Travel

Aku Berfoto di Pameran Seni, Maka Aku Ada

Bonang Setoaji sibuk mengatur arah jepretan kameranya mirrorless miliknya ke arah figur yang menyerupai badut-badut yang bertebangan, karya seniman Heri Dono, di tengah gelaran ARTJOG 2018 yang bertempat di Jogja National Museum. Judul karya itu ‘Smiling Angels From the Sky‘, namun Bonang tak kunjung mendapat ilham untuk menentukan sudut pengambilan gambar yang pas.

Akibatnya, Bonang ditinggalkan rombongan kawan, sesama mahasiswa sepertinya, yang memilih berpindah ke instalasi seni lain karya Popok Tri Wahyudi yang terajut dari jutaan rafia. Mereka hendak mengambil foto bersama (wefie). Setelah menjepret beberapa foto, barulah Bonang melangkah mengikuti rekannya. Apakah kerumitan tafsir karya Heri Dono itu begitu menarik perhatiannya? Menurut Bonang sih tidak juga.

Videos by VICE

“Saya cuma dijajake (ditraktir-red) teman masuk ARTJOG. Suruh nemenin aja. Soalnya ada teman dari luar kota sedang ke Jogja,” ujarnya.

Ketika baru masuk pameran, kalian hampir pasti disambut gerombolan pengunjung yang ramai melingkari Sea Remembers, karya Mulyana yang nampaknya menjadi primadona hajatan ARTJOG tahun ini. Mulyana memang seniman yang khusus dipilih jadi commisioned artist ARTJOH tahun ini. Dengan bentuk dan warna yang mencolok, penempatannya di bawah kubah menyerupai nasi tumpeng semi transparan, hasilnya karya Mulyana ini menjadi karya paling banyak diunggah di berbagai platform media sosial dengan tagar #ARTJOG2018.


Tonton dokumenter VICE mengenai karya seni perlawanan Banksy yang kini dipamerkan di Tepi Barat, Palestina:


Pemandangan macam itu begitu marak selama saya mengelilingi seluruh karya seni yang dipamerkan di tiga lantai gelaran ARTJOG. Banyak orang berpose sedekat mungkin di depan karya, mencoba melakukan swafoto ataupun berfoto bersama sesama pengunjung lain.

Perilaku pengunjung museum yang hanya fokus pada selfie mengundang perdebatan di Tanah Air. Muncul postingan viral mengklaim beberapa karya perupa Yayoi Kusama di Museum MACAN, Jakarta Barat, yang rusak gara-gara ulah tak bertanggung jawab pengunjung. Sebagian orang segera menuduh perilaku selfie di museum itu norak dan tak sepatutnya dilakukan.

Bahkan muncul artikel berisi etika yang seharusnya kalian lakukan ketika datang ke pameran seni. Belakangan, ada bantahan dari pengelola Museum MACAN bahwa tak ada karya seni yang rusak. Apa lacur, selfie dan berbagai varian lainnya terlanjur dianggap nista jika dilakukan di pameran seni. Sebab tak ada lagi momen untuk merenung. Semua orang yang datang ke museum atau pameran seni lebih sibuk memikirkan foto terbaik untuk IG masing-masing.

Padahal, sudah ada penelitian yang mengklaim maraknya unggahan foto karya seni via media sosial dapat berdampak positif bagi pengalaman publik meresapi karya seni rupa. Popularitas suatu pameran atau museum terdongkrak berkat partisipasi publik mengunggah foto-foto pengalaman mereka kala mampir.

Di tengah perdebatan itu, setidaknya satu hal yang pasti: pengunjung tak lagi menganggap pameran seni sebagai acara adiluhung yang biasanya hanya bisa diakses kalangan terbatas. Mereka bebas memaknainya manasuka. Seperti Bonang, yang ketika saya ajak ngobrol lagi sesudah puas berfoto di depan karya, menganggap ARTJOG sebagai ruang publik buat bersua kawan lama. “Makanya ini foto-foto [karya] aja sambil ngabuburit,” ujarnya.

Berikut beberapa foto lain lagak ragam pengunjung pameran seni yang dicibir sebagian pecinta seni, namun sekaligus pendongkrak popularitas sebuah karya di masa sekarang: