Artikel ini pertama kali tayang di i-D.
Sanrio mengungkap latar belakang karakternya yang paling ikonik tiga tahun lalu. Menurut klaim perusahaan merchandise asal Jepang ini, Hello Kitty bukanlah kucing melainkan pelajar perempuan asal Inggris menyerupai kucing.
Penggemar Hello Kitty marah besar mendengar penjelasan yang bikin kening berkerut itu. Kemarahan publik begitu kuat sampai-sampai Sanrio meralat pernyataan tadi, lalu mengatakan Hello Kitty benar kucing “antropomorfis” alias menyerupai manusia. Banyak orang mengidolakan kucing ini. Hello Kitty memang eksentrik: karakter itu telah berusia 43 tahun, sejak dulu sampai sekarang masih duduk di kelas 3 SD seperti Nobita saja. Kata Sanrio, rasi bintang Hello Kitty adalah Scorpio dan dia pendiam. Masih banyak lagi misteri Hello Kitty yang belum terungkap sampai sekarang. Pertanyaan kami sih lebih simpel. Kenapa Hello Kitty bisa menjadi ikon yang sangat dicintai tua-muda seluruh dunia?
Sejak peluncuran perdananya pada era 70’an, Kitty segera sukses menjadi ikon yang dikagumi secara universal. Sosoknya mempengaruhi imajinasi anak-anak, yang seiring waktu kini tumbuh menjadi seniman-seniman ternama masa sekarang. Misalnya saja Frank Ocean. Kontradiksi dari karakter kucing ini malah membantu dominasinya di dunia. Kitty tidak memiliki mulut dan tidak berbicara. Berbeda dari Mickey Mouse, Kitty dapat menjadi kucing untuk segala situasi, melayani berbagai jenis konsumen.
Videos by VICE
Coba lihat saja basis penggemar Hello Kitty, yang semuanya penuh kejutan. Awalnya remaja ABG Jepang di era 70’an yang berjasa mempopulerkannya ke luar negeri. Belakangan musisi RnB Frank Ocean menjadi duta budaya Kitty, memasukkan sosok kucing imut tadi dalam dua video klipnya. Ditto Rei Kawakubo, seniman rupa kontemporer, mengenakan wig Hello Kitty dan kalung bermotif serupa untuk koleksi Comme des Garçons musim semi/panas 2018. Lalu ada pula Masao Gunji, polisi berusia 67 tahun yang kini menjadi kolektor, yang hidup di rumah dipenuhi lebih dari 5.000 pernak-pernik Hello Kitty. VICE Indonesia pernah melakukan liputan soal fenomena serupa. Penggemar Hello Kitty sangat loyal lho, meski mereka sudah berkeluarga sekalipun. Fans Kitty di Tanah Air malah menjangkau berbagai kelas sosial, mulai dari kalangan atas sampai sopir bajaj.
“Saya menyukai Hello Kitty gara-gara ekspresinya,” kata Gunji baru-baru ini pada Guenness World Records dalam rangka pembuatan video keliling rumahnya yang serba pink dan penuh Hello Kitty. “Ketika saya bersedih, Kitty juga tampak sedih. Sebaliknya, saat saya bahagia, dia juga bahagia.” Jadi, demikianlah keuntungan Kitty tak memiliki mulut seperti sudah disebut sebelumnya. Berbeda dari Mickey Mouse atau Donal Bebek yang harus digambar dengan macam-macam pose. Kitty cukup begitu saja. Karena tak ada mulut, tentu saja Kitty tidak bisa membantah atau menunjukkan ekspresi berlawanan dari imajinasi orang.
Seniman (sekaligus kolaborator Frank Ocean) Tom Sachs, juga tergila-gila Hello Kitty. Dia memasang patung Hello Kitty setinggi nyaris 7 meter di Plaza Lever House. Sachs mendeskripsikan ikon budaya Kawaii Jepang itu sebagai “rajanya pernak-pernik” karena menghadirkan “elemen ketiadaan yang menyerupai keyakinan penganut Budha.”
Hello Kitty adalah anomali. Di masa sekarang, generasi milenial ataupun generasi Z cenderung tidak memercayai slogan perusahaan-perusahaan besar, khususnya iklan. Sampai-sampai katanya anak muda di berbagai belahan dunia tak lagi bereaksi pada iklan. Dalam kondisi semamcam itu, Hello Kitty malah berhasil tetap menjadi merek dagang. Hello Kitty berhasil menjadi faktor komodifikasi efektif menarik perhatian generasi yang mengalaminya pertama kali pada dekade 70’an ataupun anak-anak yang lahir setelah tahun 2000.
Dari penelusuran kami saat mewawancarai para penggemar fanatiknya, mereka sepakat, Hello Kitty menonjol justru karena enggak peduli pada target menjadi profuk otentik. Bintang utama Sanrio ini tidak akan pernah dibuatkan akun sendiri, lalu nge-post kutipan-kutipan inspiratif di Instagram. Nyatanya, kucing kawaii ini ada di mana-mana: di knalpot mobil, kamar mandi, alat pembuat quesadilla, dan sebuah sphygmomanometer. Maskapai Taiwan Eva Air baru-baru ini mengumumkan pesawat-pesawat bertemakan Hello Kitty untuk penerbangan tertentu. Kitty memang bukan influencer. Dia adalah ikon budaya pop yang saat ini sama kuatnya seperti Mickey dan Donal.
