Bebek Kuning Maskot Baru Demonstran Pro-Demokrasi Thailand
Seorang demonstran berpose depan bebek kuning yang jadi simbol baru protes pro-demokrasi di Thailand, pada 19 November 2020. Foto oleh Joe Freeman/VICE
Thailand

Bebek Kuning Menjadi Maskot Baru Demonstran Pro-Demokrasi Thailand

Pelampung bebek berukuran besar itu kurang efektif menghadapi semburan meriam air polisi, tapi berhasil menjadi simbol perlawanan terhadap junta dan kerajaan.

Bebek kini ikut serta dalam gerakan protes pro-demokrasi skala besar di Thailand. Lebih tepatnya, bebek pelampung berukuran besar berwarna kuning yang biasa kalian temukan di tempat-tempat wisata air.

Setelah lebih dari tujuh bulan unjuk rasa menuntut perdana menteri Thailand berlangsung, para demonstran berhasil menemukan simbol anyar untuk mempersatukan mereka. Sebelumnya para demonstran yang rata-rata mahasiswa dan anak SMA itu memakai simbol tangan, kostum, hingga lagu khusus untuk mengobarkan perlawanan terhadap junta militer dan kerajaan. Kini simbol baru yang mereka bawa ke garis depan adalah bebek kuning berukuran besar.

Iklan

Kehadiran bebek-bebek itu mulai terpantau media pada Selasa (17/11) lalu, saat ribuan demonstran berusaha menerjang gerbang parlemen Thailand di Ibu Kota Bangkok. Demo hari itu dipicu amandemen UU oleh legislatif yang tidak sesuai tuntutan massa.

Sebagian demonstran di garis depan memakai bebek pelampung raksasa untuk melindungi mereka dari serangan meriam air yang ditembakkan polisi anti huru-hara. Taktik pengunjuk rasa rupanya gagal.

Massa terhalau, belasan luka-luka. Berdasar laporan terkini, setidaknya enam orang luka tembak dalam bentrokan di depan gedung parlemen. Massa demonstran pro-demokrasi sekaligus bentrok dengan kelompok pro-kerajaan yang menolak adanya reformasi politik di Negeri Gajah Putih.

000_8VC6YP.jpg

Polisi menyemprot demonstran yang membawa bebek kuning raksasa dengan meriam air di depan gedung parlemen Bangkok. Foto oleh Mladen Antonov / AFP

Lembaga pemantau HAM Human Rights Watch menyebut aparat Thailand telah bertindak berlebihan dalam insiden dua hari lalu. “Kami mengimbau aparat berhenti menggunakan taktik kekerasan yang dapat memicu kondisi jadi lebih tidak terkontrol,” menurut keterangan tertulis Human Rights Watch.

000_8VC6ZK.jpg

Polisi menyemprot demonstran yang membawa bebek kuning raksasa dengan meriam air di depan gedung parlemen Bangkok. Foto oleh Mladen Antonov / AFP

Sehari sesudah bentrok di parlemen, massa kembali menggelar unjuk rasa dekat markas besar kepolisian di Bangkok. Sebagian demonstran berusaha menulis grafiti protes di tembok kantor polisi. Lagi-lagi, bebek kuning menemani para demonstran, menjadi tameng mereka menghadapi semprotan meriam air aparat.

Sekalipun tidak cukup kuat melindungi demonstran dari hantaman air, lebih-lebih gas air mata, adanya bebek kuning ternyata dianggap simbol perlawanan. Bukan sekadar piranti melindungi diri.

Iklan

“Bebek kuning itu adalah simbol pengorbanan banyak orang yang menghadapi taktik kekerasan dari aparat untuk membubarkan demonstrasi yang dilindungi konstitusi,” kata salah aktivis yang minta identitasnya dirahasiakan agar tak ditangkap aparat, kepada VICE World News.

