Ketika dirilis pada 1999 di Amerika Serikat, Cowboy Bebop sudah selesai tayang di Jepang. Saat itu, sutradara Shunichiro Watanabe dan koleganya pasti sudah familier dengan Perang Teluk I ketika mereka menulis tentang “Perang Titan” dalam seri buatan mereka, semacam konflik militer traumatis yang terjadi di planet tandus tanpa alasan yang jelas. Konflik ini terus menghantui para karakter hingga masa sekarang. Namun pastinya, Watanabe dan tim tidak bisa memperkirakan bahwa Perang Irak akan terjadi nantinya di dunia nyata.
Mereka juga sudah pasti tidak mengira bahwa Serangan Teroris 9/11 atas gedung World Trade Center terjadi hanya sembilan hari setelah Cowboy Bebop tayang pertama kali di Adult Swim pada tanggal 2 September 2001. Di episode tersebut, ditayangkan “kecelakaan Gerbang Astral,” sebuah kehancuran akibat mesin dan teknologi yang menimbulkan efek global selama bertahun-tahun ke depannya.
Videos by VICE
Cowboy Bebop telah meraih status klasik 20 tahun semenjak debutnya di Jepang pada 3 April 1998. Dengan keadaan dunia yang semakin semrawut, pemilu di mana-mana dicurangi, dan jurang yang besar antara pandangan politik yang berbeda, Cowboy Bebop bukan hanya sebuah seri anime yang luar biasa, tapi juga menjadi ramalan yang akurat.
Bebop menampilkan Spike Spiegel dan Jet Black, dua orang “koboi” pengejar hadiah yang mengerjakan misi demi mendapatkan uang untuk makan dan membayar bahan bakar Bebop, pesawat antar planet mereka. Spike pernah bekerja dengan mafia dan Jet adalah mantan polisi, tapi mereka sudah lama berteman. Situasi mulai menjadi rumit ketika mereka bertemu dengan Faye Valentine, seorang oportunistik yang mencoba merampok mereka sebelum justru memutuskan untuk berpartner dengan mereka. Belum lagi kehadiran Ed, seorang perempuan peretas jenius nyentrik berumur 13 tahun yang mulai nongkrong di pesawat mereka dan Ein, seekor “anjing data” canggih yang dicuri dari sebuah fasilitas penelitian. Kehadiran tiga karakter ini menimbulkan penolakan dari dua tokoh utama, tapi seiring waktu, mereka semua belajar untuk bekerja sama layaknya sebuah keluarga yang fungsional.
Di permukaan, seri ini terlihat seperti drama kriminal, dan setiap episode menampilkan tim berusaha menangkap seorang penjahat tertentu. Episode pilot, “Asteroid Blues,” menampilkan sepasang kekasih yang dicari melawan kartel narkoba di asteroid Tijuana (mirip kota benerannya sekarang), semacam penghormatan terhadap Desperado-nya Robert Rodriguez. “Toys in the Attic,” menampilkan sebuah bentuk kehidupan misterius menginfiltrasi Bebop dan melumpuhkan kru—semacam gabungan alien dan film horor survival ala Alien dan Predator. “Mushroom Samba” merupakan penghormatan terhadap film blaxploitation 1970-an dan spaghetti westerns, lengkap dengan pemburu penjahat keren bernama Coffee dan satu dari “Shaft” bersaudara yang hobi menyeret peti mati dengannya, mengingatkan kita akan film Django (1966) milik Sergio Corbucci. Musik yang sesuai didesain per episode oleh komposer terkenal Jepang, Yoko Kanno, yang membantu menghembuskan nyawa ke seri animasi ini, sesuatu yang belum terlihat semenjak Vince Guaraldi menampilkan musik jazz di A Charlie Brown Christmas (1965).
Sama seperti setiap episode, setiap karakter memiliki kisah masa lalunya sendiri—Jet dihantui oleh kehidupannya sebagai petugas polisi; Faye tidak bisa mengingat identitas sebenarnya dan terlilit hutang; sementara, ayah Ed meninggalkannya di tempat penitipan anak (Gimana sih?); sementara Ein adalah produk eksperimen laboratorium ilmiah yang hilang. Cerita latar belakang Spike tidak pernah ditampilkan secara penuh, biarpun dia adalah karakter utamanya. Yang pasti, masa lalu Spike melibatkan tumbuh besar di pemukiman kumuh Mars, masuk ke dalam, Sindikasi Kejahatan Naga Merah ala-ala Triad/Yakuza bersama Vicious, dan kabur bersama pacar Vicious sementara Vicious berperang sebagai tentara dalam Perang Titan. Dalam episode-episode akhir, Spike menjelaskan bagaimana mata kanannya adalah prostetik, memaksanya untuk hidup dengan satu mata di masa sekarang dan satu lagi dari masa lalu, dihantui oleh tragedi lampau.
