Artikel ini pertama kali tayang di Broadly.
Setelah Harry Potter sukses membunuh Dark Lord dan menghancurkan kerajaan gelapnya, J.K Rowling, sang pencipta seri novel fantasi fenomenal itu, membeberkan informasi rahasia seputar karakter-karakter di semesta Harry Potter. Contohnya, Rowling pernah mengatakan sang Kepala Sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore, adalah seorang gay. Sedangkan pada 2015, Rowling mengumumkan kepada publik bila Hermione Granger, tokoh perempuan utama dalam cerita bukan karakter Kaukasian berkulit putih. Rowling memang tidak pernah menyebutkan bahwa sosok anti-hero Severus Snape itu seorang perempuan transgender—namun semakin banyak komunitas pencinta Harry Potter yang yakin bahwa fakta ini tidak terbantahkan.
Videos by VICE
Sama seperti budaya fandom lainnya, komunitas yang percaya teori Snape sebagai transperempuan awalnya cuma berkembang di Tumblr. Barulah, beberapa tahun terakhir, anggota komunitas ini membangun teori mereka dengan cara membaca ulang buku-buku Harry Potter, dan membahas secara detil identitas feminin Snape yang kerap terlewatkan oleh para fans. Setiap tahunnya, di minggu pertama bulan Agustus, mereka merayakan Trans Snape Week—tujuh hari didedikasikan untuk menghormati sosok Severus Snape sebagai seorang perempuan trans. Acara ini menampilkan pembacaan nukilan dari berbagai sumber bacaan yang menjelaskan identitas gender Snape sesungguhnya, berbagai illustrasi penggemar menampilkan Snape sebagai seorang perempuan dan bahkan menciptakan mood board trans Snape. Acara tahunan ini dimulai di 2015, oleh pengguna Tumblr Ensnapingthesenses, seorang lelaki trans berumur 26 tahun dari Spanyol.
“Dalam fandom Harry Potter di Tumblr, semakin banyak komunitas yang meyakini bahwa Snape adalah seorang trans, atau paling tidak mengeksplor kemungkinan ini. Banyak dari kami yang tidak bisa menghapus wacana ini dari kepala, maka akhirnya Trans Snape Week dilahirkan,” jelas Ensapingthesenses ketika diwawancarai Broadly. “Trans Snape Week merupakan tempat untuk berkumpul, merayakan, mengeksplor dan berbagi: akhirnya menghasilkan berbagai fan fiction, fanart, analisa literatur… Kami melihat bagian dari diri kami ditampilkan dalam sebuah figur yang menarik dan kompleks—yang biasanya hampir tidak pernah terjadi bagi kami, kaum transgender.”
Fatuma, seorang non-gender dari Afrika Timur membantu mengorganisasi Trans Snape Week 2017, diadakan oleh akun Tumblr Snape Love Post, sebuah blog yang dikelola beberapa pengguna Tumblr sesama penggemar Snape, termasuk Fatuma. Dia menjelaskan pada Broadly dasar keyakinan bahwa J.K. Rowling “diam-diam” menggambarkan Snape sebagai seorang perempuan. “Kalau misalnya Snape itu ditulis sebagai karakter perempuan, plot cerita Snape tidak akan terlalu terpengaruh sama sekali.” Fatuma mewakili sebuah komunitas online besar yang meyakini bahwa Snape adalah seorang transgender—dan mereka memiliki data untuk mendukung teori ini.
“Baru-baru ini, sebuah survei fandom Snape di Tumblr dilakukan dan sekitar 20 persen dari fandomnya ternyata bukan cisgender, angka yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata dunia,” jelas Fatuma. “Kaum trans bisa mengidentifikasi karakter yang ditulis sebagai karakter trans karena pengalaman yang kami alami cenderung universal.”
“Saya tidak akan bisa mengerti kalau ternyata Snape bukan trans,” jelas Ensapingthesense, menambahkan bahwa “semua petunjuk kontekstual mengarah kesitu.” Biarpun “Kesimpulan ini tidak pernah dikonfirmasi,” tambahnya, kesimpulan ini juga “tidak pernah ditolak mentah-mentah.”
