Rasa sakit menerpa sekujur tubuhku, seolah ditusuk-tusuk jarum. Kepalaku sontak meneriakkan peringatan, dan jantung berdegup kencang seiring dengan ketidaknyamanan yang semakin menggigit dengan berlalunya waktu.
“Atur pernapasan, lalu buang!” perintah Tan Chun Yih, yang berjongkok di sebelah bak air es bersuhu 1 derajat Celsius yang aku selami. “Bayangkan seolah-olah kamu sedang meniup panas ke seluruh tubuh.”
Videos by VICE
Tiba-tiba, aku merasakan ketenangan tak biasa yang meluruhkan segala kesakitan. “Sudah dua menit. Kamu bisa bangkit sekarang,” kata Tan, menyeringai.
Lelaki 35 tahun tersebut adalah satu-satunya instruktur Metode Wim Hof di Singapura. Wim Hof merupakan kombinasi teknik antara paparan dingin, mengatur pernapasan, dan meditasi yang diimpikan seorang Belanda yang terkenal akan kemampuannya mengalahkan suhu dingin ekstrem.
Metode ini diklaim mampu meningkatkan imun tubuh hingga memperbaiki suasana hati dan kecemasan. Sebagai satu-satunya instruktur aktif di Asia Tenggara, Tan yakin perbedaan suhu yang lebih besar di belahan dunia ini dapat dijadikan pengalaman menarik.
“Bandingkan loncat ke air bersuhu 2°C dari suhu udara 34°C, dan beralih dari lingkungan musim dingin 5°C menjadi air -5°C,” ujar Tan. “Kamu akan merasa sangat tidak nyaman, tetapi ini bagus untukmu.”
Metodenya dijelaskan menggunakan proses biologis hormesis, yang mengajarkan bahwa tingkat tekanan yang tepat dapat memberikan hasil positif. Contoh paling gampangnya yaitu angkat beban.
Lagi pula, menurut Tan, menantang ketidaknyamanan sangat “bagus” bagi mereka-mereka yang tinggal di negara seperti Singapura — mengingat adanya peningkatan kemakmuran dan standar hidup.
“Sebagian besar dari kita terlahir berkecukupan. Kantor-kantor memasang AC super dingin sampai-sampai karyawan harus pakai jaket saat kerja,” lanjut Tan. “Akan tetapi, kenyamanan ini malah merugikan. Kita jadi gampang sakit, stres, depresi dan mengkhawatirkan hal-hal seperti keuangan.
“Metode Wim Hof menawarkan sedikit ketidaknyaman guna memulihkan tubuh dan pikiran kita.”
Di Minggu pagi yang sangat terik, aku dan tujuh orang lainnya memadati balkon rumah Tan. Kami menunggu giliran untuk merasakan semacam penderitaan.
Tonton dokumenter VICE soal sosok Kim Wof, manusia super yang mengajarkan teknik melawan dingin ekstrem:
Anehnya, semakin lama aku berendam di air es, semakin terkendali juga pernapasanku. Seiring dengan berkurangnya waktu mencapai titik relaksasi, aku malah enggan keluar dari bak.
Pada akhir sesi kelas Tan yang berdurasi setengah hari, pencapaian yang kurasakan mirip seperti lomba mendayung sejauh 2.000 meter atau menyelesaikan olahraga berintensitas tinggi.
Bukan cuma aku yang begini. Shawn, 29, baru pertama kali mencoba meditasi Wim Hof. Dia merasakan sensasi positif dan kebahagiaan setelah bangkit dari air es.
Studi terbaru tentang Hof juga menyinggung “peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan”, dan menyimpulkan praktik sistematis metode ini “dapat” meningkatkan kebiasaan baik dan kesehatan mental.
Namun, Ray Loh berkata lain. Kepada VICE, ahli fisiologi senior di Rumah Sakit Tan Tock Seng mengatakan manfaat paparan dingin atau kontrol pernapasan “belum cukup bukti”. Tenaga medis profesional sering menggaungkan nada peringatan ini setiap kali berkomentar tentang Hof.
Bagi Shawn, campuran antara riset online dan video viral Hof cukup meyakinkannya menilai metode ini sebagai pengobatan holistik tanpa obat untuk menyembuhkan penyakit dan PTSD akibat peristiwa traumatis.
Dia kini bergabung dengan komunitas lokal beranggotakan hampir 70 orang, yang dikumpulkan Tan kurang dari sembilan bulan sejak dia mulai mengajar. Mereka berdiri tanpa ada promosi sekalipun.
Anggotanya sendiri datang dari berbagai kalangan, mulai dari atlet, bio-hacker, ibu rumah tangga, nenek-nenek, wirausahawan, eksekutif teknologi, pasien yang baru pulih dari operasi dan sakit, hingga pengidap frigofobia. Tan berujar “orang-orang aneh” ini punya tujuan berbeda, tetapi terhubung dengan praktik yang memanggil mereka untuk “mencapai tingkatan lebih dalam”.
Meski Tan dapat membuktikan manfaat metode ini, dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengiklankan kelasnya sebagai obat mujarab bagi segala penyakit.
“Bagus kalau ada manfaatnya. Kalau tidak, silakan coba cara lain,” katanya.
Namun, dia menjamin kalau segala ketidaknyamanan yang kita rasakan bisa menjadi pengalaman yang mencerahkan.
“Tak peduli bagaimana kamu keluar dari ketidaknyamanan, hal ini akan menetapkan dasar hidupmu sebagai manusia dan caramu melangkah maju,” tutur Tan.
Aku sempat meremehkannya sebagai salah satu dari bisnis penyembuhan, peningkatan kesejahteraan dan kesadaran penuh gadungan yang ngetren di Instagram, tetapi prasangkaku surut setelah kami memulai latihan pernapasan.
Ketika peserta berbaring dalam lingkaran, Tan membimbing kami melakukan tiga rangkaian latihan pernapasan cepat sebanyak 30 repetisi. Di sela-sela ronde, kami menahan napas selama mungkin.
Awalnya terasa seperti kesemutan, tetapi lama-lama berubah menjadi aliran panas menenangkan ke seluruh tubuh.
Ada peningkatan nyata dari “tes” dasar yang kami lakukan sebelumnya. Awalnya aku bisa push-up selama 40 kali tanpa bernapas, tapi sekarang aku melakukannya hingga 60 kali. Aku dapat menahan napas selama hampir tiga menit, sedangkan tadinya cuma 43 detik. Dari kedua contoh itu, aku merasa bisa melakukan lebih dari itu.
Aku merasakan penguasaan diri yang luar biasa jika digabungkan dengan berendam air es. Dipaksa menghadapi ketidaknyamanan hebat melatihku beristirahat di tengah gejolak masyarakat yang seringkali di luar kendali.
Jika kita bisa lebih tenang dan kuat dengan cara ini, jadi tak ada salahnya, dong, kalau kita melawan rasa tidak nyaman tersebut?
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.