Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.
“Kamu sudah pernah menikah tiga kali. Emangnya sekarang masih percaya sama konsep pernikahan?”
Yup, ini kalimat pembuka kencan saya dengan sang musisi legendaris di balik drum Metallica. Lars Ulrich tertegun sejenak, terlihat kaget, dan akhirnya membalas: “Hmm…iya, masih kok. Saya sudah hidup sepenuhnya. Pernikahan ketiga…yang paling bagus biasanya datangnya terakhir.”
Videos by VICE
“Ayah saya sudah menikah tiga kali juga,” balasku.
“Mungkin memang sesuai dengan generasinya ya,” jawab Lars dengan wajah masam.
Kurang mantep apalagi buat kencan pertama coba? Saya duduk di meja outdoor di restoran Tribeca milik Robert DeNiro dengan seorang drummer asal Denmark—mungkin anggota Metallica yang paling rewel dan mudah dikenali—dan pipi saya rasanya mulai memerah. Tidak tahu harus ngapain, pertanyaan saya mulai ngawur: “Apa kamu seorang yang romantis?”
“Um…ini bukan topik yang sering saya pikirkan sih,” jawabnya. “Mungkin saya memang seorang yang romantis. Kalau kepepet, bisalah. Wah jarang nih ngomongin ginian…tapi iya kayaknya saya romantis.”
“Eh ini terlalu aneh ya?” tanya saya. “Apa saya terlalu terus terang?”
“Oh enggak… mungkin karena saya sedang berada dalam mode album baru,” kata Lars.
Ah iya. Metallica sempat merilis album baru, Hardwired…To Self-Destruct. Ini LP pertama dalam delapan tahun, sekaligus album kesepuluh sepanjang karir dedengkot heavy metal tersebut. Kalau kamu lebih tertarik seputar album tersebut, baca nih wawancara editor Noisey spesialis musik metal, Kim Kelly dengan Lars. Kencan pertama rasanya gak pas kalo ngomongin riff gitar. Rencana saya untuk kencan ini adalah untuk bersikap kepo dan menanyakan pertanyaan pribadi. Ngomongin tentang cinta, dan romansa. Serta kalau kencannya sukses, mungkin seks. Mestinya gampang dong? Saya emang sejak lama udah mendengarkan Metallica. Saya menghabiskan banyak malam menatap langit kamar mendengarkan “Nothing Else Matters”. (Tolong jangan komplain bahwa ini adalah lagu mereka yang paling komersil, yang artinya saya bukan fans Metallica sejati.) Saya sempat mewawancarai Kirk Hammett di Rock Am Ring 2008 di Jerman (kami ngobrol tentang film horor dan kesamaan kami berdarah Filipina). Faktanya, Lars dan saya sudah pernah bertemu sebelumnya: di San Francisco di 2005, di belakang bis tur Kings of Leon. (Lars: “Kedengarannya mungkin aja sih. Tapi saya gak inget apa-apa, jadi kayaknya gak usah dibahas lagi.”)
Dari respons Lars, saya langsung sadar kencan ini terancam tidak berjalan baik. Jadi saya harus mengubah strategi.
Noisey: Kalau kamu tidak menikah, dan sedang berkencan, seperti apa situasi kencan yang ideal? Kamu maniak film kan?
Lars Ulrich: Ketika saya masuk dunia film, otak saya matikan. Sayangnya, musik sudah tidak terlalu menginspirasi lagi. Dalam dunia film, masih banyak kreativitas yang terjadi—lebih menarik. Film adalah pelarian favorit saya. Benda-benda macam ini [dia menunjuk smartphonenya] memiliki kecenderungan untuk menganggu hidup kita kalau dibiarkan, jadi menonton film adalah diasosiasi tercepat dari benda nyebelin ini.
Inilah kenapa saya suka naik pesawat terbang. Saya bisa berpura-pura bahwa wi-finya sedang rusak.
Film adalah eskapisme saya. Istri saya dan saya berencana menonton film setelah wawancara ini.
