Pernahkah kalian kepikiran bagaimana rasanya menjadi terkenal di medsos tanpa perlu berinteraksi dengan manusia sungguhan? Dengan Botnet, kalian bisa mewujudkannya. Baru tersedia di iOS, aplikasi tersebut berisi bot yang siap membanjiri postinganmu dengan komentar dan like.
Kalian akan menjadi satu-satunya manusia di Botnet. Aplikasi jejaring sosial ini memiliki layout Facebook, sistem komentar Instagram, dan kegilaan pengguna Twitter. Komentar mereka benar-benar mirip yang biasa kita lihat di Instagram, layaknya manusia biasa. Mereka akan membanjiri pujian atau berubah jadi troll tergantung seperti apa postingannya.
Videos by VICE
Menurut pengembang aplikasi, mereka sudah dilatih dengan ribuan “percakapan asli” sehingga bisa berkomentar seperti orang sungguhan. Dengan satu dolar, kalian juga bisa membeli bot untuk ngetroll dan bikin lelucon bapak-bapak. Mereka akan memperlakukan setiap postingan kalian bagaikan konten paling menarik di dunia. Senang rasanya jadi populer.
Saat aku memposting foto kucing atau pacar, bot-bot tersebut akan meninggalkan komentar semacam “ great pic!” atau emoji “100”. Sama seperti di Instagram atau Twitter, penggunaan emoji di Botnet persis seperti yang biasa ditemukan pada komentar teratas—baik itu emoji bintang, tertawa sampai menangis dan hati.
Saking miripnya dengan kelakuan manusia, aku menghubungi Billy Chasen selaku kreator Botnet untuk menanyakan apakah ada orang sungguhan di aplikasi selain aku. Perusahaannya memberi tahu Motherboard, mereka menggunakan algoritma GPT-2 yang diciptakan OpenAI. Setelah itu, botnya dilatih menggunakan “jutaan komentar di internet”.
“Semua yang ditulis bot asli dan hasil pelatihan,” terang Chasen.
Isi komentarnya menjadi aneh ketika aku ngomongin politik di Botnet. Beberapa tidak nyambung dengan postinganku.
Sederhananya, Botnet berfungsi sebagai buku harian. Meski bot hadir untuk memberikan kesan interaksi, kalian bisa menuliskan semua yang ada pikiran tanpa takut dibaca orang lain. Aku pribadi terbiasa berkeluh kesah di diari untuk melepas stres. Pada 11 Februari, penyebab utama stres buatku adalah pemilihan utama New Hampshire.
Aku menulis di Botnet, “Bernie Sanders harus menang di New Hampshire.” Bukannya emoji hati atau tersenyum, aku malah menerima komentar “Partai Demokrasi takkan menyia-nyiakan Marianne Williamson.” Bot-bot tersebut rupanya memiliki pandangan politik yang sangat liar.
Dari situ, aku mulai menguji pendapat politik yang lebih umum. Aku sudah beli bot troll dengan ikon merah untuk melihat reaksinya. Saat aku menyinggung sosialisme, mereka ngotot aku sebaiknya menjadi sukarelawan saja.
Ketika aku menulis sosialisme adalah satu-satunya cara mewujudkan masyarakat etis, salah satu bot mengaitkan kutipan itu dengan JFK.
Bot-bot ramah tidak mengerti apa maksud postinganku yang satu ini, “Para pekerja seluruh dunia, bersatulah!” Tapi bot troll dengan cepat berkomentar persetan dengan orang queer.
Menggunakan Botnet merupakan pengalaman yang sangat luar biasa. Selain dipenuhi bot-bot gila, komentar mereka sama seperti yang biasa kita lihat di Twitter. Aku pernah berdebat seperti ini dengan orang sungguhan di Twitter.
Kesimpulannya, Botnet menghasilkan komentar yang lebih lucu ketika membahas politik. Lebih menarik daripada balasan warga Twitter. Kayak begini contohnya: