Kesehatan Mental

Survei: 20 Persen Mahasiswa di Bandung Terpikir Bunuh Diri, Kesehatan Mental Isu Mendesak

Tak ada jaminan kesehatan mental mahasiswa di kota lain lebih baik. Kurangnya kepedulian pada kesehatan mental membuat perawatan akibat percobaan bunuh diri tidak ditalangi BPJS Kesehatan.
Survei: 20 Persen Mahasiswa di Bandung Terpikir Bunuh Diri, Kesehatan Mental Isu Mendesak Bagi Anak Muda Indonesia
Ilustrasi mahasiswa yang terlibat aksi teatrikal. Foto oleh Goh Chai Hin/AFP

Hasil survei yang mengejutkan diungkap oleh psikiater RS Hasan Sadikin Bandung dr. Teddy Hidayat Sp.KJ. (K) dalam acara World Mental Health Day di Bandung, Sabtu (12/10) lalu. Data surveinya menyimpulkan 30,5 persen mahasiswa mengalami depresi, 20 persen berpikir serius untuk bunuh diri, dan 6 persen sudah melakukan percobaan bunuh diri. Bagi Teddy, hasil ini membuktikan bagaimana kegagalan perguruan tinggi menjadi tempat perlindungan mahasiswanya.

Iklan

"Kendala lain yang tidak kalah penting adalah belum setiap perguruan tinggi memiliki tim konseling. Kalaupun sudah ada belum dimanfaatkan oleh mahasiswa," ujar Teddy yang pernah menjabat sebagai Kepala Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Survei tersebut dilakukan tahun ini kepada mahasiswa semester 1 di Bandung. Faktor umum mahasiswa ingin bunuh diri ialah tekanan akademis, ancaman drop-out, keuangan, hubungan dengan dosen dan orang tua, serta hubungan asmara. "Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian pada kelompok remaja dan dewasa muda usia 15-29 tahun," tambahnya, masih kepada Kompas.

Teddy lantas geram karena pemerintah tidak memasukkan korban percobaan bunuh diri dalam tanggungan BPJS Kesehatan dengan alasan "penyakitnya" dibikin-bikin sendiri oleh korban. Ini menunjukkan pemerintah tidak terlalu peduli pada isu kesehatan mental. Padahal, Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2018 menyatakan, 4,5 juta orang Indonesia memiliki ide serius bunuh diri dan 1,7 juta orang sudah mencobanya.

Peran pemda dan kampus, menurut Teddy, sangat krusial untuk menyelesaikan masalah ini. Salah satu solusi yang bisa dicoba adalah pengadaan pelatihan pertolongan pertama pada krisis mental dan bunuh diri. Pelatihan ini, kata Teddy, bukanlah bertujuan menghasilkan terapis, tetapi memberikan pengetahuan olah rasa sehingga anak muda bisa mengenal tanda-tanda krisis mental seperti bunuh diri dan segera mencari pertolongan.

Iklan

Kekhawatiran Teddy ini perlu segera ditindaklanjuti mengingat sebulan lalu, MA (24), seorang mahasiswa pasca-sarjana Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB), ditemukan gantung diri di kamar kosnya di Bandung. Kepala Polsek Coblong Ajun Komisaris Auliya Djabar mengonfirmasi bahwa MA bunuh diri karena mengalami depresi. “Ada surat kontrol dari rumah sakit, dari dokter kejiwaan menerangkan bahwa korban mengalami depresi,” ujar Auliya kepada CNN Indonesia.

Meski tidak tepat di Bandung, akhir tahun lalu dan awal tahun ini juga muncul peristiwa bunuh diri yang dilakukan tiga mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad), Jatinangor, dalam rentang waktu yang cukup berdekatan. MB (23), RWF (24), dan AH (21) ditemukan gantung diri di kamar kosnya masing-masing pada 17 Desember, 24 Desember, dan 8 Maret silam. Unpad menegaskan, mereka selalu berupaya membantu mahasiswa menyelesaikan setiap permasalahan yang dilalui.

"Unpad memberikan sejumlah cara bagi mahasiswa bila ada masalah dapat menyalurkan ke institusi, bisa ke fakultas dulu atau direktorat akademik dan kemahasiswaan. Ada juga Tim Pelayanan dan Bimbingan Konseling (TPBK) di Fakultas Psikologi, yang memberikan layanan bimbingan konseling bila ada mahasiswa memiliki masalah, baik masalah akademik, masalah pribadi, dan masalah apa pun," ujar Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad Syauqy Lukman kepada Detik.

Dari data yang dihimpun Katadata berdasarkan riset Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), kematian akibat bunuh diri di Indonesia cenderung menurun sejak 2007-2017. Tren penurunan berhenti pada 2015-2017 ketika rata-rata tingkat bunuh diri di Indonesia stabil di angka 3,07 orang/100 ribu penduduk. Namun, untuk kisaran umur 15-49 tahun, kelompok umur di mana mahasiswa termasuk di dalamnya, terjadi penurunan yang tadinya 4,5 orang per 100 ribu penduduk pada 2007, berubah menjadi 3,86 orang per 100 ribu penduduk pada 2017.

Walaupun terus menurun, perjuangan menekan angka bunuh diri sampai angka terendah tidak boleh kendor. Pasalnya, sepanjang tahun ini saja, Beritagar mencatat sudah ada 302 kasus bunuh diri antara Januari-September 2019. Kasus terbanyak terjadi pada Januari dan Februari, mencapai 55 kasus.