Para astronot juga menyukai musik layaknya manusia kebanyakan. Kru Gemini 6 memainkan “Jingle Bells” pakai harmonika saat mereka sedang di luar angkasa pada 1965. Awak pesawat antariksa di Stasiun Luar Angkasa Internasional pernah berkaraoke bareng sambil bermain keyboard. Ada juga astronot Chris Hadfield yang mengcover lagu “Space Oddity” David Bowie di luar angkasa pada 2015.
Dan kecintaan mereka bermain musik di luar angkasa akan semakin mudah dengan “Telemetron,” alat musik futuristik yang baru-baru ini diperkenalkan oleh Nicole L’Huillier dan Sands Fish dari Media Lab MIT. Berbeda dari alat musik yang pernah dibawa ke luar angkasa, Telemetron sengaja dirancang untuk lingkungan bergravitasi rendah. Penggunaannya pun sangat mudah. Para astronot hanya perlu menggulingkannya di udara.
Videos by VICE
“Lonceng” gyroscopic yang ada di dalam Telemetron akan menciptakan nada berbeda saat berputar dan bertabrakan satu sama lain. Suara yang dihasilkan pun sangat lembut. Alat musik ini bisa diguncangkan dengan kuat untuk menghasilkan suara yang lebih keras dan tempo tinggi. Apabila ingin menciptakan suara yang lebih rendah, alat musik ini hanya perlu dibiarkan mengambang atau melayang di udara.
L’Huillier dan Fish bertujuan untuk “menciptakan sesuatu yang berbeda dari alat musik lain pada umumnya” dan “mengembangkan kreativitas para astronot yang sedang berada di luar angkasa.”
Telemetron ini belum dicoba langsung di luar angkasa, tapi L’Huillier dan Fish sudah berhasil mengujinya di penerbangan parabola tanpa gravitasi. Fish telah mempresentasikan proyeknya di konferensi New Interfaces for Musical Expression (NIME) pada 6 Juni kemarin. Meskipun alat musik ini belum pernah dimainkan langsung di ruang angkasa, tapi masih ada kemungkinan para astronot menciptakan sesuatu yang bisa beradaptasi dengan lingkungan tanpa gravitasi untuk menyalurkan jiwa seninya di masa depan.