Mengingat jadwalmu yang padat, dan kamu dan istri [Jessica Miller] memiliki anak, apakah kamu merasa harus merencanakan segala sesuatu agar bisa pergi kencan?
Dua hal: Karena saya orang Denmark, sudah pasti saya merencakan segala sesuatu. Ini sudah masuk DNA. Kedua, seiring kamu bertambah tua, seperti saya yang sudah berumur 100 tahun…
Kamu belum 100 tahun lah.
Ah kamu baik sekali: saya 90 tahun. Ketika kamu bertambah tua, kamu merencanakan segala sesuatu. Jadi kombinasi berdarah Denmark dan berumur tua membuat saya selalu siap dengan rencana. Kami di New York selama 10 hari, dan melakukan aktivitas yang memakan waktu, jadi kami harus mencuri waktu untuk kepentingan pribadi. Kalau kamu hobi pergi ke bioskop, kamu harus merencakan itu. Terutama di kota macam ini—di mana semuanya cepat habis. Kami mencari keseimbangan yang pas, istri menjaga saya tetap spontanius dan impulsif, sementara saya menjaga dia agar tetap terorganisasi. Kalau kamu melihat hubungan saya dengan James Hetfield, sayalah yang menjaga disiplin dalam band.
Kamu belum pernah tinggal lagi di Denmark sejak berumur 17 tahun. Bisakah kamu ingat kesan pertama tentang AS sebagai seorang remaja.
Ukuran. Semuanya serba besar di sini. Kami tiba di New York di ‘74, ‘76, ‘78. Ini era ketika mobil ukurannya sebesar lapangan sepakbola. Kami mengunjungi record store dan membeli banyak vinyl. Saya menyelesaikan sekolah di Denmark ketika berumur 16 tahun dan tinggal di AS selama setahun di Florida. Saya menghabiskan waktu di sebuah akademi tenis. Ayah saya adalah seorang pemain tenis dan musisi jazz. Denmark itu liberalnya bukan main. Tiba-tiba saya berada di sebuah asrama di akademi tenis dan listriknya mati pada pukul 9.30. Saya mendapatkan masalah karena ketangkep lagi ngebaks. Kemudian kami pindah ke California. Di saat itu, saya dengan bodohnya meyakini bahwa saya memiliki masa depan sebagai seorang atlit tenis. Ketika pindah ke LA, saya bahkan tidak masuk ranking 10 besar di daerah tempat saya tinggal. Saya tidak masuk ke dalam tim tenis di SMA Corona Del Mar. Otak saya langsung kacau. Saya meninggalkan tenis dan dalam waktu dua tiga bulan, musik mengambil alih kehidupanku.
Gimana tuh prosesnya? Apa kamu menemukan anak-anak lain dengan selera musik yang sama di sana?
Southern California, di saat itu, penuh dengan bocah berumur 16 tahun mengenakan kaos Lacoste pink. Mereka semua preppy dan jock. Saya mulai mengenakan kaos Iron Maiden dan Motorhead, dan memanjangkan rambut: setiap hari saya tarik-tarik agar tumbuhnya lebih cepat. Saya adalah seorang remaja penyendiri yang kutu buku dan terasing. Saya tidak aneh atau gimana, tapi selalu dibiarkan sendirian, tidak ada yang menganggu. Saya hidup di dunia saya sendiri.
Sebagai musisi metal seperti apa tingkat kesuksesanmu dengan perempuan di masa lalu?
Boro-boro. Yang lebih rendah daripada nol ada gak?
Mereka emangnya enggak terpesona oleh rambut gondrongmu yang bergelombang?
Cuman ada beberapa orang menggerutu ke saya, tapi itu doang.
Tapi kemudian kamu memulai sebuah band.
Kami mulai di umur belia. James dan saya bertemu ketika saya berumur tujuh belas tahun. James dan Ron, teman baiknya, tinggal sendiri. Dave Mustaine—gitaris kami di tahun pertama—memiliki kepribadian yang sangat menarik, ganteng dan memiliki rambut yang bagus. James dan saya sangat canggung, Ron ok aja, sementara Dave Mustaine keren banget orangnya. Dia memiliki banyak teman, baik lelaki maupun perempuan. Orang melihat kami dan berkata “ini orang-orang siapa sih?” Dave mengenalkan kami sebagai anggota bandnya. Kami mulai menyadari ini perlahan-lahan. Kemudian kami bertemu Cliff dan dia menyuruh kami pindah ke San Francisco.
Seperti apa kancah musik di San Francisco saat itu?
Di akhir ‘82, awal ‘83, ada fenomena kultural baru yang sedang terjadi. Kami mulai lebih nyaman bersosialisasi. San Francisco adalah antitesis dari LA. Kancah musik rock di LA lebih berfokus di pergerakan, tren, fashion. Di San Francisco, orang lebih individualis dan melakukan hal mereka sendiri-sendiri. Kami nongkrong dengan grup besar berisikan anak-anak rock, kebanyakan memiliki band sendiri. Ada sekitar 20,30,50 orang nongkrong ditemani sebuah boombox, minum bir di tempat bernama Strawberry Hill di tengah Golden Gate Park. Semua orang asik-asik aja. Di LA ada semacam hirarki, tentang pemimpin dan pengikut. Di San Francisco, orang lebih apresiatif dan jujur. Kami sangat mencintai semua hal mengenai San Francisco hingga sekarang. Sudah 33 tahun.
Baca juga seri kencan pertama Noisey dengan musisi lainnya:
Kamu memiliki tiga orang bocah lelaki. Udah remaja belum sih mereka?
Satu sedang kuliah di Boston di Berklee School of Music. Ada satu lagi lagi SMA di Marin dan yang paling kecil di MCDS di Marin.
Apakah mereka pernah meminta nasihat pacaran dari kamu? Atau mereka justru menghindar?
Mereka jauh lebih unggul dibanding saya ketika saya berumur segitu. Sudah ada beberapa percakapan soal ini. Tapi ketika kamu menyebutkan kata nasihat, sekarang dengan adanya internet, mereka bisa mencari tahu sendiri. Saya selalu hadir untuk mereka, dan tidak ada batasan yang aneh atau gimana. Di Boston, anak saya yang berumur 18 tahun nampaknya bersenang-senang di sana. Dia sudah punya pacar di sana. Saya adalah anak tunggal dan tidak banyak orang menyukai hal-hal yang saya sukai saat itu. Saya tidak aneh dan tidak dibully, tapi saya memang seorang penyendiri. Anak saya tidak ada yang seperti itu. Mereka adalah kebalikannya. Gini ya, kalau kamu bersekolah di Northern California, terutama di Marin County, akhirnya peruntungan hidupmu sudah bagus. Dalam perihal penerimaan sosial dan kultur, dan sudut pandang terhadap dunia, tidak ada tempat yang lebih baik. Jadi ini rasanya opsi terbaik di hari gini. Saya selalu mengingatkan mereka setiap hari betapa beruntungnya mereka. Anak saya yang tengah dan saya selalu bercanda: setiap hari dia pergi ke sekolah, dia diam sejenak dan mengingat betapa beruntungnya dia bisa masuk Marin Academy. Dia menghargai setiap menit waktunya di sana.
Dalam jeda antara album ini dan album sebelumnya, kalian sempat berbicara tentang keinginan berfokus dengan keluarga. Apa alasannya?
Ini penting. Hal terbaik yang pernah terjadi dengan band ini adalah, kami berempat, terutama Hetfield dan saya, menjadi orang tua di waktu yang bersamaan. Ini 18 tahun yang lalu, jadi kalau saya sekarang berumur 100 tahun… eh, waktu itu masih 35 tahun ketika saya memiliki anak pertama. Ini memberikan [Hetfield dan saya] dimensi baru dalam hubungan kami; memberikan kami topik baru untuk dibicarakan. Kami menjadi dekat berkat ini. Anak-anak kami semuanya akrab. Dalam band kami, fakta bahwa kami berempat memprioritaskan tanggung jawab domestik dan kami semua berubah hidupnya secara bersamaan itu lumayan keren. Ketika kamu bermain dalam sebuah band, perlu waktu untuk mengatur hal macam ini.
