Warisan Penting Irrfan Khan Bagi Jagat Sinema, Menurut Penggila Film India di Indonesia

Aktor legendaris Bollywood Irrfan Khan meninggal ini film terbaik Irrfan

Ia hanya muncul sekilas. Kurus dan sangat muda, tapi dengan tatapan yang sama, seperti yang ia punya hingga puluhan tahun kemudian. Pemuda penulis surat di drama tragis Salaam Bombay! (arahan sutradara Mira Nair, 1988) itu adalah Irrfan Khan. Jauh sebelum ia dikenal pemirsa awam sebagai sosok dewasa Pi Patel yang memeluk tiga agama dalam Life of Pi (Ang Lee, 2012).

Tatapannya adalah salah satu kenangan Irrfan yang tersisa dalam diri saya. Jika mata Shah Rukh Khan mengatakan dirinya pria yang bolak-balik terluka karena cinta, Amitabh Bachchan laki-laki pendiam yang menyimpan dendam, dan Amir Khan selalu mengingatkan saya pada anak bengal yang suka mencerdiki orang lain, di mata Irrfan ada bayang-bayang perjalanan hidup manusia dengan lebih dan lebih banyak penderitaan di sana.

Videos by VICE

Mata Irrfan, di mata saya, selalu seperti itu: mata manusia yang ingin bilang, “Aku sudah kenyang dengan rasa pahit.” Karakter itu paling terwakilkan dalam perannya sebagai akuntan bersahaja dalam The Lunchbox (Ritesh Batra, 2013).

Kecualikan Slumdog Millionaire; New York, I Love You; The Namesake; apalagi Spider-Man dan Inferno, siapa Irrfan sesungguhnya? Apa arti kehadirannya dalam khazanah Bollywood—istilah yang sebenarnya Irrfan Khan tolak karena memosisikan sinema India sebagai bayang-bayang palsu Hollywood.

Pertanyaan itu saya ajukan kepada Mahfud Ikhwan selepas kabar kematian Irrfan tersiar pada 29 April 2020. Aktor itu meninggal dunia di Mumbai, akibat infeksi usus setelah dua tahun lalu sempat sembuh dari tumor di kelenjar neuroendokrinnya.

Mahfud adalah novelis terpandang di jagat sastra Indonesia, sekaligus penggila sinema India. Mahfud bisa dibilang “advokat-cum-pendakwah” film India di Tanah Air yang suaranya paling nyaring. Buktinya, dia mengabdikan dua jilid kumpulan esainya, Aku dan Film India Melawan Dunia I dan II (2017), demi membela gambar bergerak buatan Anak Benua, dari suara-suara yang melecehkan sinema bikinan negeri itu sebagai “cuma film tentang tari dan nyanyi.”

Maka, lelaki yang kerap dijuluki Cak Mahfud itu sosok paling tepat untuk diwawancarai, agar kita semua dapat memahami warisan terpenting mendiang Irrfan Khan selama menghiasi layar bioskop, menghibur miliaran penggemar sinema di seluruh dunia.

Berikut cuplikan obrolan kami:

VICE: Sebagai pencinta dan pendakwah film India di Indonesia, apa hal pertama yang terlintas ketika mengetahui Irrfan Khan meninggal?
Mahfud Ikhwan: Tidak terkejut, karena aku sudah mendengar kondisi sakitnya bahkan sejak praproduksi film terakhirnya, Angrezy Medium. Aku juga mengikuti kabar up-down-nya [Irrfan]. Tapi, tak butuh waktu lama untuk segera merasa: ‘Asyem, betul enggak sih?’ Sebelum menulis status duka di FB, aku membuat pengumuman di grup WA kecil kami “Nonton India“. Sebab, aku tahu, beberapa orang di [grup WA itu] mengidolakan Irrfan.

Jika Cak Mahfud harus memberi satu kata—atau satu kalimat—tentang Irrfan Khan, apakah itu?
“Khan yang berbeda”—meski belakangan ia cenderung ogah pakai namesake Khan, dan menyisakan Irrfan saja.

Apa alasannya? Benci bayang-bayang aktor lain dengan marga yang sama?
Yang pernah kubaca, “Aku malas dikenali atau diidentikkan dengan latar agama dan budaya atau keturunan tertentu.”

Di status Facebook Cak Mahfud menulis bahwa Irrfan “menjadi penanda cara baru menikmati film India dalam 10 tahun terakhir”, mengapa?
Sebab, seperti yang kutulis juga, ia “memunggungi” konsep Hero dalam tradisi Bollywood.

