Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.
Saya sedang terbang dari Nashville ke Charlotte, penerbangan domestik Amerika Serikat yang ditempuh satu jam saja, beberapa hari lalu. Sebuah pengumuman terdengar di pelantang telinga, tapi saya abaikan. “Paling pidato standar pesawat terbang,” batin saya, sambil terus mendengarkan podcast berdurasi panjang. Beberapa menit kemudian, pengumuman kembali terdengar. Kali ini disertai sebuah tepukan dari penumpang yang duduk di samping saya. “Ponselnya tolong dimatiin dong,” katanya. Ternyata semua ponsel harus dimatikan saat itu—airplane mode juga tidak diperbolehkan—karena pesawat mencoba “pendekatan spesial” ketika bersiap mendarat di Charlotte. Beberapa menit kemudian, seorang pramugari lalu lalang memastikan semua ponsel telah dimatikan.
Videos by VICE
Sinyal ponsel dapat mengacaukan sistem navigasi pesawat karena frekuensinya terhubung dengan beberapa menara secara bersamaan. Namun kenapa teknologi airplane mode—yang didesain mengisolasi ponsel anda dari sinyal-sinyal ini, termasuk GPS dan aktivitas Bluetooth—belum cukup memadai? Apa sebetulnya “pendekatan spesial” ini dan kenapa bisa terjadi di penerbangan biasa? Saya mengontak Badan Penerbangan Sipil (FAA) Amerika Serikat untuk mencari tahu jawabannya.
Mereka mengatakan ada beberapa situasi khusus saat penerbangan yang menuntut nonaktifnya semua alat elektronik. Biasanya ketika jarak pandang sedang berkurang, sebab sinyal ponsel dapat menganggu fungsi autopilot pesawat terbang yang terhubung dengan sistem pendaratan di bandara. “Dalam keadaan semacam itu, penting memastikan tidak ada kemungkinan gangguan sistem navigasi pesawat terbang.
Maka dari itu semua penumpang diharuskan mematikan alat-alat elektronik mereka,” kata juru bicara FAA. Dia juga mengingatkan saya akan pernyataan FAA pada 2013 yang sempat memperluas hak penumpang pesawat terbang AS terkait penggunaan alat-alat elektronik. Bagian dari pernyataan itu juga mengatakan bahwa “kebanyakan pesawat terbang komersil dapat menoleransi gangguan sinyal radio.”
Mematikan Airplane mode merupakan bentuk ekstra sikap berhati-hati. Tidak puas dengan penjelasan ini, saya menghubungi seorang ahli, Kapten Ross Aimer, mantan anggota angkatan udara AS dan seorang pilot komersil yang sekarang bekerja sebagai konsultan penerbangan di Aero Consultants. Dia berspekulasi bahwa mungkin ketika itu cuaca sedang buruk, atau jarak pandang sedang rendah. Dua hal ini akan memaksa si pilot melakukan pendaratan Kategori III (KAT III).
Pendaratan KAT III artinya si pilot tidak lagi mengandalkan autopilot dan terpaksa menggunakan instrumen presisi dalam upaya mendarat di landas pacu dengan jarak pandang rendah. Sistem pendaratan berinstrumen ini membiarkan pilot menggunakan sinyal radio membantu menentukan titik acuan pendaratan apabila landasan udara tidak terlihat. Dalam keadaan seperti ini, bahkan sinyal ponsel yang paling kecil sekalipun dapat mengganggu informasi yang pilot butuhkan. Dan gangguan ini sangat mudah sekali terjadi.
“Saya pernah mengalami hal ini ketika sedang menerbangkan sebuah pesawat jet pribadi. Ada empat penumpang, dan semuanya perempuan. Saat itu wifi pesawat sedang aktif dan mungkin mereka sedang Facebook-an,” kata Aimer. “Dan itu mempengaruhi sistem navigasi kami.” Ketika saya menjelaskan ke Aimer bahwa ketika itu cuacanya cerah—matahari terbenam dan langit biru cerah terlihat kala itu—dia melontarkan dua teori baru.
Mungkin saja, Aimer menambahkan, salah satu instrumen penerbangan jadi ngaco gara-gara gangguan sinyal dan si pilot tidak mau mengambil risiko. Ada juga kemungkinan bahwa pilot sedang berlatih melakukan pendaratan KAT III. “Kadang kami berlatih ketika cuacanya cerah,” ujarnya.
Berita baiknya, tetap ada alasan airplane mode diciptakan. Seringnya, airplane mode memperbolehkan kita menggunakan alat elektronik di dalam pesawat. Berita buruknya adalah saya harus menunggu tiga puluh menit sebelum saya bisa mendengarkan episode podcast yang sangat menarik, hanya karena pilot sedang berlatih menyelamatkan nyawa manusia. Brengseknya, seorang teman mengatakan ponselnya dibiarkan menyala sepanjang perjalanan, dalam penerbangan yang sama.