Pada 25 Oktober 2022, Adidas mengumumkan penghentian kontrak antara perusahaan mereka dengan rapper Kanye West, yang tahun lalu resmi ganti nama di akta menjadi ‘Ye’ saja. Adidas tak lagi mendukung distribusi brand sneakers Kanye yang terkenal, yakni Yeezy. Keputusan itu diambil karena Kanye berulang kali berulah sepanjang bulan ini.
Dalam kasus terbaru yang mencuat 23 Oktober lalu di medsos, Ye terekam mengucapkan pernyataan anti-semitik, alias bersifat kebencian terhadap etnis Yahudi, di sebuah podcast. Rapper 45 tahun tersebut dengan bangga mengklaim bahwa sekalipun dia habis-habisan menghujat orang Yahudi, “Adidas tidak akan berani melepasku.”
Videos by VICE
Perusahaan aparel olahraga asal Jerman itu menilai perilaku Kanye sepekan terakhir tidak dapat dibiarkan. “Adidas tidak pernah menoleransi sikap antisemit serta bermacam ujaran kebencian yang bertentangan dengan nilai inklusivitas,” demikian kutipan pernyataan tertulis manajemen Adidas. Pernyataan Kanye, menurut Adidas, “penuh kebencian serta berbahaya.”
Adidas mengakui dengan memutus hubungan dengan Yeezy, ada potensi hilangnya pendapatan hingga US$246 juta sepanjang triwulan ke-4 2022. Efek negatif yang sama bakal dirasakan Kanye, karena tanpa kontrak dengan Adidas, kekayaan mantan suami Kim Kardashian itu ditaksir Forbes anjlok menjadi “tinggal” US$400 juta saja.
Adidas menjadi perusahaan terkemuka yang paling belakangan memutus hubungan komersial dengan Ye. Relasi antara Adidas dan brand Yeezy terjalin selama nyaris satu dekade. Penjualan Yeezy amat menguntungkan bagi Adidas, karena memberi perusahaan tersebut aspek kompetitif saat bersaing dengan seri sneaker populer seperti Air Jordan milik rival mereka Nike.
Meski kini resmi memutus kontrak Kanye, Adidas tetap dikecam berbagai pihak, terutama kelompok advokasi yang aktif memantau perilaku antisemit. Adidas terhitung lebih lambat mengambil sikap dibanding brand seperti Balenciaga, Vogue, JP Morgan, hingga manajemen artis CAA yang sudah lebih dulu memutus kontrak Kanye sesudah sang rapper banyak melontarkan tudingan rasis terhadap etnis Yahudi. Akun Kanye sejak pertengahan bulan ini di-banned oleh Instagram dan Twitter. Studio MRC Entertainment turut mengumumkan batal merilis dokumenter Kanye yang sedianya tayang November mendatang.
Ye berulang-ulang memicu kehebohan, dengan menuding etnis Yahudi mengontrol berbagai industri dari balik layar, memperbudak orang kulit hitam yang kreatif, serta layak dipersalahkan memicu berbagai kekacauan dunia. Ye turut menyalahkan kaum Yahudi sebagai penyebab Virgil Abloh, desainer fashion sahabatnya, meninggal (meski Abloh sebetulnya meninggal akibat kanker).
Pandangan antisemit itu dia bolak-balik ucapkan saat diwawancarai Tucker Carlson, dalam livestream bersama Drink Champs, serta beberapa postingan akun medsosnya. Akibat ucapan anti-Yahudi tersebut, Kanye malah mendapat dukungan dari kelompok supremasi kulit putih. Pada 24 Oktober lalu, kelompok Neo Nazi di Los Angeles, Amerika Serikat, mengibarkan spanduk di sebuah jembatan bertuliskan, “Pandangan Kanye tentang orang Yahudi sudah tepat.”
Sebelum melontarkan ucapan rasis terhadap orang Yahudi, Kanye sebetulnya sudah mendapat teguran dari Adidas. Ye sempat menghadiri Paris Fashion Week mengenakan kaos bertuliskan “White Lives Matter”, slogan yang biasa digunakan oleh kelompok supremasi kulit putih untuk mendisreditkan gerakan Black Lives Matter.
Sikap Adidas, yang terkesan perlu berpikir panjang memutus kontrak Kanye dibanding perusahaan lain, dicibir netizen. Bahkan karyawan Adidas sendiri banyak yang mengungkapkan protes terbuka lewat medsos.
Saham Adidas di bursa AS juga turun drastis selama beberapa hari terakhir, berbarengan dengan ramainya sorotan terhadap ulah Kanye. Ketua Liga Anti Kebencian Etnis di AS, Jonathan Greenblatt, menganggap Adidas baru bersikap setelah tekanan publik terlanjur membesar.
“Brand-brand ternama lain bisa lebih sigap memutus hubungan dari Kanye. Kegagalan Adidas mengambil kebijakan serupa sungguh tidak bisa diterima akal sehat,” kata Greenblatt.