“Snape adalah sosok karakter yang cair dan ambigu dalam narasi Harry Potter—selalu berada di antara dua dunia, dan kerap bersembunyi di dalam kegelapan, melihat ke dalam dari luar, jelas Ensapingthesenses. “Snape terlihat seperti sosok seseorang yang menyembunyikan sesuatu dan ini tragis.”
Untuk bisa memahami alasan Snape diduga sebagai trans, anda harus benar-benar terjun ke dalam dunia Harry Potter. Profesi Snape merupakan titik mulai yang bagus untuk wacana ini. Dia bekerja sebagai guru ramuan Hogwarts, Profesor Snape mengungkapkan apresiasi pribadinya untuk bidang pembuatan ramuan di buku pertama, mengatakan ke murid-murid bahwa dikelasnya “iseng bermain dengan tongkat sihir dilarang.” Di 2011, penulis Racheline Maltese menulis sebuah esai ikonik yang menarik tentang Snape. Snape menurutnya sangat cocok dibaca sebagai tokoh pahlawan perempuan. Dalam esai itu, Maltese turut menyebutkan sebuah komentar ringan mengenai pandangan Snape tentang tongkat sihir. Kebiasaan Snape itu indikasi bagi para pembaca bahwa, “Karakter ini, dalam level tertentu, merupakan sebuah penolakan terhadap maskulinitas, mengingat bagaimana tongkat sihir kerap menjadi bahan becandaan yang seksual di sepanjang seri.”
Ketika Snape mengatakan ke murid-murid di kelas bahwa dia merasa “kalian tidak akan mengerti kecantikan dari ketel yang sedang mendidih perlahan-lahan dengan baunya yang khas, dan kekuatan halus cairan yang berada di dalam saraf manusia,” dia menampilkan simbolisme sihir feminin klasik. Ensnapingthesenses mengamini pernyataan ini. “Penciptaan ramuan dan racun memiliki sejarah yang panjang diasosiasikan dengan feminitas,” jelasnya ke saya. “Namun afinitas Snape ke ramuan dan talentanya yang luar biasa juga pernah diinterpretasikan sebagai sebuah usaha untuk mencari jalan magis ke arah transisi.”
“Saya suka ide bahwa di masa remajanya, Snape terjun ke area pembuatan ramuan,” jelas Fatuma. “Bukan untuk popularitas dan uang—tapi untuk mencari ramuan yang bisa membantunya bertransisi tanpa efek samping.” Ensnapingthesenses mengingatkan bahwa ada ramuan yang “dapat mengubah penampilan seseorang dan merubah atribut fisik seseorang selamanya, jadi masuk akal bahwa area ini merupakan calon kuat solusi bagi Snape.”
Obsesi Snape pada ramuan dan talentanya yang luar biasa diinterpretasikan sebagian penggemar sebagai usahanya mencari jalan menjadi transgender.
Komunitas Trans Snape juga mendapatkan pemahaman tentang Snape lewat perannya di kehidupan Harry Potter. Kita semua tahu Severus Snape sempat naksir dengan Ibu Harry Potter, Lily yang menikah dengan seorang lelaki macho brengsek bernama James. Biarpun kedua orang tua Harry dibunuh oleh Voldemort, kasih sayang Snape tetap bertahan. Lewat sebuah perjanjian rahasia dengan Dumbledore, dan cintanya dengan Lily, Snape menjadi semacam Ibu Angkat tidak resmi Harry Potter.
