Atlet andalan Indonesia berjuang meraih prestasi terbaik sepanjang Asian Games 2018. Sebagai tuan rumah, Indonesia bertanding di 40 cabang olahraga, mencakup lebih dari 400 pertandingan. Beberapa sosok sudah dikenal bagi publik Tanah Air, seperti bintang bulutangkis kawakan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Tetapi, bagaimana dengan atlet yang bersaing dalam berbagai cabang olahraga yang aturan atau cara mainnya hanya dikenal segelintir warga Indonesia?
Perkenalkan salah satu cabang olahraga yang kurang terkenal gaungnya macam itu: kabaddi.
Videos by VICE
Ni Ketut Puspasari bersaing di cabang olahraga kabaddi tahun ini, bersama rekan timnya dari Bali. Apa itu kabaddi? Ini olahraga yang berasal dari Bangladesh. Di anak benua India, mencakup India, Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka, permainan yang sekilas mirip gobak sodor, benteng, atau galah asin ini sangat tenar. Olahraga ini ditaksir sudah ada sejak 4.000 tahun lalu lho. Bahkan kompetisinya bisa mendatangkan untung bagi pengelola.
Kondisi sebaliknya terjadi di Bali—atau Indonesia secara umum. Olahraga ini baru dikenal setelah Pulau Dewata menjadi tuan rumah Asian Beach Games pertama pada 2008 lalu. Tapi Indonesia memang sudah saatnya mempelajari, atau kalau bisa, menguasai kabaddi. Cabang olahraga ini makin populer di tingkat internasional, sudah ada semacam piala dunianya lho. Makanya sejak 1990, tepatnya di Asian Games Beijing, kabaddi mulai dipertandingkan.
Saya menonton beberapa video di YouTube untuk memahami aturan pertandingan tersebut, tetapi akhirnya tetap kebingungan. Sepertinya olahraga ini berhubungan dengan memegang tangan, melafalkan gumaman, dan menahan napas. Ada satu orang yang dikejar pemain lain. Pendek kata, permainannya terlihat seru, tapi jujur saya gagal paham prinsip dasarnya. Ya pokoknya gobak sodor, tapi penuh taktik njelimet, serta ratusan kali lebih intens lah.
Terlepas dari kegagalan saya memahami aturannya, kabaddi sangat enak ditonton kok. Tentu saja saya tidak puas hanya mantengin video di Youtube. Saya ingin tahu lebih banyak soal olahraga ini, jadi saya menelepon Puspasari, atau yang akrab disapa Puspa oleh teman-temannya.
Saya kepingin tahu, gimana cerita awal dia bisa mengenal olahraga kabaddi, lantas bagaimana dia bisa terpilih masuk timnas perempuan Indonesia, apakah kita bisa jadi atlet pro dengan main kabaddi, serta tentu saja, saya bertanya pada Puspa seperti rasanya akan bertanding di Asian Games demi mengharumkan nama bangsa.
Berikut cuplikan obrolan kami:
VICE: Halo Puspa. Tahun ini Indonesia untuk pertama kalinya mengirim kontingen ke cabang olahraga kabaddi. Responsmu seperti apa?
Ni Ketut Puspasari: Yang saya ingin ucapin sih sebenarnya berterima kasih sebesar-besarnya kepada pengurus, sudah sampai saat ini, sudah memperjuangkan kita bisa mengikuti pertandingan di Asian Game untuk olahraga kabaddi.
Kapan pertama kali kamu mengenal kabaddi? Lalu seperti apa perjuanganmu sampai akhirnya lolos masuk timnas?
Pertama kali saya mendengar tentang kabaddi itu dari kampus IKIP PGRI Bali. Mulai mainnya, kita disosialisasikan dulu oleh dekan, dosen-dosen, dan teman-teman yang ada di sana. Terus kita disuruh ikut mempraktikan, nanti langsung kita kayak dipilih-pilih gitu. Ada seleksinya seperti itu. Nah itu masih proses itu, itu baru perkenalan. Itu baru sekian lama semester dua, terus latihan baru ada seleksi seperti itu. Tahap seleksinya banyak.
Oh spesifiknya saya sebagai atlet kabaddi dari 2009 ya. Terus memang saya suka olahraga. Sebelum aktif di kabaddi, saya memang sudah jadi atlet lari lebih dulu.
Pas kamu cerita ke keluarga atau teman, sudah banyak yang tahu kabaddi itu olahraga macam apa?
