Tech

Azerbaijan Bikin Video Musik Semangati Tentara Sebelum Perang dengan Armenia

Azerbaijan berperang dengan Armenia memperebutkan wilayah Nagorno-Karbakh

Pada 27 September lalu, konflik lama kembali meletus di kawasan selatan Eurasia bekas wilayah Uni Soviet. Azerbaijan mendadak menembakkan puluhan roket ke wilayah Nagorno-Karabakh, provinsi mereka sendiri yang punya otonomi khusus. Insiden itu menewaskan belasan warga sipil, memprovokasi negara tetangganya Armenia. Serangan roket balasan dilontarkan militer Armenia ke kota Ganja di Azerbaijan yang dekat perbatasan.

Nagorno-Karabakh adalah wilayah yang penduduknya mayoritas berdarah Armenia dan beragama Kristen. Sejak Uni Soviet bubar pada 1991, warganya secara sepihak memutuskan jadi republik independen berafiliasi dengan Armenia. Adapun PBB menganggap provinsi tersebut masih wilayah sah Azerbaijan, yang mayoritas warganya beragama Islam.

Videos by VICE

Konflik kali ini skalanya lebih besar dibanding insiden pada 2016, bahkan disebut-sebut lebih mematikan dibanding kontak senjata intensif kedua negara yang pecah pada 1992. Ratusan warga sipil dan puluhan tentara Azerbaijan maupun Armenia tewas hingga artikel ini dilansir.

Menariknya, konflik berebut Nagorno-Karabakh dipenuhi propaganda tak lazim. Contohnya seperti yang dilakukan Azerbaijan. Selain mengerahkan peluncur roket, helikopter, jet tempur, dan tank ke perbatasan, negara kaya minyak itu sekaligus merilis video klip, dengan musik yang bertujuan membangkitkan patriotisme para prajurit dan warga sipil melawan Armenia.

Dalam video klip di atas, kalian bisa melihat musisi metal Nərmin Kərimbəyova memakai seragam tentara bernyanyi dengan latar tank serta helikopter perang. Ada juga adegan tank menembakkan artileri, sementara helikopter di udara menerjunkan para tentara yang nampak semangat bertempur.

Menariknya, dibanding lazimnya propaganda, lagu “Atəş” yang artinya adalah “api” enak didengarkan. Lagunya catchy, bahkan dentuman bass-nya bisa membuat penonton yang bukan orang Azerbaijan ikut bersemangat.

“Atəş” ternyata sekuel dari lagu serupa yang pernah dibuat pada 2018. Video klipnya bisa kalian lihat di tautan berikut.

Azerbaijan-Armenia berebut Nagorno-Karabakh karena wilayah tersebut kaya sumber daya alam, khususnya beberapa titik ladang gas. Namun situasi jadi problematis bagi warga Nagorno-Karabakh, lantaran perkara agama dan budaya, mereka adalah minoritas yang merasa tidak sama dengan bangsa Azerbaijan.

Sejak 1920-an, dua wilayah itu sudah sering berperang. Konflik keduanya diredam ketika Uni Soviet mencaplok Armenia dan Azerbaijan sekaligus, lalu membuat otonomi khusus bagi Nagorno-Karabakh. Tapi tak pernah ada resolusi perdamaian, sehingga wilayah ini jadi api dalam sekam bagi kedua negara.

Kembali ke perkara lagu propaganda, bukan cuma Azerbaijan yang suka membangkitkan patriotisme melalui musik. Pda 2016 lalu, militer Armenia sudah merilis video klip sendiri untuk mengajak warga peduli pada konflik di Nagorno-Karabakh.

Menariknya Atəş sudah diputar radio-radio Azerbaijan sejak Juni, jauh sebelum konflik meletus. Sang peyanyi, Nərmin Kərimbəyova terpantau menyanyikannya di televisi dua bulan sebelum konflik.

“Sejak awal, lagu ini memang dibuat untuk mengejek Armenia,” kata Aram Shabanian, peneliti konflik dan terorisme dari Middlebury Institute of International Studies saat diwawancarai VICE.

Hal ini memicu kecurigaan kalau Azerbaijan sengaja merancang perang sejak lama. Konflik pada 27 September dimulai, karena Azerbaijan mengklaim wilayahnya ditembaki roket. Sementara Armenia membantah militernya menyerang negara tetangga.

Ketika konflik baru berjalan hitungan hari, Turki tiba-tiba ikut serta dengan memberi dukungan pada Azerbaijan. Muncul laporan valid kalau beberapa milisi sunni dari Suriah dikirim Turki ke dekat Nagorno-Karabakh sejak awal Oktober, menambah panas dugaan kalau konflik kali ini sudah dipersiapkan sejak lama oleh Azerbaijan dan Turki. Jika kontak senjata tak kunjung mereda, Armenia pastinya akan meminta bantuan Rusia, sekutu lama mereka. Andai tidak ada intervensi asing, Azerbaijan punya perekonomian dan kekuatan militer yang jauh mengungguli Armenia.

Adapun Shabanian menganggap propaganda nasionalistik lewat lagu akan semakin marak di masa mendatang. “Militer dari beberapa negara sudah membuat video klip seperti yang dilakukan Azerbaijan dan Armenia,” ujarnya.

Musik bernuansa propaganda, dengan video klip yang berdana mahal dan digarap serius, menurut Shabanian akan menjadi norma lazim peperangan modern. Tentara Pembebasan Suriah (FSA) juga membuat video klip serupa saat memberontak dari cengkeraman Bashar al-Assad.

“Video klip lagu lebih mudah menjangkau banyak orang. Bahkan tanpa ada perintah pun, ketika negaranya terlibat perang, musisi tertarik membuat karya yang bernuansa nasionalistik dan patriotik,” tandas Shabanian.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News