FYI.

This story is over 5 years old.

teknologi

Tonton Para Penyandang Kelumpuhan Mengendalikan Mesin Dengan Pikiran

Teknologi baru dari AS ini mengubah difabel menjadi Professor X seperti di komik X-Men.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Setelah berbagai macam kebijakan para petinggi dunia membuat kita seakan kembali ke abad kegelapan, hati menjadi damai ketika mendengar bahwa ilmu pengetahuan masih bisa membawa kemajuan berarti bagi manusia. Sekarang, manusia sudah bisa mengendalikan mesin hanya menggunakan pikiran.

Sebuah laporan ilmiah yang baru saja dirilis menunjukkan sebuah percobaan klinis yang baru-baru ini dilakukan oleh tiga orang peserta. Dua mengidap sklerosis lateral amiotrofik, satu cedera tulang belakang. Mereka menggerakan barang dengan bantuan alat dipasang di otak mereka dan sebuah konsol komputer eksternal yang sanggup "mengetik dengan cepat menggunakan inferface otak-komputer dibanding penderita kelumpuhan pada umumnya." Para peserta "dapat mengontrol komputer dengan membayangkan gerakan tangan mereka sendiri," kata Leigh Hochberg, neurologis dan ahli saraf yang bertanggung jawab atas percobaan klinis tersebut.

Iklan

Bagi kita semua orang awam: Bagaimana mungkin teknologi menakjubkan semacam ini mungkin?

Sebuah "interface otak-komputer" (BCI) adalah sebuah elektroda silikon yang ukurannya lebih kecil dari penghapus pensil. Melalui sebuah operasi, BCI ini dipasang di bagian otak peserta yang mengendalikan koordinasi tubuh. Sensor di BCI membaca dan menyimpan aktivitas elektris yang terjadi di daerah otak tersebut (motor cortex), dan mengirimkannya ke sebuah komputer yang dilengkapi algoritma khusus berfungsi untuk menerjemahkan signal yang masuk menjadi bentuk perintah untuk kursor di layar komputer….Kalau masih bingung, silakan baca ulang paragraf ini.

Dalam sebuah video yang diunggah oleh Stanford University (salah satu dari banyak institusi yang terlibat dalam penelitian), Krishna Shenoy, seorang profesor teknik menjelaskan proses tersebut sebagai "nguping aktivitas elektris" yang terjadi di dalam otak. Proses ini bisa dilihat dengan jelas lewat video tersebut: peserta berkusi roda dengan kabel yang ditempelkan ke kepala mereka lewat sebuah alat metal seukuran kotak sabun, mampu menggunakan pikiran mereka untuk mengetik, mengopi frasa, dan menyelesaikan tugas-tugas serupa dengan video game visual. Ini bukan sains fiksi, ini sains aja.

Percobaan ini merupakan bagian dari kolaborasi yang disebut BrainGate, melibatkan insinyur, ahli komputer, ahli saraf, ahli matematika, dan orang-orang pintar lainnya dari tiga universitas (Stanford, Case Western dan Brown), Massachusetts General Hospital dan Providence, Rhose Island V.A Medical Center. Pertama kali memulai percobaan klinisnya di 2004 dan kini didanai oleh pemerintah dan filatropis swasta, BrainGate telah banyak berhasil menghasilkan penemuan-penemuan yang mencengangkan.

Iklan

Contoh: di 2012, dirilis sebuah laporan berjudul "Reach and grasp By People With Tetraplegia Using a Neurally Controlled Robotic Arm" yang ditemani oleh video menampilkan seorang peserta yang lumpuh bernama Cathy menggunakan pikirannya untuk memerintahkan lengan robotik untuk bergerak, mengambil sebotol kopi dan dan mendekatkannya ke mulutnya agar dia bisa minum lewat sebuah sedotan. (Mengesampingkan teknologi, video ini layak ditonton demi melihat wajah bahagia Cathy setelah dia berhasil menggerakan beberapa obyek hanya menggunakan pikiran.)

Para peneliti yang terlibat mengatakan bahwa penemuan-penemuan ini masih berada di tahap awal, namun implikasinya bisa sangat luas nantinya. Hochberg mengatakan penelitian ini (diuji menggunakan primata non-manusia saat ini) bermaksud untuk menghasilkan alat nirkabel yang bisa dikontrol pikiran. Dalam video Stanford di atas, Shenoy mengatakan, "Bayangkan anda berinteraksi dengan rumah anda, mengirim signal nirkabel ke pintu agak bisa membuka dan menutup dengan sendirinya."

Hochberg mengatakan bahwa penelitiannya akhir-akhir menunjukkan kemajuan yang pesat. Kecepatan para peserta mengetik menggunakan pikiran mereka—mendekati delapan kata per menit—sudah terasa seperti "alat komunikasi sungguhan yang bisa digunakan dengan nyaman untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman."

Lalu apa pelajaran yang bisa diambil?

Coba keluar sejenak dari hiruk pikuk politik dan ujaran kebencian di sosmed. Anda akan sadar bahwa masa depan peradaban manusia tidak segelap yang kita kira.