Pecinta film Indonesia sedang mengalami demam Gundala, kisah superhero lokal karya komikus Hasmi, yang baru pekan lalu resmi beredar di bioskop sejak akhir Agustus 2019. Berbekal sederet sutradara dan aktor beken, serta promosi massif, Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot (yang jadi judul lengkapnya) diharap mampu menarik antusiasme penonton untuk berkenalan atau kembali mengunjungi atau karakter-karakter jagoan nusantara yang selama ini tak lagi terdengar dalam pembahasan budaya pop mutakhir.
Iklan
Aspek yang lebih menarik dari film Gundala sendiri, adalah pengumuman soal Jagat Sinema Bumilangit (JSB), sebuah semesta yang berisikan karakter-karakter jagoan yang dimiliki Indonesia dan bagaimana mereka sebetulnya terhubung satu sama lain. Dikepalai sutradara Joko Anwar sebagai creative producer, film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot diplot sebagai film pembuka Jagat Sinema Bumilangit Jilid 1.
Konsep jagat sinema memang sudah tidak asing. Menggunakan formula yang sama, Marvel Cinematic Universe terbukti merajai industri film Hollywood dan dunia selama satu dekade terakhir. Namun di Indonesia, apa yang coba dilakukan JSB belum memiliki preseden. Dana mendekati Rp50 miliar dihabiskan untuk pembuatan film Gundala. Investornya pun kelas kakap: Keluarga Bakrie dan Erick Thohir. Jadi jelas, bahwa tim di balik JSB memiliki ambisi yang tidak main-main. Supaya meraup laba, Gundala butuh mendatangkan setidaknya dua juta penonton selama masa edarnya di Tanah Air.Pertanyaannya, apakah penonton di Indonesia akan merespons dengan baik sehingga JSB bisa langgeng guna menjaga kualitas dan hype yang dibutuhkan? Hanya waktu yang bisa menjawab. Beban itu jatuh ke pundak Gundala yang akan menentukan warna semesta JSB dan menjawab ekspektasi publik. Film ini meraih ulasan beragam. Tirto.id memujinya sebagai film adaptasi komik yang menarik, karena Joko Anwar mengangkat sosok Sancaka (diperankan Abimana Aryasatya) sebagai Gundala dari latar anak keluarga buruh.
Iklan
Versi layar lebar terkini Gundala ini diubah oleh Joko Anwar, berbeda dari komik aslinya yang digubah Hasmi. Tak sekadar mengusung ide kepahlawanan meminjam bahasa Hollywood, tapi juga memotret ketimpangan ekonomi di Indonesia, serta mengangkat ide perlunya solidaritas kaum proletar bersatu melawan penguasa culas. Adapun ulasan lain dari Hai merasa Joko Anwar kedodoran membangun klimaks, karena musuh yang harus dihadapi Gundala di film ini terlalu banyak.Dengan berbagai plus minusnya, serta partaruhan besar tim Bumilangit, respons pasar masih positif. Gundala lolos seleksi Toronto International Film Festival 2019, meraup lebih dari 700 ribu penonton kurang dari seminggu penayangan, dan akan ditayangkan secara perdana ke dunia akhir bulan ini.Tapi, meminjam istilah di artikel Hai, karakter film ini memang banyak sekali. Sebab fungsi film pembuka ini bukan sekadar menyajikan cerita munculnya Gundala, melainkan juga mengenalkan deretan pahlawan dan karakter antagonis di jagat sinema Bumilangit.Kalau kalian tidak mengalami sendiri keseruan membaca komik-komiknya di era kejayaan Ganes Th atau Hasmi, tentu susah membayangkan jalan cerita semesta sinematik ini. Tenang. VICE Indonesia berbaik hati merangkumkan plot besarnya buat kalian. Kami juga membikin panduan sederhana, supaya kalian siapa saja jagoan komik Indonesia yang bakal muncul di layar lebar setelah Gundala.Mungkin yang paling menarik dari JSB adalah pembagian semua karakter-karakter ke dalam 4 periode yang berbeda: Era Legenda, Era Jawara, Era Patriot, dan Era Revolusi.Era Jawara dijelaskan sebagai era para pendekar di masa kerajaan nusantara, beberapa di antaranya Si Buta dari Gua Hantu dan Mandala. Sementara Patriot adalah para jagoan yang hidup di masa sekarang seperti Gundala, Sri Asih, Godam, Sembrani, dan Tira. Sayangnya belum banyak informasi perihal dua era lainnya.