Rei Kawakubo membuat produk busana avant garde karena terinspirasi Hello Kitty. Padahal Kitty tidak mewakili labelnya Comme Comme des Garçons. Tapi Rei santai saja menabrakkan keduanya. “Di waktu-waktu baik dan buruk, perusahaan ini begini-begini saja,” ujarnya soal merek Comme des Garçons. “Comme des Garçons selalu berpergian dengan iramanya sendiri dan akan terus begitu.” Meski begitu, Kawakubo adalah orang yang tertutup soal apa saja pernak-pernik Hello Kitty yang dipunyainya. Saya curiga, apartemen Rei di Tokyo dipenuhi dudukan toilet dan alat pemanggang roti Hello Kitty.
Baca juga liputan VICE tentang besarnya basis penggemar Hello Kitty di Tanah Air:
Hello Kitty bisa dibengkokkan mana suka. Dia bisa jadi ikon konsumerisme, tapi tak salah juga bahkan kalau kalian mau membuatnya jadi tokoh Marxisme Abad 21 andai memang memungkinkan. Dia adalah poster antropomorfis kucing untuk anak-anak gotik, skena independen. Hello Kitty tidak terjebak menjadi ikon yang terlalu segmented seperti Winnie The Pooh.
Saya sendiri juga fans berat Hello Kitty. Ketika MySpace sedang jaya-jayanya awal dekade 2000’an, ketika budaya independen yang anti komersialisme ngetren banget, saudara perempuan saya dan saya menghabiskan sekitar US$2,500 di toko resmi Sanrio pinggiran Kota San Francisco. Fans Hello Kitty mencakup penggerak komunitas punk, aktivis queer, hingga band politis Riot Grrls. Kalau kalian belum tahu, kancah punk feminis bawah tanah pernah lho mengkooptasi Hello Kitty pada era 90’an sebagai simbol merebut kembali ide keperempuanan radikal.
“Hello Kitty kini menjadi sejenis sikap anti-tough tough, pink sebagai pengganti hitam, dan feminitas yang memberdayakan,” demikian tulisan Christino Reiko Yano dalam esai Pink Globalization: Hello Kitty’s Trek Across the Pacific. “Dengan Hello Kitty, para perempuan punk bisa mengacak-ngacak stereotipe dan bilang, ‘Kita bisa memaknai ulang simbol imut untuk agenda kita sendiri, dan dengan cara kita sendiri.’”
Hello Kitty berfungsi bagaikan rambut ikat dua, yang sekarang menyimbolkan feminisme gaya baru. Sebagaimana dituliskan Kathleen Hanna di manifesto orisinil Riot Grrrl soal pemilihan Hello Kitty pada karya mereka. “Kami geram pada masyarakat yang bilang Girl = Dumb, Girl = Bad, Girl = Weak.”
Sanrio belakangan mengapropriasi balik kancah punk. Perusahaan kaya asal Jepang ini berkerja sama dengan T.U.K untuk membuat creepers dan mengganti pita Hello Kitty memakai versi tartan. Reiko Yano, pengamat kebudayaan pop, menyatakan merek Hello Kitty sukss meluas, misalnya menjadi penghias gitar listrik Stratocaster Fender. Belum lagi versi-versi Hello Kitty lainnya yang tak kalah subversif, seperrti “Hello Kitty” Avril Lavinge pada 2014.
Kecenderungannya sekarang, Hello Kitty bukan lagi simbol untuk kalangan feminis. Mereka yang menolak peran gender tradisional, ikut menafsir ulang si kucing. Misalnya saja kelakuan Frank Ocean yang memasukan Hello Kitty dalam video “Provider” dan “Nike.” Kedua lagu ini menunjukkan status kekayaan dan pernak-pernik Hello Kitty milik Ocean, yang merujuk pada sepatu, Prada, dan rak piala. Hello Kitty juga pilihan mencolok untuk seniman yang meredefinisi arti menjadi ikon pop queer. Album Ocean seperti Endless dan Blond memang bukan pernyataan ataupun kampanye hak LGBTQ yang eksplisit. Bahkan Ocean baru menggunakan kata “gay” di album kedua. Dia menghindari kesan ingin melabeli seksualitasnya. Hanya saja, ketika Frank Ocean meminjam simbol Kitty, ikon kartun feminin, dia tentu sadar bahwa itulah sentilan halus yang brilian untuk melawan stereotipe gender.
Fakta bahwa Hello Kitty tak punya mulut sebetulnya menggambarkan bila Sanrio awalnya tak ingin memberinya label tertentu. Butuh 40 tahun buat perusahaan Jepang itu secara resmi menjulukinya kucing Inggris antopomorfis. Sebelum Sanrio membuat klaim sepihak, yang sempat dikecam penggemar, seniman sudah membuat tafsir masing-masing. Ocean, Kawakubo, dan Gunji, ambil contoh, meyakini kekuatan Kitty adalah kemampuannya berubah-ubah di mata penggemar.
Kitty ibaratnya kanvas polos yang bisa kita warnai dengan proyeksi-proyeksi pikiran sendiri. Bisa saja, desainnya memang hebat, selalu tampak menjadi imut. Apapun jawabannya semua benar. Kalianlah yang membentuk citra Hello Kitty sesuai mau kalian. Itulah kemewahan kecil yang bisa kalian lakukan di era pascamodern yang begitu tak terprediksi ini.