Bisa jelaskan lebih jauh? Apa karena ia sering mendapat peran penjahat yang mendapat simpati penonton?
Tidak, kalau [tipe penjahat yang dicintai penonton] itu Shah Rukh. Gambaran paling jelas bisa dilihat pada film Paan Singh Tomar. Irrfan memainkan sosok veteran tentara sekaligus atlet, yang kemudian karena diperlakukan tidak adil, memilih jadi seorang bandit. Karakter kompleks macam itu sebenarnya bukan hal baru. Sholay-nya Bachchan juga gitu. Cuma, pahlawan Bollywood selalu “larger than life”, ekstravagans, yang itu bisa dikenali dari tampilannya di layar maupun di luar layar.

Tapi Irrfan beda. Irrfan menampilkan sosok yang nyata. Pemberontak yang kurus, seorang bekas veteran yang menyimpan dendam, ia seperti orang-orang yang kita bisa kenali [di kehidupan sehari-hari]. Cek bagaimana gambaran vis-a-vis Hero Bollywood di Billu, ketika Irrfan, yang tokoh utama film, berbagi layar dengan Shah Rukh Khan. Film itu menampilkan Hero Bollywood vs Hero ala Irrfan.

Bolehkah aku simpulkan, Irffan berkebalikan dari Shah Rukh, karena identik dengan karakter yang sederhananya ‘orang baik jadi jahat’?
Jauh lebih tepat jika menyebut Irfan mewakili sosok orang biasa yang bisa menjadi apa pun, tapi tetap dengan gambaran yang biasa. “Become ordinary is special,” begitulah tagline dari film Billu. “Orang biasa” ala Irrfan misalnya: tukang cukur di Billu, sopir taksi di Piku, pegawai negeri di The Lunchbox, dan seterusnya.

1588251846820-poster
Arsip sampul buku Aku dan Film India Melawan Dunia I dari penerbit EA Books.

Cak Mahfud memilih poster Billu untuk sampul buku Aku dan Film India Melawan Dunia jilid I. Tapi namanya hanya disebut satu kali di buku pertama, lalu dua kali di buku kedua. Ada pembelaan?
Karena aku tak bicara atau menulis semua hal yang kusukai di film India di buku itu. Salah satu film India terbaik bagiku adalah Maqbool. Irrfan dan Tabu bermain menggetarkan di film tersebut—yang membuat mereka dipasangkan kembali oleh Mira Nair dalam The Namesake.

Billu kabarnya film yang pertama-tama Cak Mahfud terjemahkan subtitle-nya dalam rangka mendakwahkan film India. Apa yang spesial dengan film ini? Wajah kontras dua Khan-nya kah? [Catatan redaksi: Mahfud pernah mencanangkan proyek sisyphean untuk dirinya sendiri: menerjemahkan subtitel film-film India, bahkan dalam bahasa Jawa dialek desanya—ia berasal dari Lamongan utara.]
Sebenarnya film ini sangat memenuhi hal-hal yang disukai penonton film India tradisional. Film persahabatan yang lebih dari saudara. Itu ramuan lama. Apalagi ada bayangan tafsir cerita Krisna-Sudama di film itu. Aku senang saja [sama film itu]. Ia menggetarkan urat-urat film India purbaku, hahaha….

Tapi kenapa kuterjemahkan? Dialog-dialognya lucu; sarkasme orang miskin yang bikin sedih tapi juga bikin ngakak. [Misalnya] bagaimana Billu [tokoh yang diperankan Irrfan] menyurati pegawai kredit untuk bertanya: Ia terima sogokan atau tidak? Juga dialog Billu dan kepala sekolah:

“Bu, saya belum bisa bayar SPP. Kambing mau saya jual, tapi anaknya masih nyusu. Kasihan.”
“Ya, sudah. Suruh kambing itu ngajari anakmu.”
“Lho, nanti repot. Saya mesti nyekolahkan kambing untuk ngajari anak saya. Bayar SPP dari mana untuk kambing-kambing itu?”