Ini adalah satu contoh bagaimana seri ini meramalkan masa depan. Di 2071, umat manusia telah menyebar ke bintang-bintang—mulai dari pemukiman hutan mengambang di Venus, hingga kota terraforma di Mars, dan koloni dingin di Pluto. Tapi diaspora manusia dari planet Bumi telah mencapai puncak penderitaannya: sebuah kecelakaan teknologi telah menghancurkan Bulan 50 tahun sebelum seri ini dimulai, menciptakan hujan puing di planet dan membunuh hampir lima miliar orang. Akibatnya, populasi dan kultur tersebar-sebar di tata surya. Kejahatan sering terjadi, dan bounty system muncul sebagai cara untuk membantu satuan polisi galaksi yang lemah.
Di sepanjang seri, Spike dan rekan-rekannya mengejar bounty dan menonton orang saling berkelahi dan membunuh, mengorbankan nyawa, atau nekat mengejar mimpi mereka. Perang Titan menghasilkan beberapa musuh terbesar dalam seri Bebop, termasuk Vicious dan Vincent Volaju, seorang mantan tentara yang diabaikan dan dibunuh, namun bangkit kembali dan menjadi ancaman besar—tidak beda jauh dengan bagaimana AS melawan Al-Qaeda di Irak dan justru menghasilkan kemunculan ISIS. Baik ISIS dan Volayu melancarkan perang lewat bom kejutan demi mencapai tujuan, yaitu mengakhiri dunia dan mendatangkan kiamat.
Volaju, sama seperti ISIS, berhasil merayu ratusan pengikut lewat narasi pemberdayaan. “Saya berhutang sangat besar kepadamu untuk ini,” ujar Lee Sampson, seorang peretas remaja yang menjadi pembantu Volaju. “Saya benar-benar harus mencoba ini sekali paling tidak. Jadi teroris beneran.”
Sutradara Shinichiro Watanabe telah mengatakan biarpun dia tidak menciptakan film untuk melontarkan pesan spesifik tertentu, film “secara alami merefleksikan perasaan kita di satu waktu.” Ketika diwawancara kenapa tentang film Bebop 2001, Knockin’ on Heaven’s Door, memiliki atmosfir “ke-Arab-Arab-an” secara visual dan musik, dia menjawab “Saya memiliki insting bahwa nuansanya harus Arabik.”
Sepanjang seri, kru Bebop harus berhadapan dengan badut manusia super hasil modifikasi teknologi, pemimpin gerakan cult religius, “anak kecil” yang sesungguhnya adalah pembunuh berdarah dingin, satelit mata-mata intelijen buatan yang kesepian, dan teroris ekologi yang menciptakan virus pengubah genetik. Tapi justru episode pilot Cowboy Bebop lah yang mengungkapkan banyak hal. Berjudul “Asteroid Blues,” Spike dan Jet mengejar pasangan yang melarikan diri setelah mencuri narkoba dari sebuah sindikasi kejahatan. Menyadari percuma terus berlari, sang perempuan menembak pacarnya dan meninggal dalam ledakan seiring kapalnya ditembak habis oleh polisi. Semua ini disaksikan oleh Spike.
Biarpun tergolong jinak dibanding tantangan kru di masa depan, “Asteroid Blues” memiliki dua peran. Satu, ini menjadi cermin episode final Bebop dan memberi bayangan bagaimana seri ini akan berakhir. Dua, kita bisa melihat reaksi netral Spike dan Jet terhadap kematian orang asing yang mereka tidak kenal. Ini tentunya hanyalah satu dari ribuan kecelakaan yang mereka telah saksikan sepanjang hidup mereka. Di dunia nyata, setiap minggu kita disuguhkan penembakan, kisruh dengan polisi atau pengeboman teroris. Ini semua membuat kita mati rasa ketika membaca berita di media.
Spike dan kawan-kawan menghabiskan satu seri ini untuk menyadari dan menerima masa lalu mereka. Kita bisa menonton seiring Spike dkk belajar dan berefleksi diri dari para penjahat yang mereka hadapi. Di akhir setiap episode, ada pesan bertuliskan “SEE YOU SPACE COWBOY,” sebuah trik agar penonton terus menonton; mirip dengan pesan “James Bond will return” di setiap akhir film 007.
Di episode terakhir, setelah Spike bertarung dengan Vicious untuk terakhir kalinya, pesan di akhir justru meminjam potongan lirik Beatles: “YOU’RE GONNA CARRY THAT WEIGHT.” Ini adalah pesan bagi penonton: Setelah menonton karakter Cowboy Bebop menghadapi masa lalunya, apakah kita akan belajar menghadapi tragedi masa lalu kita sendiri? Kita tidak akan menghadapi segerombolan mafia, tapi bukan berarti kita kekurangan masalah untuk diselesaikan.
AS harus menghadapi isu akses senjata, sementara kita masih berkutat dengan kesenjangan sosial ekonomi. Belum lagi isu lingkungan yang semakin signifikan setiap harinya. Cowboy Bebop merupakan acara yang terbentuk dari kultur—dan tantangan—abad 20. Hasilnya adalah anime progresif yang memberikan sekilas kisi-kisi hari esok. Kita memang masih jauh dari tahun 2071 Cowboy Bebop, tapi rasanya kok masa depan sudah terasa sangat dekat.