000_8VE8DT (1).jpg

Bebek-bebek kuning beredar di antara massa protes pro-demokrasi saat berkumpul di salah satu ruas jalan tersibuk Bangkok pada 18 November 2020. Foto oleh Jack Taylor / AFP

Bebek-bebek kuning kini makin sering terlihat di berbagai sudut Bangkok. Sebagian bebeknya beredar di antara demonstran yang sedang menggelar unjuk rasa sambil menduduki jalan. Kadang bebeknya ditempatkan di atas mobil, serta dijadikan tameng demonstran garis depan.

Menurut laporan Thai Enquirer, para demonstran menjuluki kehadiran maskot pelampung raksasa itu sebagai “barisan bebek kecil”. Pelampung bebek yang dipilih sengaja berwarna kuning, untuk mengolok-olok warna khas para pendukung kerajaan. Satu dekade lalu, ketika pernah terjadi demo besar akibat penggulingan PM Thaksin Shinawatra oleh militer, massa pro-kerajaan biasa menggunakan atribut kuning-kuning.

Menurut Charlie Thame, dosen politik di Thammasat University, saat diwawancarai VICE World News, konsep pemakaian bebek ini dipinjam dari taktik demonstran Hong Kong. Kampanye melibatkan simbol baru perlawanan anak muda Thailand itu juga beredar di Twitter.

Banyak demonstran berfoto di samping bebek yang sedang tidak dipakai menjadi tameng meriam air. Foto-foto selfie bersama si bebek kuning membanjiri linimasa Twitter dan Instagram Thailand.

Sebagian besar demonstran yang berfoto bareng si bebek sekaligus mengacungkan tiga jari, gestur ikonik yang dipinjam dari film “Hunger Games”, yang sejak tiga tahun lalu sudah menjadi identitas kelompok perlawanan junta dan kerajaan.

Iklan
DSC00224.JPG

Seorang demonstran gerakan pro-demokrasi berfoto bareng bebek pelampung yang jadi ikon perlawanan baru. Foto oleh Joe Freeman/VICE

Sejauh ini, tuntutan massa masih diabaikan oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, musuh utama yang dituntut mundur. Mantan jenderal yang menggulingkan pemerintahan demokratis tersebut ngotot bertahan.

Namun, berbeda dari unjuk rasa sebelumnya di sejarah Thailand, gerakan anak muda kali ini berpotensi mengubah negara tersebut untuk selama-lamanya. Sebab, target protes mereka bukan cuma junta militer, melainkan juga anggota kerajaan yang terkesan sakral.

Selama ini, rakyat Thailand tak berani mengkritik perilaku raja ataupun kaum darah biru lainnya, karena mereka terancam hukuman penjara hingga 15 tahun bila nekat melakukannya. Nyatanya, selama empat bulan terakhir, ribuan anak muda nekat menghujat sistem kerajaan Thailand, sembari menuntut amandemen konstitusi agar wewenang raja dibatasi. Sebab manuver raja lah yang dituding demonstran mendorong militer berulang kali menggulingkan pemerintahan demokratis.

000_8VE8FG (1).jpg

Bebek-bebek pelampung dibariskan sebagai tameng menghadapi potensi serangan meriam air oleh demonstran di Bangkok. Foto oleh Mladen Antonov / AFP

Menyadari kekuasaannya terancam, Raja Maha Vajiralongkorn mulai membuat rangkaian kampanye simpatik untuk mengubah sikap rakyat. Sang raja selama ini yang paling sering dihujat karena lebih rajin tinggal di vila mewahnya yang terletak di Jerman, alih-alih mendengar tuntutan rakyat.

Sebulan terakhir, Raja Vajiralongkorn selalu terlihat di Bangkok, rajin menemui masyarakat yang masih loyal padanya, naik MRT di jam sibuk, bahkan sempat bersedia diwawancarai singkat oleh media asing (hal yang tak pernah dilakukan raja di Thailand selama ini). Namun belum jelas apakah manuver raja berusia 68 tahun itu berhasil melunakkan hati anak-anak muda yang menuntut kekuasaannya dibatasi.