Beberapa tahun setelahnya, ketika kamu beruntung dan bisa sukses secara finansial, kamu bisa mengatur jadwal tur dan waktu yang kamu ingin habiskan di rumah. Kami memiliki aturan dua minggu: kami tidak meninggalkan rumah lebih dari 2 minggu sekali jalan, 16 hari maksimal. Kami akan memainkan 180 gig demi promosi album terakhir setiap 2 minggu. Ini bukan cara yang paling efektif secara biaya untuk tur dunia, tapi kami yakin kewarasan itu tidak ternilai harganya. Kalau kamu tetap waras, kamu bisa menyelesaikan semua gig dan tidak terjerembap ke dalam keputusasaan dan kesengsaraan.
Ketika tidak sedang menikah, apakah sulit untuk mencari tahu apakah orang menyukaimu untuk dirimu atau karena kamu adalah drummer Metallica?
Ada periode ketika pertanyaan tersebut tidak penting. Ketika kamu berumur 18,29,20 tahun, baru keluar dari rumah dan tur Amerika, pertanyaan itu tidak relevan. Apalagi ketika kamu orangnya canggung seperti saya.
Kapan kamu mulai percaya diri dalam hal berinteraksi sosial?
Ini pertanyaan bagus. Mungkin di pertengahan 80an, ketika kami sedang tur Master of Puppets. Ozzy dan Sharon menemani kami selama setahun penuh. Kami bermain di arena dan turun panggung pukul 8.45 di Albuquerque, New Mexico atau El Paso, dan ketika kamu berumur 21 tahun, sudah jelas lah ya bagaimana kelanjutannya. Di tur itu, mulai dari aneh ke “what the fuck” hingga “Kayaknya ini gue mulai ngerti nih.” Jadi mungkin ‘86 ketika saya berumur 22, 23 tahun.
Ketika kamu terkenal dan mencari cinta, susah gak sih? Kan di tahun 80an belum ada situs kencan online.
Kamu membicarakan masa pra-situs kencan. Untungnya Northern Californida dan Bay Area adalah tempat di AS di mana ketenaran dan hal macam itu tidak berlaku. Di LA, situasinya jelas berbanding terbalik, di New York juga agak begitu. Jadi kamu harus mengandalkan insting aja sih. Kami berada di posisi yang nyaris sempurna. Kami cukup dikenal untuk bisa masuk ke mana saja, tapi tidak ngetop banget hingga sulit untuk membedakan pendengar kasual dan yang tidak. Dan seiring bertambah tua, saya semakin menghargai kemampuan saya untuk berbaur. Saya jarang ditemani oleh staf keamanan—yang bertubuh besar-besar. Saya suka bisa wara-wiri dan tidak terlalu dikenal, menutupi wajah dengan topi. Ini bukan isu yang terlalu mengganggu saya, paling tidak dibandingkan dengan orang-orang yang sangat terkenal.
Kamu sempat bilang musik zaman sekarang tidak lagi menginspirasi…apa kamu masih terinspirasi bermain di Metallica?
Sepuluh atau 30 tahun yang lalu, keadaannya berbeda. Kayak, “Wah, Guns N’ Roses, wah gila ini Nirvana siapa sih! Oasis!” Kamu mendengar band-band ini dan ingin bertemu dengan mereka. Sekarang, tidak ada band yang memiliki dampak seperti itu ke saya. Terakhir saya berujar, “Holy fuck! Ini keren banget nih,” itu ketika menonton band bernama Sword, dari Austin, Texas. Stoner rock, macam Black Sabbath versi modern. Mereka muncul tujuh atau delapan tahun yang lalu, dan saya ingin mengajak mereka tur. Ada juga band Norwegia bernama Kvelertak. Tapi band macam ini semakin jarang muncul hari gini. Ini bukan pernyataan hitam putih. Saya tahu lebih banyak tentang film dibanding musik karena memang saya lebih mengikuti yang pertama. Ini bukan berarti kalau ada musik keren yang muncul dan menampar muka, saya tidak akan menghargai, tapi mereka munculnya lebih jarang aja.
