Entertainment

Anime ‘Aggretsuko’ Sukses Menggambarkan Kehidupan Cewek Millenial Secara Akurat

Cuplikan adegan Aggretsuko dari Sanrio

Artikel ini pertama kali tayang di i-D

Pada 2008 lalu, saya pergi liburan ke Selandia Baru. Saya menghamburkan uang tak terkendali. Hasil belanja gila-gilaan itu mencakup: hair extension seharga US$400 yang dijual oleh seorang mantan seleb MySpace yang kini jadi peramal, tato kuda komidi putar seharga US$400 yang sketsanya saya buat di luar pujasera Bristol Farms sambil makan cupcake mewah. Sekurang-kurangnya US$1.000 saya habiskan untuk memborong item di Hot Topic, dan ada tambahan US$1.000 saya hambur-hamburkan di Sanrio store, Westfield Mall.

Videos by VICE

Waktu itu saya belum mencapai umur legal minum alkohol. Makanya malam pelesiran saya habiskan nonton pemilihan kandidat capres Partai Demokrat Amerika Serikat sambil memfoto sekumpulan sampah yang semuanya dihiasi muka Hello Kitty, Pandapple, dan Badtz-Maru. Saat itu, krisis finansial global 2008 sedang parah-parahnya dan sayangnya, ironi yang berusaha saya bangun dengan menghambur-hamburkan membeli produk-produk Hello Kitty sepertinya kurang berhasil melipur lara.

Hello Kitty tak cuma menarik perhatian perempuan-perempuan muda yang punya waktu luang dan isi kantong berlebih. Seniman kontemporer asal AS Tom Sachs pernah memasang wajahnya di muka bayi Yesus dalam sebuah karyanya. Sementara Frank Ocean memakai muka hello kitty sebagai pointer lirik video “Provider,” yang berkisah tentang masa lalunya yang kere dan masa kininya yang bergelimang harta. Namun, tak ada seorangpun yang perlu merombak tokoh terbaru dalam keluarga Sanrio. Pasalnya, karakter baru itu sudah menggambarkan kondisi generasi milennial tanpa harus mengalami perombakan.

Retsuko—nama karakter itu—adalah bintang dalam serial kartun terbaru Netflix, Aggretsuko (penggabungan istilah slang AS, “Aggro” dan “tsuko,” kata dalam bahasa Jepang yang berarti kasar/kejam). Retsuko adalah seekor panda berumur 30 tahun yang bekerja di bagian akuntansi yang membosankan dari sebuah perusahaan yang tak pernah disebutkan namanya. Hari-harinya diisi dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan menyebalkan dari bosnya, seekor babi dan sekretarisnya yang penjilat.

Selepas lelah bekerja (dan ditindas bos), Restuko akan menghabiskan malam-malamnya karoke sambil mabuk. Di sinilah, Retsuko akan meneriakan lirik-lirik lagu death metal ballad. Dengan peluh segede biji jagung meleleh melewati matanya yang digambar dengan luar biasa sipit, Restuko akan menyanyikan lirik-lirik macam: “Lightning, grant me your vengeance! / Hit my boss’ golf club, find your mark! / Hit the witch’s head as she runs! / Strike them down!!!”

Retsuko hidup di Jepang namun dia berhasil menjadi proxy untuk mengambarkan kebosanan penduduk AS dengan kultur korporasi dan keinginan generasi millenial untuk mencari bentuk pekerjaan yang lebih kreatif. Di episode kedua Aggretsuko, kita diperkenalkan dengan Puko, sepupu Restuko, kucing modis yang doyan makan Sushi dan mengingatkan kita pada karakter Elizabet Olsen yang terobsesi Instagram di Ingrid Goes West.