Sementara ini, kalau di Bali sudah banyak orang yang tahu ya. Terus teman-teman yang kurang tahu biasanya nanya, “Ih gimana sih kabaddi?”, saya jawab “Oh, kabaddi itu seperti ini. Coba kalian liat di Youtube.” Lalu kadang ada yang merespons, “Oh bagus ya permainannya!” Jadinya semuanya penasaran.
Menurutmu kenapa kabaddi sejauh ini baru dikenal di Bali, tapi belum meluas ke wilayah lain Indonesia?
Oh, itu karena memang pada saat 2008, Asian Beach Games pertama yang tuan rumah di Bali itu menunjuk fakultas IKIP PGRI Bali. Jadinya perkembangannya itu di Bali dulu, tepatnya di Denpasar. Setelah beberapa tahun, mahasiswa dari Undiksha Buleleng Bali mengikuti kita, terus kita kembangkan ke kabupaten-kabupaten lain. Pengurus kabaddi di Indonesia juga sangat gigih memperkenalkan olahraga ini ke provinsi lain.
Benarkah pemain kabaddi harus menahan napas saat bermain?
Itu ada tarik napasnya saat mengucapkan “Kabaddi.” Memang betul, kita sambil ngomong “Kabaddi” diatur napasnya. Selama kita jadi raider itu, menyerang sambil mengucapkan “Kabaddi… Kabaddi” itu sudah mengambil sekaligus menahan napas selama kira-kira 30 detik.
Kenapa di permainan ini tiap anggota tim selalu berusaha saling bergandengan tangan?
Pegangan tangan sama teman ini penting, karena saat kita menangkap musuh, kita harus menangkap berdua, sekaligus berteman-temannya. Karena raider selalu hanya satu, terus penjaganya itu tujuh. Saya di tim ini jadi raider, semacam penyerang.
Untuk persiapan Asian Games 2018, kamu ikut pemusatan latihan di India. Seperti apa rasanya?
Selama kita di sana itu kita pagi latihan teknik, fisik. Terus sorenya kita latihan sparring sama klub-klub profesional yang ada di India. Setiap hari rutinitasnya seperti itu, sampai tiga minggu sampai satu bulan. Kita latihannya di sana banyakan teknik sih, karena kita diajarin banyak cara teknik yang benar kayak apa, terus kekompakan tim seperti apa, gitu.
Perbedaannya sih cuaca ya di sana, sama waktu yang berbeda. Terus kita disana itu perbedaannya benar-benar bisa melawan musuh, training-nya kita dapat. Kalau di sini kan kita udah tahu teman-temannya seperti apa. Di sana kan beda-beda serangan mereka.
Tonton dokumenter VICE soal atlet renang difabel asal Yogya yang ingin terus berjuang mewakili Indonesia di level tertinggi:
Apakah kamu dan rekan-rekan setim sudah pernah menghadapi timnas perempuan India? Katanya mereka tim kabadddi terbaik sedunia?
Ya itu pas saat kita di ada kejuaraan di India, tepatnya di Patna. Luar biasa rasanya, bangga bisa melawan India karena India adalah lawan yang paling tangguh. Dan pada saat itu yang nonton Gedung Olahraganya penuh banget yang nonton, sampek di luar GOR pun ada layar besar. Ribuan penonton menyaksikan India vs Indonesia. Hanya ingin menonton India vs indonesia saat itu 2012. Bulan Mei kemarin, kita ada mengikuti kejuaraan di Malaysia, kompetisi internasional Kabaddi juga. Itu di semifinal ketemu India lagi. Di Malaysia, timnas Indonesia mendapatkan juara tiga.
Andai kamu sekadar penonton, bukan pemain, apa aspek dari permainan kabaddi yang paling menarik perhatianmu?
Hal paling menarik dari pemainan ini adalah ketika raider atau si defense mendapatkan poin, dan bisa mempertahankan poin itu sendiri. Yang bikin paling greget itu gimana caranya biar raider tidak lepas dari kita, alias timing-nya kita menangkap dia gitu.
Sebagai atlet kira-kira sudah berapa kali kamu mengucapkan ‘kabaddi’ sambil mengejar atau dikejar musuh?
[Tertawa] pengucapan kata kabaddi saat bertanding itu ya banyak sekali, hampir berapa ya, tidak bisa terhitung lah. Mau bagaimana, soalnya setiap kali kita main itu mengucapkan kata ‘kabaddi’, memang kabaddi seperti itu permainannya.
Terima kasih atas waktunya Puspa. Semoga sukses!
Wawancara ini telah disunting agar lebih ringkas dan enak dibaca