Some Kind of Monster adalah salah satu dokumenter rock favorit saya. Apa kamu punya penyesalan tentang pembuatan film ini?
Kami membuat keputusan bahwa kami percaya dengan Joel dan Bruce, dan ini bukanlah sesuatu yang bisa kami mikro-manage. Perusahaan rekaman kami awalnya membiayai proyek ini, dan seharusnya proyek ini lebih membahas proses pembuatan album, tapi kemudian berubah arah dalam prosesnya. Ada pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan tentang dokumenter ini, dan label tidak mau lagi membiayainya. Kami memutuskan untuk mengembalikan uang mereka dan menyerahkannya ke Joe dan Bruce untuk melanjutkan visi mereka. Kami bersikap seterbuka mungkin. Saya selalu suka tantangan, dan apapun yang bersifat unik. Kami tahu Joe dan Bruce tidak akan mengecewakan kami.
Saya punya kemampuan yang bagus untuk mengkompartementalisasi ingatan. Saya bisa menaruh hal-hal di pojok otak dan cepat melupakannya. Saya tidak terlalu emosional tentang hal-hal macam ini. Ada masa-masa ketika menonton rekaman awal di mana saya harus masuk ke dalam mode ini. Apapun yang saya tonton, saya perlakukan dari sudut pandang orang ketiga—itu bukan benar-benar saya, tapi semacam karakter. Tantangannya adalah transparasi tersebut. Bagi saya, entah kamu transparan atau tidak. Tidak bisa kadang kamu transparan kadang tidak. Jadi ya itulah yang terjadi. Beberapa anggota band memiliki opini yang berbeda tentang hal ini.
Kalau kamu memiliki anak perempuan, apakah kamu bakal memperingatkan dia untuk tidak berkencan sama musisi?
Enggak. Musisi adalah orang kreatif dan mereka butuh kasih sayang sama seperti orang lain.
Tapi musisi, apalagi rocker, kan suka bikin onar.
Ini pernyataan yang sangat mengeneralisir, menurut saya. Saya merasa akan sangat kontradiktif apabila saya memiliki anak perempuan dan menasehatinya untuk tidak berkencan dengan musisi. Saya akan menyuruh anak perempuan saya untuk selalu berhati-hati dalam perihal berkencan, entah dengan seseorang dari dunia kreatif atau tidak. Saya yakin dunia kampus, jocks, dan anak-anak sekolah bisnis juga tidak lebih alim. Semuanya begitu.
Apa definisi teman kencan yang enggak banget bagimu? Bagi saya, cirinya adalah dia bersikap kasar ke pramusaji atau berantakan ketika makan.
Terima kasih telah berbagi! Deal breaker bagi saya adalah ketika seseorang tidak memiliki rasa humor dan gagal mengerti sarkasme dan ironi. Banyak orang Denmark suka nyolot dan sedikit provokatif—ini ada dalam DNA kami. Kadang dengan orang lain, terutama yang tidak saya kenal, saya melempar beberapa umpat provokatif, untuk melihat bagaimana mereka menghadapinya. Kalau tidak dihadapi dengan benar, ini adalah deal breaker buat saya. Ini adalah prinsip saya secara umum, tidak hanya dengan orang yang saya kencani. Harus ada kemampuan untuk menangani humor abstrak, dan cara yang tidak umum melihat dunia.
Kim Taylor Bennett adalah editor di Noisey. Follow dia di Twitter.
Semua foto oleh Rebecca Miller. Simak portofolio fotografer Inggris itu di situs pribadinya