Puko menyakinkan Retsuko untuk keluar dari pekerjaannya dan mewujudkan impian keduanya sebagai generasi millenial—alias membuka toko yang super imut. Sayangnya, lantaran termakan rayuan, Retsuko pun mengiyakan ajakan sang sepupu sebelum akhirnya sadar kalau toko yang dimaksud cuma sebuah toko online. Akibatnya, Retsuko harus menyembah-menyembah atasannya, Direktur Ton, agar tidak jadi dipecat. Beberapa adegan kemudian, Retsuko terpeleset hingga mukanya mendarat di bagian atas mesin fotokopi kantornya yang kemudian mencetak gambar demi gambar wajah Restuko yang ketakutan. “Berkat orang-orang sepertimu yang terus bekerja keras, dan rajin bayar pajak, roda perekonomian terus berjalan, iya kan?” tanya Puko.

1526500667501-Screen-Shot-2018-05-16-at-35712-PM

Aggretsuko ternyata juga menyuguhkan gambaran akurat betapa kompleksnya hubungan antar perempuan. Ketika kita pertama kali melihat Retsuko sampai ke kantornya di episode 1, dia sadar sedang mengenakan Crocs pink dan sedang bicara dengan koleganya yang senang menghakimi penampilan orang lain. Retsuko pun berusaha mengalihkan perhatian teman kantornya itu sementara dia mengganti Crocs dengan sepatu flat yang biasa dikenakan di kantor.

Retsuko sempat digambarkan kikuk nongkrong bareng dua orang senior perempuannya yang pernah bikin dia gemeteran ketika berpapasan di lorong kantor. Penonton bisa melihat bagaimana Gori melepaskan sepatu hak tingginya ketika Retsuko sudah meninggalkan lokasi. Perempuan kadang melakukan dan mengenakan hal-hal yang aneh demi mengesankan perempuan lain—apapun orientasi seksualnya. Di titik inilah Aggretsuko berhasil menunjukkannya dinamika kikuk antara perempuan ini secara jitu.

1526500688105-Screen-Shot-2018-05-16-at-35318-PM


Serial anime ini juga berhasil menggambarkan bahwa memulai hubungan platonik sama kikuknya dalam urusan menggoda cowok. Retsuko awalnya geragapan dan ngomong sekenanya tentang sisa makanan di kulkas kantor saat mendapat undangan makan malam bareng Washimi dan Gori—namun semua kekikukan itu hilang begitu Resuko meminta maaf, mabuk bareng dan asik berkaraoke lagu ballad death metal bersama bos-bosnya. Reaksi Gori saat melihat neon tempat karaoke yang mengundang ketika mereka pulang dari stasiun kereta ( (Episode 5, menit ke 6:30) juga tak kalah memancing tawa. Dan, lucunya, Gorilah–bukan karakter pria—yang menimbulkan ketakutan Retsuko untuk melabeli sebuah hubungan. Ini jelas bikin Retsuko panik ketika dia menyebut mereka bertiga sebagai “gang yoga”.

Perkawanan tiga orang karakter ini makin lama lebih menarik daripada petualangan Retsuko mencari suami. “Industri resepsi pernikahan seperti lintah yang menghisap darah cinta yang baru bersemi,” Retsuko diberitahu Fenneko, seekor rubah fennec sinis yang terobsesi dengan ponsel pintar dan memiliki kemampuan stalking medsos di atas rata-rata. Kesinisannya pada postingan thigh gap di Instagram dan pemahamannya akan fungsi tag lokasi di Instagram mengalahkan kebanyakan perempuan muda betulan.

Hal yang paling keren, serial ini mengusung semangat gerakan #MeToo dalam lingkup politik kantor. Sayangnya, protes Washimi terhadap kelakuan misoginis Director Ton justru berimbas mengerikan: Ton malah berusaha mendekati Washiimi. Untungnya, usaha Ton cuma berumur singkat, dia kembali menjadi bos yang doyan menggelar pesta kantor berisi duel karaoke metal vs rap. Sementara itu, sekretaris Ton berusaha mati-mati membela sang bos, menjadikannya versi Sanrio dari karakter Aunt Lydia The Handsmaid’s Tale.

Aggretsuko bisa jadi alternatif kalau kamu merasa The Handsmaid’s Tale terlalu serius untuk ditonton.