“Secara tema, Snape merupakan pengganti Lily (Sirius merupakan pengganti James),” jelas Fatuma. Di sebuah pembahasan Tumblr, Ensnapingthesenses menjelaskan bahwa “secara simbolis, anak laki-laki tumbuh besar untuk menggantikan ayahnya; dan sang ayah mempersiapkan mereka untuk mengambil peran tersebut, sementara seorang Ibu memiliki peran yang berbeda dalam hidup anak-anak dan cenderung mengatur emosi dan memberikan anak sudut pandang yang berbeda.” Bagi Ensnapingthesenses, Fatuma dan Maltese, Snape mengisi peran tersebut dalam kehidupan Harry.
“Hubungan Harry dan Snape mengingatkan saya akan interaksi seorang anak remaja perempuan dengan Ibunya, dimana keduanya memiliki isu temperamen tinggi karena mereka saling menularkan sifat ini,” tulis Ensnapingthesenses.
Masih ada banyak contoh tekstual lainnya yang mendukung teori trans Snape menurut Ensnapingthesenses—hal-hal kecil seperti flashback di The Deathly Hallows, ketika Snape muda terlihat mengenakan blus Ibunya, Eileen. Di The Half-Blood Prince, Harry dan Hermione memeriksa tulisan tangan Snape di sebuah kopi buku Advanced Potion Making, tidak menyadari bahwa “Half-Blood Prince” sesungguhnya adalah Snape dan “prince” merupakan referensi terhadap nama tengah Ibunya.
Ketika sedang membaca buku Advanced Potion-Making, Harry menemukan sebuah halaman yang tidak ada hubungannya dengan pembuatan ramuan. Di halaman tersebut ada semacam instruksi mantera yang nampaknya diciptakan oleh Prince sendiri. Harry mengira Prince sudah pasti adalah seorang lelaki, tapi Hermione memotong dan mengatakan bisa saja dia adalah seorang perempuan karena tulisan tangannya lebih mirip tulisan tangan perempuan.
Bagi Ensnapingthesenses, praktik tradisi ilmu sihir yang diasosiasikan dengan feminitas dan tulisan tangan Snape yang cenderung feminin merupakan indikasi dari “seorang perempuan muda yang berusaha mengekspresikan gendernya secara diam-diam.”
Ketika remaja, Snape merupakan seorang outsider sementara teman-teman lelakinya—Remus Lupin, Peter Pettigrew, Sirius Black dan James Potter—tergabung dalam geng pembuat onar Gryffindor. Di bab 28 The Order of the Phoenix, Marauders, nama dari geng pembuat onar ini mempermalukan Snape di depan umum dengan cara mengangkat tubuh Snape ke udara, menyebabkan celana dalamnya tersingkap.
Hobi Lupin menggoda orang lain terus berlanjut hingga dewasa: di Prisoner of Azkaban, ketika dia menjadi profesor Defense Against the Dark Arts di Hogwarts, dia mengajarkan murid-muridnya tentang sebuah makhluk yang disebut boggart, yang tinggal di dalam kegelapan dan ruang sempit. (Lupin menyimpan boggartnya di dalam kloset.) Boggart dapat bertransformasi menjadi apapun yang menjadi ketakutan utama orang yang melihatnya dan hanya bisa dikalahkan dengan mantera Riddikulus yang membuat Boggart menjadi sosok yang humoris. Bagi Neville Longbottom, boggart mengambil sosok Severus Snape dan ketika dia melepas mantera Riddikulus, sosok Snape berubah menjadi Snape mengenakan pakaian perempuan dan mengundang gelak tawa satu kelas.
Bagi Ensnapingthesenses, “Penghinaan Lupin dalam bentuk Snape-boggart yang sangat pribadi (yang keluar dari sebuah kloset!)” merupakan contoh yang kuat bahwa Snape dipermalukan karena dianggap feminin.
“Saya merasa bahkan diam-diam Snape menderita dari semua prasangka buruk di sekitarnya,” kata Esnapingthesenses saat saya hubungi terpisah. “Semua insiden yang terjadi terhadap Snape menjadi masuk akal begitu anda menyadari fakta tentang identitas sesungguhnya. Teori Snape adalah perempuan transgender adalah konsep yang tidak membutuhkan bukti solid—tapi nyatanya semua bukti itu ada.”
