Korea Utara memiliki hulu ledak nuklir mini yang bisa dimasukkan dalam sebuah peluru kendali, berdasarkan berita yang diturunkan Washington Post. Informasi ini dinukil dari laporan intelejen Amerika Serikat. Temuan itu mengkhawatirkan mengingat terobosan teknologi peluru kendali jarak jauh Rezim Kim Jong-un telah maju pesat. Korut benar-benar punya kemampuan melancarkan serangan nuklir ke wilayah Amerika Serikat.
Korut, yang telah menimbun bahan baku nuklir sejak 2006, menjalankan program pengembangan senjata nuklir beberapa tahun belakangan dengan kecepatan mencengangkan. Pengamat Korut memperhatikan adanya peningkatan signifikan dari jumlah uji coba misil sejak 2014 lalu. Sebelumnya pakar tidak yakin negara tertutup di Semenanjung Korea itu punya senjata yang bisa menimbulkan kerusakan serius lintas benua.
Bagi sebuah negara yang hanya memiliki bahan baku nuklir dalam jumlah kecil, hulu ledak kecil yang bisa dimasukan dalam misil jarak jauh—alih-alih hulu ledak besar yang praktisnya cuma bisa diujicobakan—adalah cara ampuh untuk memamerkan kemampuan menuklir daratan AS. Menurut analisis mata-mata AS yang diperoleh Washington Post, Pyongyang sudah sampai pada tahap itu.
Jadi, apa yang diungkap periset Middlebury Center of International Studies, Jefferey Lewis, ternyata tak lebay-lebay amat saat menuliskan opini di New York Times minggu lalu. Di tulisannya, Lewis mengatakan “Amerika Serikat kini rentan akan serangan nuklir dari Korea Utara—dan mau tak mau harus hidup dengan realitas seperti itu.”
Presiden Donald Trump tampaknya tak terlalu banyak berkomentar mengenai perkembangan ini. Meski demikian, kepada awak media yang dia jumpai di klub golfnya di New Jersey, Trump mengatakan Rezim Korut harus bersiap menerima respon “tak kalah menyeramkan” menyangkut ancaman nuklir yang mereka tebarkan.
Semua ini bukan berita yang mengagetkan. Pemerintah AS pasti sudah mafhum dengan terobosan teknologi yang dicapai Korut lantaran laporan ini ditulis sebulan lalu. Pun, berita tentang laporan ini tak bikin para pengamat Korut kaget.
“Militer AS selama ini beroperasi dengan asumsi Korut setidaknya bisa mengikat persenjataan nuklir semenjana pada sebuah misil jarak menengah,” kata Rodger Baker, wakil presiden perusahaan analisis strategi dan intelenjen geopolitik, Stratfor. Sebuah foto propaganda tak bertanggal dari Pemerintah Korut yang sudah diteliti oleh AS sejak Februari lalu menunjukkan Kim Jong-un meninjau instalasi militer yang benar-benar mirip bentuknya dengan hulu ledak nuklir berukuran kecil.
Alhasil, keberhasilan ujicoba misil antara benua Korut bulan lalu menegaskan bahwa Korut adalah negara pemilik senjata nuklir yang patut diwaspadai. Laporan terbaru tentang miniatur hulu ledak nuklir ini menguatkan dugaan kekuatan nuklir Korut tak bisa dianggaps sepele.
Pertanyaan yang tersisa kini cuma tentang fungsi dan keandalan misil Korut. Melindungi misil dari panas sehingga misil bisa masuk kembali ke atmosfer adalah sebuah PR besar, namun Korut mengklaim sudah memecahkan permasalahan ini. Sementara untuk perkara akurasi sasaran misil jarak jauh, belum ada keterangan lebih lanjut.
Korut pasti mendambakan jaringan satelit yang bisa digunakan untuk mengendalikan misil. Sayangnya mereka sampai saat ini belum punya satelit (walau sebenarnya, Korut bisa nebeng jaringan satelit Cina). Dampaknya, untuk saat ini, rezim Kim Jong-un harus memprogram koordinat sasaran langsung ke dalam sistem pemandu internal misil. Sepenuhnya mempercayakan pengaturan sudut pendakian, kecepatan, akselerasi pada komputer internal misil hingga bisa mencapai sasaran tembak.
Pendek kata, misil-misil Korut saat ini belum bisa tampil maksimal. Namun, ibarat sebuah acara televisi, serangan peluru kendali berhulu ledak nuklir Korut ke AS sudah memiliki skenario, kru, perangkat tata cahaya dan para aktornya. Yang perlu diperlukan kesempatan untuk mencoba. Bagi Trump, artinya—menurut Baker—”kesempatan AS melakukan tindakan pencegah kian menyempit dengan cepat.”
Videos by VICE
Follow Mike Pearl di Twitter .