Atlet cabang olahraga gantole di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua mengalami kecelakaan saat berlomba, Minggu (3/10) siang waktu setempat. Khaidir Anas, 33 tahun, adalah atlet gantole asal Sumatera Barat. Setelah proses lepas landas yang tak mulus di puncak Bukit Buton, Kota Jayapura, dia terpaksa mendarat darurat di atap rumah warga, menjebol genteng, dan tersangkut di atap selama beberapa menit.
Anas buru-buru dievakuasi oleh warga sekitar, kemudian dilarikan ke RSUD Dok 2 Jayapura. Syukurlah, sehari kemudian dokter menyatakan Khaidir tak mengalami cedera serius.
Videos by VICE
Sewaktu pertama kali video itu dibagikan, Khaidir sempat salah dikira sebagai atlet cabor paralayang. Kesalahan mengira ini membuat akun yang membagi video tersebut sampai mengucap syukur. Mengapa? Soalnya area pendaratan kompetisi paralayang berada di sebelah lima kolam penangkaran buaya di Bukit Kampung Buton, Entrop, Jayapura.
Jadi sempat dianggap, syukur deh salah mendaratnya di atap, bukan di kolam buaya. Tapi sekarang clear ya, yang jatuh atlet gantole alias beda olahraga.
Menurut pelatih gantole Sumatera Barat Philips R. Sakti, kecelakaan terjadi saat atlet hendak mulai terbang (take off) di Lapangan Advent Doyo Baru, sekitar pukul 12.50 WIT. Philips menyebut, Khaidir yang bermain di kelas A lintas alam belum pernah memakai alat yang digunakan saat itu.
“Alat ini memiliki mobilitas yang tinggi dan juga liar untuk dikendalikan. Selain itu alat ini mampu membuat atlet menyelesaikan kategori lintas alam dalam waktu yang cepat,” kata Philips, dikutip Detik. Masih misteri apa yang dimaksud Philips sebagai “alat yang liar untuk dikendalikan”.
Sekali lagi, tapi tanpa ada salah paham soal cabornya, Philips turut bersyukur bahwa Khaidir mendarat di atap warga. Menurutnya, jika Khaidir mendarat di aspal yang ramai dilintasi kendaraan, akibatnya bisa lebih fatal. Yang jelas, kecelakaan yang ia alami membuat Khaidir tak bisa melanjutkan kompetisi.
Selain kejadian ini, akun Jayapura Update juga melaporkan kecelakaan lain yang dialami atlet “terbang-terbang” (mungkin takut salah nyebut cabor lagi) dari Sulawesi Tengah akibat mendarat di luar jalur. Namun, kecelakaan ini belum terkonfirmasi.
PON XX Papua 2020 dibuka Sabtu pekan lalu (2/10) lewat seremoni megah di Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, Jayapura. Betul, stadion yang sempat dinamai Stadion Papua Bangkit ini dinamai pakai nama gubernur Papua yang masih menjabat sekarang. Alasannya, Enembe dinilai pemerintah setempat berjasa dengan menjadi gubernur Papua pertama yang berhasil bikin PON di provinsi ini.
Kalau kata Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda Papua tahun lalu, pergantian nama ini udah disepakati oleh organisasi perangkat daerah dan… Gubernur Enembe sendiri. Memang, sempat ada protes atas nama ini, tapi masyarakat diimbau untuk tak lagi mempermasalahkannya dan buat fokus aja memanfaatkan stadion itu. Imbauan tersebut datang dari… yak, Lukas Enembe sendiri.
Balik ke pembukaan PON XX, acaranya dihadiri langsung Presiden Jokowi. Bukan cuma meriah karena parade, defile, dan penampilan penyanyi-penyanyi populer, pembukaan juga diisi dengan pertunjukan Jokowi main sepak bola secara langsung di venue acara.
Yang rada failed, dalam salah satu pertunjukan musik selama helatan PON ini, ada momen pas penyanyi berteriak “Papua…” dan mengajak audiens melanjutkan dengan, “Torang bisa!” sesuai slogan PON XX “Papua, Torang Bisa!”. Kenyataannya, teriakan “Papua…” itu malah dibalas dengan “Merdeka!” oleh penonton. Ah, ko bisa saja….