Salah satu rahasia terdalam Snape adalah mantera Patronus—sebuah mantera perlindungan kuat yang mengambil bentuk binatang sebagai representasi sisi spiritual penggunanya. Baik Snape dan Lily sama-sama memiliki patronus rusa betina dan ini diinterpretasikan sebagai lambang cinta sejati Snape bagi Lily. Namun teori ini pastinya akan lebih ribet kalau benar Snape itu perempuan.
Komunitas Trans Snape meyakini bahwa Patronus Snape merupakan bukti lain bahwa Snape memainkan peran Ibu bagi Harry Potter—namun yang lebih penting, rusa betina ini dianggap sebagai proyeksi harfiah identitas gender perempuan Snape. Fakta bahwa Patronus Lily juga berbentuk rusa betina berhubungan dengan fakta bahwa Snape menggantikan Lily sebagai Ibu. Selain mencintai Lily, Snape juga mungkin ingin menjadi seorang perempuan seperti Lily.
Kalau anda pikirkan baik-baik, interpretasi ini jauh lebih masuk akal dibanding terus-terusan mencintai gebetan masa kecil, beberapa dekade setelah mereka meninggal. “Hubungan Snape dengan Lily, dalam banyak hal, mengingatkan saya akan hubungan yang saya miliki dengan perempuan cis ketika saya masih remaja,” aku seorang perempuan trans bernama Lilyana kesaya. Fakta bahwa “Patronus Snape dan Lily itu sama bentuknya bukanlah sekedar lambang cinta romantis…bahwa penjelmaan jiwa Snape dalam bentuk fisik dan sihir sama-sama berbentuk sosok feminin seperti Lily bisa menjadi indikasi bahwa Snape memang faktanya adalah seorang perempuan trans.”
Snape bagi pendukung teori ini, tak terbantahkan lagi statusnya sebagai transperempuan.
Memiliki patronus yang sama dengan Lily membuat Snape unik di dalam dunia penyihir—dan jangan lupa, bahwa penampakan rusa betina Snapelah yang membuat Harry menemukan Pedang Griffindor. Maltese menulis bahwa adegan inilah, dari seluruh seri, yang memastikan bahwa Snape itu perempuan. “Di Harry Potter and the Deathly Hallows, Snape menampilkan sosok perempuannya, ketika dia diam-diam mengarahkan Harry ke Pedang Gryffindor lewat penggunaan Patronusnya,” kata Maltese. “Di adegan ini, Snape bak memainkan peran The Lady of the Lake,” sebuah figur sastra yang kerap muncul di buku-buku King Arthur. The Lady of the Lake memberikan Arthur pedang Excalibur, sama seperti Snape memberikan Harry Pedang Gryffindor.
Jangan lupakan juga proses kematian Snape ketika dia mengorbankan diri demi kebaikan Hogwarts: Snape dengan mulia berpartisipasi dalam plot terencana dengan Dumbledore dimana dia pura-pura membunuh sang kepala sekolah dan meyakinkan murid-murid dan rekan-rekannya percaya bahwa dia adalah anak buah Lord Voldemort selama ini. Barulah setelah meninggal, semua orang memahami pengorbanan dan jasa Snape.
Secara umum, dalam sejarah ada banyak sekali usaha untuk membuat tokoh jahat queer di cerita fiksi, problematika yang disadari oleh banyak anggota komunitas Snape yang saya wawancarai. Namun menurut mereka, Snape berhasil lolos dari jebakan peran ini. “Snape sengaja ditulis sebagai queer agar tampak jahat,” kata Fatuma. “Biasanya ketika penulis menggunakan formula ‘oh tapi mereka sebetulnya orang baik kok’, karakternya kehilangan elemen queer dan kembali menjadi orang cis dan straight. Tapi tidak untuk Snape, yang berhasil meninggalkan kesan bagi pembaca serial Harry Potter sebagai salah satu tokoh antagonis yang ternyata bersifat baik dan queer.”