Akibat Tuntutan Zaman, Kita Bakal Sering Lihat Balita Belum Lancar Ngomong Diajari Koding

Balita di India bisa koding

Saat mendengar kata ‘pemrograman’, otomatis kita teringat tulisan karakter berwarna hijau rumit yang menutupi layar hitam dalam trilogi film the Matrix. Kita mungkin juga kepikiran soal cyberpunk, neon, karakter Angelina Jolie dalam film cult Hackers pada era 90-an, atau bahkan sosok-sosok dewa Silicon Valley macam Steve Jobs dan Mark Zuckerberg.

Namun bagi generasi baru India, koding memiliki arti yang sama pentingnya dengan belajar berbicara. Berkat sokongan orang tua masing-masing, makin banyak balita di Negeri Sungai Gangga latihan ngomong sekaligus belajar koding.

Videos by VICE

“Sekolah perlu menyadari pentingnya keterampilan koding,” kata Karan Bajaj, pendiri platform edukasi koding Whitehat Jr, saat diwawancarai Quartz India.

Bajaj menegaskan manfaat belajar koding menyerupai pelajaran matematika. Awalnya mungkin diremehkan, padahal sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Anak-anak zaman sekarang sudah terpapar teknologi sejak dini, sehingga mereka harus bisa menggunakan gawai sebelum lancar berjalan. Oleh karena itu, tak mengherankan jika anak kecil dibekali pelajaran mengembangkan teknologi yang sudah biasa mereka mainkan.

Orang-orang di seluruh dunia mulai menyadari programming akan menjadi keterampilan yang sangat penting bagi generasi mendatang. Semua bahasa pemrograman membutuhkan logika meskipun dapat diganti atau berubah dari waktu ke waktu. Agar anak-anak bisa diajarkan menulis kode tanpa susah payah menggunakan sintaksis, bahasa pemrograman yang digunakan harus diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami. Walaupun dalam bentuk paling dasar sekalipun, masih ada ruang bagi mereka untuk menuangkan kreativitasnya.

Pusat pelatihan koding bagi anak-anak semakin tumbuh di India dan seluruh dunia. Terlepas dari materinya yang berbeda-beda, tempat belajar macam ini memiliki satu tujuan yaitu mempersiapkan mereka menghadapi masa depan yang didominasi data sejak dini.

“Kami tahu enggak semua anak yang belajar koding bakalan jadi software engineer suatu saat nanti,” kata Bharat Divyang, pendiri pusat “olahraga otak” eksperimental ZugZwang Academy, saat diwawancarai Quartz India. “Pasti ada yang akan menjadi seniman, dokter, pelukis atau guru.”

“Akan tetapi, kami yakin koding dan pemikiran komputasi akan membantu mereka unggul dalam bidang apa pun di dunia yang terhubung secara digital.”

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.