berada di posisi four di lineup bersama LaMarcus Aldridge; di posisi three bersama Gasol dan pemain besar lainnya; atau bahkan di posisi five (di mana dia berhasil bersinar di paruh kedua Spurs melawan Miami Heat); kemampuan Gay sudah menyatu secara indah dengan filosofi permainan San Antonio.

Iklan

Photo by Soobum Im - USA TODAY Sports

Gay yang sepanjang hidupnya jadi spesialis tembakan jarak menengah perlahan-lahan mulai menyesuaikan diri dengan gaya permainan basket modern. Ini bukan berarti Spurs berusaha mengubahnya menjadi Danny Green, namun memberikannya posisi yang lebih baik untuk bisa sukses mengalahkan pertahanan yang tidak dirancang untuk berhadapan dengan formasi beberapa pemain memainkan multi-posisi.

Biarpun persentasi tembakan dua angka-nya belum turun dibanding dua musim sebelumnya, menurut Cleaning the Glass, persentasi tembakan dua angka jarak jauhnya (dari antara garis free-throw hingga garis three-point) telah menurun dari sekitar 20 persen menjadi enam persen.

Spurs mendorong Gay agar lebih bersabar, dan menyerang ketika mismatch terjadi, mengandalkan kekuatan dan kecepatannya untuk memanfaatkan kesempatan terbuka. Gay sudah tidak sebugar dulu, tapi keseimbangan tubuhnya masih sangat baik. Bahkan menghadapi pemain yang lebih besar, Gay masih bisa menggunakan teknik post-game yang baik. Ia masih bisa mengandalkan ketangkasan kakidan permainan bahu untuk mendorong musuh tanpa takut kena semprit wasit.

Memang Spurs baru memainkan enam pertandingan musim ini, tapi statistik Gay sejauh ini merupakan yang tertinggi sepanjang karir, terutama karena dia merusak pertahanan lawan dari dalam. Gay merupakan ancaman karena dia tidak hanya bisa menjadi penembak three-point yang ulung, tapi juga kemampuannya untuk melakukan catch-and-shoot.

Mencari pencetak angka yang bisa bermain dengan punggung menghadap ring, Spurs berhasil mengulik permainan post-up Gay sesuai dengan skema permainan mereka. Pergerakan Gay terlihat mengalir, entah ketika dia menangkap bola, merangsek ke arah ring, atau melakukan jump hook yang halus. Dia pintar dan sadar taktik—tipe pemain yang biasanya sukses bermain di San Antonio.

Namun yang lebih penting daripada statistiknya adalah bagaimana Gay akan membantu San Antonio di dalam pertandingan-pertandingan penting. Berdasarkan apa yang kita lihat sejauh ini, nampaknya pelatih Gregg Popovich sedang membentuknya menjadi senjata playoffs melawan Golden State Warriors nanti. Pemain sayap yang bisa mencetak angka dalam isolasi, dan lebih penting lagi, melawan pertahanan ketat sangatlah berharga mengingat Warriors sanggup nge-switch semua posisi dan menyukai permainan bertempo tinggi.

Untuk bisa sukses, San Antonio harus menurunkan tempo permainan dan memanfaatkan tiga pemain mereka yang jago bermain satu-lawan satu (Gay, Aldridge dan Kawhi Leonard) yang sanggup menarik pertahanan ketika mereka memegang bola. Apabila mereka bisa memainkan pemain besar sambil tetap menjaga tiga pemain tersebut di atas lapangan, lebih baik lagi. Tapi kalaupun tidak, ukuran dan tubuh Gay yang panjang akan membuatnya menjadi pemain dua arah yang solid apabila Spurs membutuhkan pemain yang bisa nge-switch semua posisi.

Memang Gay bukan seorang superstar tambahan seperti yang didambakan banyak penggemar Spurs empat bulan lalu. Tapi untuk bisa menang—bahkan dalam era superteam ini—yang dibutuhkan kadang adalah konteks dan gaya permainan. Gay menambah sebuah dimensi yang San Antonio tidak miliki musim lalu, dan melihat cara mereka menggunakan Gay sejauh ini, rasanya kesempatan mereka meraih gelar terbuka lebar.