Music

Band Punk Jepang Bernama Chai Memberi Makna Baru Pada Konsep Kawaii

Empat anggota band punk rock Jopang CHAI ingin kita semua tahu bahwa setiap orang itu kawaii (padanan kata cute dalam bahasa Jepang) sejak lahir. Bicara lewat Skype dari rumah mereka di Tokyo, Mana, Kana, Yuki dan Yuna sama-sama menegaskan, “kompleksitas setiap individu itu harus disebut kawaii karena kecantikan sesungguhnya dimiliki setiap individu.”

Bagi semua anggota CHAI, konsep kawaii yang umum dipahami saat ini sangat cupet. Tak jauh-jauh dari “kaki cewek yang jenjang dan mata belo.” Alhasil, mereka menciptakan konsep kawaii agar bisa bilang ke semua orang, bahwa “kalian semua itu cantik, karena tiap orang punya kadar kawaii-nya masing-masing.”

Videos by VICE

CHAI mendefinisikan diri,musik dan pergerakan mereka sebagai “neo kawaii.” Tak tanggung-tanggung, mereka sekaligusberupaya mendefinisikan ulang standar kecantikan di Jepang. Di situsweb mereka, CHAI memacak sebuah mantra berbunyi seperti ini: “neo kawaii berarti bahwa semua gadis itu cantik sejak dilahirkan, dan tak ada satupun perempuan yang tidak kawaii[..] kamu harus bangga jadi dirimu sendiri. Kita semua memiliki kekhawatiran, tapi santai saja. Kegelisahan yang kita miliki justru membentuk diri kita sekarang ini.”

Sejak 2012, kuartet punk ini telah sudah mulai menarik perhatian kancah musik Negeri Matahari Terbit dengan musik punk riang yang mencampurkan pengaruh dari Devo, Deerhoof, The Mothers of Invention dan Bikini Kill. Di Jepang sendiri, CHAI adalah roster dari Sony Music dan sudah memiliki penggemar yang meski jumlah kecil tapi fanatik.

Pada 7 September 2018, label asal California, Burger Records kembali merilis Pink, album pertama CHAI, guna memperkenalkan kuartet asal Jepang ke kancah punk Amerika Serikat. CHAI juga dijadwalkan tampil di Los Angeles pada tanggal 10 September dan New York pada 12 September sebelum terbang ke Inggris demi menjalani tur sepanjang 13 pertunjukan bersama Superorganism.

CHAI terbentuk saat kembar identik Mana (vokal/keyboard) and Kana (gitar/vokal) mulai bermain musik dengan Yuna (drums) saat duduk di bangku sebuah SMA di Nagoya. Ketiganya lantas bertemu dengan bassist mereka, Yuki, sepakat menamai band mereka CHAI, sejenis teh Rusia yang disajikan dengan selai. Keempat anggota CHAI meminum teh ini saat belajar kesusastraan Rusia di sebuah Universitas di Nagoya.

Mulanya, CHAI tak lebih dari sekedar penyaluran hobi sampai mereka menyudahi kuliah mereka dan kembali ke Tokyo. Berkat dukungan dari orang tua anggota mereka—yang diklaim sebagai fan nomor satu CHAI, semua anggota CHAI menemukan sebuah rumah dan mulai mengakrabi kehidupan metropolis Tokyo. Hidup di kota sebesar Tokyo jelas punya tantangan tersendiri. Salah satu yang paling besar adalah berdamai dengan ukuran kota itu.


Tonton dokumenter i-D menelusuri sisi lain bisnis kecantikan bernilai miliaran dollar di Korsel:


“Setelah kami tiba di Tokyo, kami sadar ada banyak sekali orang di sini, apalagi di dalam kereta dan di jalan. Kota ini bau dan kami tak terbiasa dengan hal ini.” Untunglah, anggota CHAI tak kesusahan menyakinkan orang tua supaya meninggalkan kampus dan pindah ke Tokyo untuk jadi seniman adalah pilihan hidup yang tepat.

