FYI.

This story is over 5 years old.

Stop Pelecehan Seksual

Cara Yacko Ajak Perempuan Indonesia Melawan Balik Pelecehan Seksual

Video klip 'Hands Off' adalah pernyataan sikap rapper perempuan itu yang mengaku capek melihat pelecehan seksual masih dianggap normal di negara ini.
Foto by Vinodii

Yacko paham benar tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia sehari-hari. Pelecehan seksual di jalanan adalah pengalaman lazim yang biasanya diperoleh perempuan saat bepergian ke luar rumah. Tak sedikit perempuan dipandang miring, baik oleh lelaki maupun sesama perempuan, hanya karena pakaian yang mereka kenakan.

Yacko memahami luar dalam perkara ancaman pelecehan seksual pada perempuan. Namun rapper bernama asli Yani Oktaviana itu sangat terkejut, ketika dia mengalami sendiri pelecehan itu di salah satu pentasnya. Hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Iklan

"Aku pernah crowd-surfing di sebuah gig, payudaraku terus digrepe," ujarnya kepada VICE Indonesia. "Perasaan engga ada tuh yang berbuat aneh-aneh kayak meremas bokong pemain band cowok ketika mereka crowd-surfing. Bukankah kita seharusnya diperlakukan setara?"

Insiden itu, berbarengan dengan beberapa insiden yang melibatkan musisi perempuan dari kota lain, menginspirasi Yacko merespons balik lewat karya. Single terbarunya, "Hands Off', diharapkan perempuan 37 tahun ini bisa menjadi anthem bersama melawan pelecehan seksual di Tanah Air.

Yacko bermimpi single ini dapat memulai diskusi panjang tentang masalah pelecehan yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. VICE Indonesia berkesempatan ngobrol bareng Yacko tentang inspirasi lagu barunya, proyeknya di masa depan, dan sosok-sosok perempuan hebat di video klip 'Hands Off'.

VICE: Bisa cerita alasanmu menulis lagu 'Hands Off'?
Yacko: Jumlah kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi di jalan meningkat pesat di seluruh wilayah Indoenesia. Saking seringnya terjadi, orang-orang di Indonesia menganggapnya sebagai suatu yang umum, padahal ini kan masalah. Saban hari, perempuan dilecehkan di jalanan cuma gara-gara baju yang mereka pakai. Saya sendiri pernah menjadi korban pelecehan beberapa kali. Suatu kali, saya sedang asik bermain sepeda. Tiba-tiba seorang laki-laki seenaknya saja mengelus paha saya. Kali lain, pas crowd-surfing di sebuah gig, payudaraku digrepe begitu saja. Padahal kan engga ada tuhyang berbuat macam-macam kayakmeremas bokong pemain band cowok pas mereka crowd-surfing. Bukankah kita seharusnya diperlakukan setara? Harusnya mereka juga menahan badan saya (dan tidak melakukan tindakan tak sopan) ketika saya melakukan crowd-surfing kan? Makanya, di lagu baru ini saya memasukan lirik "Crowdsurfing, stage diving, moshing what we like to do do/ Support my weight and pass me me above your head and i say thank you." Sebenarnya, bagian itu berasal dari pengalaman pribadi.

Iklan

Jadi kamu tergerak menulis lagu ini menjadi korban pelecehan?
Ya. Insiden dalam gig itu jadi pelecut penulisan lagu ini. Tapi, kasus serupa juga dialami oleh Janet dalam sebuah gig di Semarang. Video insiden itu lantas menjadi viral. Ketika pertama kali melihatnya, saya langsung kepikiran bahwa ada perbedaaan mencolok dalam perlakukan yang diterima musisi perempuan dan laki-laki. Kami hanya mau bersenang-senang dan diperlakukan sama seperti laki-laki ketika kami melakukan crowd-surfing. Maksud saya, sebelum kejadian itu, saya pernah melakukan crowd-surfing dan tak mengalami pelecehan. Yang bikin saya keki adalah insiden ini terjadi di Jakarta dan saya lihat kebanyakan penonton waktu itu masih muda belia. Saya jadi mikir "wow, ini beneran terjadi nih. Apa generasi muda kita enggak lagi punya nilai moril?" sepertinya mereka enggak pernah mendapatkan pendidikan yang memadai.