… atau semacam itu. Aku merasa film itu harus ditonton teman-teman di kampung. [Setelah menerjemahkan, Mahfud membuat acara nonton bareng dengan teman-temannya di desa. Memang pantas disebut pendakwah, kan?-red]

Menurutmu, peran Irrfan di Hollywood masih terjebak klise enggak sih? Maksudnya, klise tokoh orang Asia atau kulit berwarna yang main di film garapan orang kulit putih
Iya, tapi jauh lebih mending dibanding wajah-wajah Asia sebelumnya. Ia sudah jadi penjahat penting di Amazing Spider-Man, atau pengusaha kaya di Jurrasic World. Tapi aku belum nonton dua-duanya, hahaha.

Jangan bilang penampilannya di omnibus New York, I Love You juga belum nonton….
Belum. Itu film yang kelewat. Tapi aku kan nonton dia jadi preman perayu di Sahib Biwi Aur Gangster Return, hahaha. Ini perannya yang paling menyimpang, menurutku. Ia meniduri perempuan-perempuan cantik di film ini. Yang menarik, sebenarnya, Irfan memang punya reputasi internasional dulu sebelum mapan di Bollywood. Ini berbeda dengan bintang-bintang Bollywood yang pernah main untuk film Hollywood.

Berkat Mira Nair?
[Lebih tepatnya berkat] Asif Kapadia, orang yang memberinya peran di film The Warrior. Film itu masuk nominasi BAFTA. Yang menarik lagi, dari jalur ibu, Irrfan ini memang masih bau-bau nawab, bangsawan. Hal yang enggak dipunyai Shah Rukh.

Kudengar aktor favorit Cak Mahfud adalah Nana Patekar, lantas di mana letak Irrfan? Antara peringkat 1 sampai 5, ada diakah di sana?
Aku selalu sulit bikin peringkat, tapi sepertinya [Irffan] masuk. Yang bisa kubilang dengan mantap, ia salah satu aktor terbaik India yang pernah kutonton. Juga Nawazuddin Siddiqui.

Adakah aktor India lain yang identik dengan Irrfan? Semacam, kalau aku ingin lihat pemeran yang jadi karakter sederhana, tidak ekstravagans tadi, adakah opsi lain?
Aku berharap Nawazuddin, tapi bahasa Inggrisnya payah anak ini. Aku juga berharap pada Randeep Hooda. Cek film barunya, Extraction. Pada Irrfan dan Randeep, ada persamaan: keduanya sama-sama terobsesi dengan Naseeruddin Shah. Haaa, ini [Naseeruddin] seharusnya yang nomor dua (peringkat aktor India terbaik versi Mahfud-red). Naseeruddin adalah aktor panutan para bintang Parallel Cinema, dan Irrfan dibesarkan oleh sutradara-sutradara didikan para pemberontak Bollywood itu. Naseeruddin ketemu Irffan di film sukses pertamanya, Maqbool.

Catatan redaksi: Parallel Cinema adalah gerakan sepanjang dekade ’50-an di India, namun berakar lebih tua dari itu, dari para sineas India yang tak mau sinema India berwajah tunggal, yakni Bollywood-nya Mumbai yang cari duit doang. Ciri film Parallel Cinema ialah ideologis dan kadang ‘noir’.

Jadi Irrfan lebih dibesarkan sutradara seperti Mira dan Asif?
Bukan cuma itu. Vishal Bhardwaj, yang masuk rombongan sutradara aneh yang membuat film aneh; Ram Gopal Verma, yang adalah mentor Anurag Kashyap. Sutradara lain yang berjasa untuk Irrfan adalah Tigmanshu Dulia, orang yang nulis skrip untuk film Shekhar Kapur, Bandit Queen

Lalu, kalau boleh minta tolong, Apa film-film Irrfan yang harus pembaca VICE tonton?
Kalau belum nonton Maqbool, kalian harus nonton. Harus! Lalu Sahib Biwi Aur Gangster Return, dia jadi penjahat bejat yang kompleks. Kemudian Paan Singh Tomar, ini film sport, agraria, dan macam-macam.

Pertanyaan terakhir: Siapa Rishi Kapoor, aktor India yang juga baru saja meninggal? Apakah kami termasuk kaum yang merugi bila tak tahu kiprahnya?
Ketika Amitab Bachchan dan Mithun Cakrabhorty mesti memukuli orang kusam untuk mendapatkan cinta, Rishi Kapoor mendapatkannya dengan mudah di pinggir kolam renang mewah. Ia romantic hero of 80′s Bollywood. Ia juga salah satu anggota utama klan Kapur. Salah satu putra dari sosok terpenting di Bollywood, Raj Kapur.

*Wawancara ini telah disunting agar lebih ringkas dan enak dibaca