Lebih dari sedekade setelah diciptakan, Psiphon, aplikasi yang digunakan netizen untuk mengakali firewall, bisa dianggap sebagai aplikasi yang paling mudah digunakan sekaligus paling ampuh untuk menembus kontrol internet yang berlaku dalam sebuah negera. Beberapa minggu terakhir, Psiphon jadi aplikasi populer di kalangan pengunjuk rasa di Iran untuk menjebol “filternet,” firewall pemerintah Negeri Para Mullah ini untuk memblok hampir seluruh website dan aplikasi hingga tak bisa diakses oleh 80 juta warga Iran. Filternet juga kadang bisa memutus koneksi internet warga Iran yang “bandel.”
Sejak aksi protes ramai terjadi di Iran pada akhir 2017, Psiphon melaporkan bahwa penggunaan aplikasi mereka mengalami lonjakan.
“Selama seminggu kemarin, jumlah unduhan dan penggunaan psiphon mencapai rekor baru,” ujar Irv Simpson, yang bekerja di divisi pengembangan Psiphon, pada Motherboard.
Simpson lantas merinci angka-angka yang dimaksudnya: di hari biasa, Psiphon yang tersedia untuk sistem operasi Windows, Android dan iOS didownload antara 35.000-40.000 kali. Namun, sejak malam tahun baru hingga tanggal 3 Januari, aplikasi ini didownload sekitar 700.000 kali per hari.
Angka tersebut juga disertai dengan peningkatan data yang masuk server Pshiphon. Tak tanggung-tanggung, terjadi peningkatan data sampai lima kali lipat.
Mayoritas aktivitas ini berasal dari Iran. Psiphon sendiri mencatat terjadi peningkatan penggunaan psiphon secara mobile di wilayah Timur Tengah sampai sepuluh kali lipat dalam kurun waktu yang sama.
Sayangnya, Psiphon tidak membeberkan detail belum bisa membeberkan berapa banyak pengguna Psiphon sampai data yang mereka miliki diaudit terlebih dahulu. Meski demikian Simpson menduga pada puncaknya ada sekitar delapan sampai sepuluh juta pengguna aktif Psyphon di Iran.
Lonjakan pengunaan aplikasi asal Toronto ini terjadi setelah Tehran berusaha memblok bebarapa aplikasi lainnya. Salah satunya adalah aplikasi pengiriman pesan Telegram. Centre for Human Rights in Iran mengutip tweet seorang warga Iran yang mengatakan bahwa Psiphon adalah satu-satunya aplikasi yang bekerja di tengah pemberangusan akses internet yang dilakukan oleh pemerintah Iran.
Langkah pemfilteran atau penyensoran internet diambil Tehran untuk mencegah para pengunjuk rasa mengorganisasi demontrasi, mencegah membanjirnya pemberitaan tentang gelombang unjuk rasa di Iran dan mencegah akses berita dari luar Iran.
Kekusutan perkara sensor internet ini bisa ditelusuri amburadulnya servis penyedia layanan internet di Iran yang harus susah payah menerapkan kebijakan sensor pemerintah Iran.
Di sisi lain, pemerintah Iran sendiri seakan tak satu kata dalam tindakan penyensoran hak bicara di ranah online ini. Berbagai komentar yang bertolak belakang dilontarkan oleh elit pemerintah Iran menyangkut masa depan kebijakan sensor yang menimpa aplikasi macam Instagram dan Telegram. Presiden Hassan Rouhani—yang mewakili sayap moderat pemerintahan Iran—memberikan sinyal bahwa sensor terhadap kedua aplikasi tersebut bakal melunak sementara di saat yang kalangan konservatif dalam pemerintahan Iran terus mengusulkan agar sensor diperpanjang.
Kesimpansiuran kebijakan ini terasa misalnya pada aplikasi pengiriman pesan terenskripsi. Sampai saat ini belum jelas apakah Iran akan terus memblok penggunannya atau, seperti yang diusulkan kelompok garis keras konservatif, mereka akan menciptakan pelantar khusus yang bisa lebih mudah dikontrol. “Sampai saat ini kebijakan sensor internet pemerintah Iran masih belum jelas,” ujar Mahsa Alimardani, yang bekerja pada sebuah organisasi pembela hak asasi manusia asal Inggr Article 19 dan tengah belajar di Oxford Internet Institute. Mahsa mengatakan bahwa kebijakan sensor di Iran masih “belum ajeg”. Kadang, sensor hanya menimpa aplikasi tertentu. Di kesempatan lain, kebijakan yang sama berlaku pada internet secara menyeluruh.
Psiphon memiliki cara yang berbeda dari aplikasi macam VPN. Psiphon tak hanya menyembukan atau menyamarkan arus data dari seorang pengguna. Sebaliknya, aplikasi ini menyembunyikan keberadaan sang penggunanya. Walhasil, sang pengguna bisa menjelajahi internet lewat salah satu dari banyak server Psiphon yang ada di seluruh penjuru dunia. Inilah keunggulan Psiphon dibanding VPN atau aplikasi lainnya yang digunakan untuk mengelabui firewall. Menurut Mahya, di kalangan penggunanya di Iran, Psiphon punya reputasi sebagai aplikasi yang “bagus dan responsif mengeluarkan software baru untuk mengganti versi software yang diblok pemerintah Iran.”
Psiphon memang sangat berguna untuk melampui sensor Internet terhadap website atau aplikasi tertentu. Sayangnya, jika Iran memutuskan memberangus koneksi internet dan mobile data secara menyeluruh, Psiphon tentu tak bisa melakukan apapun. Pun, menurut Simpson, Psiphon pernah jadi incaran pemerintah Iran pada pemilu Iran lalu.Kemanjuran Psiphon di Iran juga bakal terganggu dengan pemadaman listrik di bebarapa wilayah Iran seiring meluasnya aksi protes.
Warga Iran memang telah membuktikan bahwa mereka sangat piawai mencari teknologi baru yang bisa diandalkan untuk mengecoh filternet.
“Ada beberapa aplikasi penjebol firewall yang performananya stabil dan terus dibicarakan oleh beberapa warga Iran,” terang Mahya. dia menyebutkan nama-nama aplikasi tersebut, “karena kekuatan teknologi biasanya makin kuat bila tak terlalu sering dipublikasikan.”
Psiphon dikembangkan di Citizen Lab, bagian dari Munk School of Global Affairs di University of Toronto. Citizen Lab dan kampusnya yang menaunginya selama beberapa tahun berusaha mencitakan berbagai macam cara untuk memperluas keterlibatan warga sipil di Iran, terutama di ranah online. Citizen Lab tak menerima pendanaan dari Pemerintah Kanada.