Menurutmu separah apa masalah pelecehan seksual di Indonesia?
Parah banget karena masyarakat cenderung menganggap enteng pelecehan seksual. Orang menganggap catcalling sebagai kelakar belaka. Ketika seorang bersiul, dan mengatakan kalimat macam "Hei cantik," mereka justru berharap perempuan merasa karenanya. Padahal apanya yang pujian. Ini menjijikan sekali. Yang bikin semua ini parah adalah karena orang percaya bahwa ini adalah yang normal dan berterima. Akibatnya, ketika kita menegur pelaku catcalling, mereka dengan enteng kalau mereka cuma bercanda. Ini kan sebagian dari rape culture. Malah, di beberapa kasus, masyarakat malah memojokkan korban. Ketika seorang dilecehkan, bukannya menyalahkan pelaku, masyarakat kita cenderung menuding korban lantaran berdandan terlalu seksi dan mengundang. Misalnya, baru-baru ini ada sebuah kasus di Lombok. Seorang perempuan dilecehkan oleh atasannya. Alih-alin menunjukan empati, orang-orang malah menyalahkan korban karena terlalu "mengundang."

Iklan

Di lagumu, kamu bilang bahwa apapun yang dipakai seorang perempuan tak boleh dijadikan alasan untuk membenarkan pelecehan seksual. Menurutmu apakah masyarakat Indonesia selalu menghakimi perempuan dari baju yang mereka kenakan atau ada kecenderung menyalahkan korban pelecehan lantaran pilihan pakaian mereka?
Perempuan disalahkan karena banyak hal. Enggak cuma masalah pakaian dan bagaimana kami mengenakannya. Kadang kami disalahkan karena profesi kami. Sebagai seorang rapper, saya kadang harus manggung sampai malam. Saban saya pulang larut malam, orang-orang mulai bergosip di belakang. Mereka ngomongin baju yang saya pakai manggung, mereka bicara tentang ke mana saya pergi dan kenapa saya berdandan seperti. Mereka menganggap saya sebagai perempuan nakal tanpa pernah mau tahu kisah hidup saya. Ini dialami semua perempuan, terutama mereka yang bekerja di ranah yang didominasi laki-laki. Dulu ketika masih menikah, beberapa orang seenaknya bertanya apakah suami saya tak keberatan saya manggung di banyak gig. Sementara, saya sendiri terbiasa berpikir 'ngapain saya harus minta izin suami semua untuk manggung?' Saya bisa melakukan hal yang aku suka semau saya.

Foto oleh Vinodii

Ada pesan yang ingin kamu sampaikan lewat lagu Hands Off?
Pesan intinya sih kami tak akan mentolerir segala bentuk pelecehan seksual dan kekerasan yang menimpa perempuan di jalan. Saya ingin memberikan semangat pada perempuan agar berani melakukan perlawanan. Perlawanan itu bisa sesederhana bilang "singkirin tangan lo dari tubuh gue!" Tapi, tentu saja, kita harus juga keselamatan diri kita. Saya juga ingin mendorong siapapun yang menyaksikan pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan di jalan untuk bicara dan menolong korban. Kadang yang membuat pelecehan dan kekerasan makin parah adalah ketidakpedulian orang lain. Ada perempuan yang dilecehkan dan kita cuma bisa jadi penonton. Saya ingin semua orang menjadi lebih berani untuk membela korban pelecehan dan saling melindungi satu sama lain. Pada dasarnya, saya ingin menumbuhkan kesadaran akan kekerasan terhadap perempuan dan mengatakan bahwa catcalling itu bukan suatu yang "biasa-biasa saja." saya harap lagu ini bisa menimbulkan kesadaran tersebut. Saya paham sepenuhnya bahwa masalah sebesar ini tak serta merta hilang dengan menumbuhkan kesadaran satu generasi belaka. Apa yang saya inginkan adalah sebuah diskusi mendalam tentang hal ini. Jadi, saya tak cuma berbagi pengalaman dan sendirian berusaha membuka dialog. Saya ingin kita benar-benar duduk bersama, bicara tentang apa yang tengah terjadi dan apa solusinya. Menurut saya, salah satu pemecahannya bisa dimulai dari keluarga. Orang tua harus banyak bicara tentang kesetaraan gender dan mengajarkan anak mereka cara menghargai orang lain, apapun gendernya,

Iklan

'Hands Off' ditulis dalam bahasa Inggris. Bukankah bisa membatasi jumlah pendengar lagu ini?
Saya paham sekali kalau kebanyakan penduduk Indonesia menggunakan bahasa Indonesia dan tak mahir berbahasa Inggris. Itulah alasannya kenapa kami banyak menggunakan banyak isyarat dan bahasa tubuh yang gampang dipahami penonton video ini. Ada juga rencana untuk meremake lagu ini adalah bahasa Indonesia. Saya juga berusaha menyebarkan lagu ini kepada siapapun yang ingin merombaknya dengan gayanya sendiri. Saya enggak peduli kalau hasil akhirnya menggunakan bahasa Inggris atau Indonesia. Peduli setan juga kalau musiknya tak lagi hiphop.