Siapa sangka, orang tua Kana dan Mana bersedia membelikan mereka sebuah mobil Van. “Mereka bilang ‘kalian kan bakal butuh mobil buat tur dan kami pindah dari Nagoya dengan mobil itu.”

Sejauh ini, Tokyo cukup bersahabat dengan CHAI yang basis penggemarnya sudah jauh berkembang baik di dalam atau di luar Jepang. Tahun lalu, mereka sempat manggung di festival musik prestisius SXSW di Austin, Texas, dan ikut serta dalam tur mini bertajuk Japan Nite, yang membawa mereka keliling New York, Chicago, Seattle, Portland, San Diego, San Francisco nda Los Angeles. Adapun videoklip kuartet ini yang menampilkan koreografi ganjil belakangan ditonton lebih dari 6,5 juta kali.

Kalau kamu belum tahu apa-apa tentang band ini, YouTube adalah titik paling ideal untuk mengenal CHAI. videp-video CHAI—yang mereka desain dan sutradarai secara mandiri—benar-benar tak boleh dilewatkan. Dengan menggunakan seragam yang selalu berwarna pink ngejreng (warna resmi band ini), semua personel CHAI memeragakan lagu mereka dengan berbagai properti dan desain set. Lantaran kebanyakan lagu band ini menggunakan bahasa Jepang, video-video ini adalah pintu yang mudah memahami konsep neo kawaii yang mereka usung.

Video ‘N.E.O‘, anthem tidak resmi gerakan neo-kawaii, ibuka dengan tulisan tebal yang menutupi seluruh personel CHAI yang mengenakan baju berwarna pink dan bernyanyi dalam bahasa Inggris “You are so cute! Nice face! C’mon! Yeah!” diiringi betotan bassline menderu-deru. Mana serta Kana meneriakan lirik berbahasa Jepang.

Video itu terus bergulir, menampilkan banyak karakter dan berbagai bagian tubuh. Ini semua dilakukan untuk menegaskan bahwa kecantikan terdapat dalam tubuh semua orang. Dalam videoklip “Boyz Seco Men”, Yuuki, Mana, Kana dan Yuna berubah menjadi empat petugas pembersih rumah yang berseragam rompi pengaman dan pembatas jalan yang dipakai sebagai sebuah topi. Lagu ini memang terang-terangan menyerang para lelaki pemalas dan jadi metafor yang pas untuk usaha meruntuhkan sistem patriarki. Kana bahkan terlihat memotong sosis menjadi bagian-bagian kecil dengan sebuah pisau—keras banget kan pesannya?

Sayangnya, kritik agresif macam ini jarang muncul dalam lagu-lagu CHAI. Saat kami menyinggung-nyinggung tentang sejarah punk Jepang yang sangat berwarna—serta sukses melahirkan band-band macam Boris, Shonen Knife, hinggga Guitar Wolf—mereka buru-buru ngeles. “Kami enggak terlalu suka musik punk rock.”

Malah, anggota CHAI mengklaim bahwa pengaruh terbesar adalah Basement Jaxx, The Gorillaz, Tom Tom Club serta N.E.R.D. dan sekarang mereka sedang menggilai Superorganism. Ini mungkin alasan kenapa mereka berusaha mendobrak pakem punk rock dengan sound dan penampilan mereka.

Pada akhirnya, sikap CHAI bukan preseden yang jelek kok. Mantra neo-kawaii yang digaungkan CHAI bisa merepresentasikan punk pada 2018 karena punk toh bukan selalu tentang patch dan jaket kulit.

“Kami ingin jadi duta besar pergerakan neo kawaii di Jepang dulu.”

Kini setelah mereka berhasil pelan-pelan mengekspor ideologinya ke negara lain, mari kita rayakan pergerakan neo kawaii mulai dari sekarang.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D