Jagat Sinema Bumilangit Dibagi Ke Dalam 4 Kurun Waktu
Iklan
Latar belakang cerita Jagat Sinema Bumilangit dikatakan dimulai sejak letusan Gunung Toba 75.000 tahun sebelum Masehi dan mencakup Zaman es, Kerajaan dan Kolonial Belanda hingga sekarang.Kisah fiktif menjadi lebih hidup ketika ditaburi bumbu-bumbu fakta sejarah. Misalnya saja keterlibatan Captain America dalam Perang Dunia II di komik Marvel, atau Watchmen dengan latar belakang Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.Menggunakan letusan Gunung Toba sebagai titik awal sangat menarik karena banyaknya misteri yang menaungi peristiwa tersebut. Sebagai satu dari 7 supervulkan, letusan pertama Gunung Toba yang terjadi 75 ribu tahun yang lalu kabarnya menyebabkan terjadinya musim dingin vulkanik global yang berlangsung selama 6-10 tahun.
Hingga kini masih banyak ilmuwan yang melakukan penelitian dan berusaha menjelaskan peristiwa historis ini. Sangat mungkin ini akan dijadikan penjelasan atas kemunculan “manusia super” dalam semesta JSB.*WASPADA, bagian ini mengandung BOCORAN PLOT dari film Gundala. Kalau kalian peduli banget sama spoiler, mending nonton filmnya dulu dehTokoh Gundala diciptakan pada 1969 lewat komik Gundala Putra Petir bikinan Hasmi. Pada 1981, film adaptasi setia dari komik Gundala dirilis, tanpa mengubah banyak detail cerita.
Kalau kamu sudah menonton Gundala besutan Joko Anwar yang baru dirilis, kamu pasti sudah tahu bahwa lumayan banyak perubahan kreatif yang diambil dalam film ini. “Membumi” adalah kata yang banyak digunakan Joko ketika menjelaskan versi interpretasi baru Gundala.
Semesta Bumilangit Bukan Adaptasi Komik yang Setia
Iklan
Dia berharap Gundala besutannya bisa lebih masuk dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Itu sebabnya Joko Anwar mengubah plot dari materi asli. Sebab, menurutnya kekuatan-kekuatan karakter di komik tidak masuk akal dengan logika zaman sekarang, serta butuh banyak teknologi CGI yang sangat mahal biayanya. Intinya, karakternya diberi identitas baru. Termasuk juga musuh-musuh para jagoan yang merentang dari pendekar ilmu hitam—misalnya Mata Malaikat yang karismatik sebagai lawan Si Buta—sampai kriminal modern macam Pengkor yang sudah muncul di film Gundala.
Mengacu dari komentar Joko dan Gundala, nampaknya hampir pasti semua karakter dalam JSB akan dipermak dan tidak lagi semata-mata mengacu pada kisah aslinya dari komik. Begini detail lengkapnya:Biarpun baru merilis satu film, Gundala, JSB sudah mengumumkan deretan judul-judul film mereka berikutnya yang masuk ke dalam Jagat Sinema Bumilangit Jilid 1 (mirip Phase 1 MCU gitulah) sebagai berikut:
Jilid 1 (2019 - 2025)
- Film 1: Gundala
- Film 2: Sri Asih
- Film 3: Godam dan Tira
- Film 4: Si Buta Dari Gua Hantu
- Film 5: Patriot Taruna
- Film 6: Gundala Putra Petir
- Film 7: Mandala Golok Setan
- Film 8: Patriot
Iklan
Gundala (pertama kali terbit 1969)
Sri Asih (pertama kali terbit 1954)
Sri Asih adalah kisah jagoan Indonesia pertama yang diadaptasi ke layar lebar, yaitu pada tahun 1954. Terinspirasi oleh Wonder Woman, Sri Asih dibuat memiliki penampilan yang lebih ramah dengan budaya Indonesia—mengenakan kebaya dan selendang ala-ala kisah wayang. Kekuatannya? Level dewa cuy, bisa terbang, kebal peluru, bisa menggandakan diri, dan memperbesar diri. Diperankan oleh Pevita Pearce, karakter ini sudah nongol di film Gundala (2019).
Godam (pertama kali terbit 1969)
Tonton dokumenter VICE soal Madame X, superhero queer pertama yang muncul di perfilman Indonesia:
Tira (pertama kali terbit 1975)
Si Buta Dari Gua Hantu (pertama kali terbit 1967)
Iklan