Makin banyak orang yang membicarakan lagu ini, jangkauannya akan makin lebar. Rencananya, saya akan merekam lagu in dalam bentuk CD bersama lagu lain yang dibuat berdasarkan lagu ini. Lalu, kami menjualnya pada siapapun yang mendukung gerakan kami. Keuntungannya akan disumbangkan ke Women Crisis Center. Jadi, kami tak cuma mengangkat isu ini namun juga memberikan sumbangsih kami. Gerakan semacam ini tak bisa digagas sendirian, kita harus bahu-membahu bersama. Jadi, siapapun yang ingin meremake lagu ini bisa menghubungi saya.


Bisa cerita tentang perempuan yang terlibat dalam video Hands Off? Bagaimana kamu mengumpulkan sosok-sosok luar biasa barengan kayak gitu?
Saya mulai dari lingkaran pertemanan saya. Salah satu orang yang pertama kali saya hubungi adalah Kartika Jahja dari Mari Jeung Rebut Kembali. Tika sangat mendukung dan menyumbangkan banyak ide. Penting sekali bagi saya untuk menampilkan perempuan dari berbagai latar belakang.

Iklan

Pesan lagu ini kan pelecehan seksual bisa terjadi pada siapapun, kapanpun dan di manapun. Tak penting apa yang kamu kenakan dan apa yang kamu lakukan. Akibatnya, perempuan dalam video 'Hands Off' punya profesi yang beragam dari koki sampai musisi, aktivis sampai penyintas kasus pemerkosaan, editor hingga koreografer.

Foto oleh Vinodii

Gimana respons pendengar sama lagu barumu?
Lagu ini diliput banyak media, baik dari dalam atau luar negeri. Komentar yang kami temui di YouTube sampai saat ini bernada positif. Yang paling penting kami menemukan banyak lelaki mendukung gerakan ini.

Kamu masih merasa aman saat menyusuri jalanan di malam hari?
Saya sebenarnya keras kepala. Kalau ada yang terjadi pada saya, saya akan melawan. Tapi belakangan, Ibu melarang saya naik sepeda motor di malam hari karena maraknya kejahatan yang menyasar pengendara sepeda motor. Ibu saya selalu bilang pada saya kalau perlu pulang ke rumah malam-malam, hindari menggunakan sepeda motor.

Selain jadi rapper, kamu juga seorang dosen. Bagaimana caramu mengatur waktu agar bisa melakoni kedua profesi tersebut?
Zodiak saya libra, jadi menyeimbangkan segala hal adalah bakat alamiah saya. Saya juga seorang orang tua tunggal dari seorang anak perempuan berusia delapan tahun jadi aku harus membagi waktuku sebagai seorang rapper, pengajar dan orang tua. Ibu saya sangat mendukung apa yang saya lakukan dan selalu ada tiap kali saya membutuhkan beliau. Yang paling penting adalah komitmen. Kamu bisa memilih jadi pengajar, jadi rapper dan punya anak. Tapi, kamu harus berkomitmen untuk menjalani pilihan-pilihan ini. Ketika saya pulang ke rumah, fokus saya adalah anak perempuan saya. Saya bantu dia bikin PR. bahkan ketika saya sedang mengajar di kampus, saya selalu menelepon mengecek keadaannya. Ketika saya sedang mengerjakan proyek musik, saya langsung pergi ke studio rekaman dari kampus dan memastikan bahwa saya punya hari libur buat anak saya. Kalau saya hanya mementingkan kehidupan saya di kampus dan tak bikin musik, rasanya seperti ada yang hilang. Saya hanya perlu mengelola waktu saya dengan baik.

Ada proyek musik dalam waktu dekat?
Saya diundang manggung di Berlin, Desember tahun ini. Bentuknya kolaborasi dengan beragam musisi dengan latar belakang berbeda. Tanggalnya sih belum ditentukan. Saya juga berencana merilis lagu tentang pemberdayaan perempuan. Semoga bulan depan lagunya sudah dilepas. Sementara itu, saya bakal terus mengerjakan proyek ini.