Pekan ini, tepat saat malam takbiran jika kita mempertimbangkan suasana di Indonesia, umat sepakbola sedunia akan merayakan hari besar “keagamaan” lain: Piala Dunia 2018 di Rusia. Tiap Piala Dunia pasti punya momen utama. Misalnya, tangisan Paul ‘Gazza’ Gascoigne waktu Inggris kalah dari Jerman di Semifinal Italia 1990. Atau melejitnya pamor timnas ‘pelangi’ Prancis dengan pemain beda ras dalam gelaran 1998, hingga suara vuvuzela yang menyebalkan selama turnamen di Afrika Selatan pada 2010.
Nah, untuk Piala Dunia Rusia, saya bisa menduga momen utama yang disorot media akan seperti ini: “SUPORTER FANATIK RUSIA YANG DULUNYA MANTAN ANGGOTA MILITER MENGGEBUKI HOOLIGANS ASAL EROPA” atau “MAFIA RUSIA BIKIN SUPORTER TIMNAS LAIN MEWEK KETAKUTAN.” Intinya, reputasi buruk suporter Rusia yang biasa latihan tarung MMA sebelum datang ke stadion (supaya kalau berantem bisa menang terus), kayaknya akan jadi perhatian semua kalangan.
Videos by VICE
Gara-gara seremnya reputasi pecandu bola Rusia, tak salah bila saya bilang sebagian besar fans fanatik timnas masing-masing akan ngendon aja di rumah. Males mereka datang ke sana (selain ongkos tiketnya juga mahal). Jadi, sebagian besar pecinta sepakbola menikmati pertandingan dari rumah masing-masing yang nyaman. Atau, kalau kalian masih memiliki sedikit niat jadi suporter beneran, paling banter kalian bakal datang ke acara nobar.
Nah, karena nobar akan mewarnai hidup kalian selama nyaris sebulan penuh, saya berbaik hati memberi sedikit tips untuk menghindari beberapa jenis manusia. Jangan sampai kalian ngobrol atau terlalu dekat duduk dekat mereka. Terutama, yang karakternya nyebelin dan mengganggu kenikmatanmu menyaksikan pergelaran olahraga paling akbar di planet Bumi™. Berikut penjelasan lengkapnya:
Si Manusia Sotoy
“Cris-ti-ano Ron-al-do itu jagoannya Real Ma-drid,” kata si cowok sotoy kepada pacarnya yang kemungkinan diseret supaya nemenin dia nonton nobar (karena enggak ada teman sebaya yang mau lagi main sama dia). Gaya bicaranya kalau udah ngomongin pemain udah yang paling sok iye, paling ngerti bola, bahkan kesannya dia cocok menggantikan pelatih timnas yang sedang kalian tonton pertandingannya di layar sorot.
“Wah, Spanyol ini harus nyetop si A biar bisa ngegolin,” ini tipikal kata-kata manusia sotoy, yang paling banter googling dulu sebelum nobar supaya bisa mansplaining ke teman nongkrongnya. Paling nyebelin kalau dia udah bawa-bawa taktik. “Gue ngerasa mereka harus main 4-3-3,” katanya bangga, padahal dia misalnya kalian tanya apa alasan ada pemain false nine belum tentu mudeng.
Intinya, ketika si sotoy sampai mencampuradukkan Olivier Giroud sama Eric Cantona, itulah waktunya kalian segera minggat, daripada jadi bete mendengar ocehannya.
Tonton dokumenter VICE soal suporter bola paling berbahaya dan beringas asal Rusia:
Hipster Nasionalis
“Gue ngerasa Senegal bakal jadi tim yang mengejutkan di turnamen tahun ini,” kata si hipster yang pasti mendukung tim paling obscure di Piala Dunia Rusia. “Gue optimis banget, soalnya Sadio Mané bakal difungsikan dari awalnya pemain sayap jadi false-nine.”
Hipster bola macam ini tidak bakal mau mendukung tim yang reputasinya terlalu kesohor kayak Jerman atau Brasil. Dia benci banget sama orang yang dianggap glory hunter. Intinya, makin kecil kemungkinan timnas itu menang piala dunia, makin besar pula keinginan si hipster mendukungnya. Makin kalian enggak kenal sama pemain-pemainnya, tambah demen saja si hipster terhadap timnas tersebut.
Katakanlah, tahun ini dia mendukung Senegal. Dia enggak akan setengah-setengah. Dia kemungkinan punya seragam timnas Senegal waktu tampil di Piala Dunia 2002 ukuran XL buat dipajang di kamar. Terus, dia bisa menjelaskan kiprah Senegal selama ini di turnamen sepakbola tingkat global maupun benua, lebih jago daripada Wikipedia. Kalau kamu kejebak tanya siapa pemain Senegal favoritnya, si hipster tanpa ragu akan bilang,”pastinya gue paling mengidoalknn Papa Bouba Diop.”
Kalau ternyata tim gacoannya kalah gimana dong? Duh, kalian kayak enggak ngerti hipster aja. Andai Senegal gagal total dan Sadio Mané dapat kartu merah di laga pertama yang membuatnya tak bisa bermain di sisa pertandingan grup, maka dia akan beralih ke tim obscure lainnya. “Santai aja, gue juga mendukung Polandia tahun ini,” ujarnya. Dia nanti akan menceramahi kalian soal masa jaya Jakub Blaszczykowski atau memaparkan skema latihan Szczęsny. Di tengah pertandingan, dia biasanya bakal nyiarin Instagram Live soal momen yang menurutnya penting banget, tapi cuma ditonton paling banter empat orang. Kalian tidak akan bisa membenci hipster bola nasionalis gini. Kalian cukup jangan sampai salah tanya dan bikin dia tambah semangat memamerkan pengetahuannya yang obscure.
Fanatik Gara-Gara Seragam Timnas
Manusia macam ini enggak jauh beda dari si hipster bola timnas obscure. Bedanya, dia menyukai satu timnas gara-gara seragamnya. Bukan karena taktik atau apalah.
“Seragam timnas Nigeria pas Piala Dunia AS 94 itu desainnya keren banget coy. Gue demen nih, buat Piala Dunia Rusia mereka memberi penghormatan ke seragam klasik itu dengan sentuhan hitam-putih. Rasanya kayak retro padahal enggak,” ujarnya panjang lebar tanpa kalian tanya.
Bung, itu cuma seragam sepakbola sih, bukan karyanya Picasso. Tapi kalian kalau ngomong gitu malah akan dikuliahi setara 6 SKS soal perkembangan jersey olahraga dari masa ke masa. Mending tutup mulut dan hindari konfrontasi lebih jauh. Dia juga benci sama timnas terkenal, karena seragamnya seringkali dekaden. Walau kadang, hipster seragam gini juga masih bisa menyukai timnas terkenal. Tapi topik yang dibahas pertama kali pasti soal seragam. “Keren ya seragamnya Prancis tahun ini.”
(catatan penulis: Gue termasuk hipster seragam timnas kayak gini. Gua selalu menyukai seragam dengan desain klasik, membenci seragam modern, serta menganggap puncak pencapaian seni desain seragam bola hadir pada dekade 90’an.)
Orang Ga Suka Bola tapi Terpaksa Ikut Nobar
Manusia macam ini pasti ada, baik lelaki ataupun perempuan, dan mereka selalu tidak ragu mengasihani diri sendiri karena dipaksa pasangan atau saudaranya menemani nonton bareng pertandingan sepakbola.
“Gue tuh sebenarnya enggak ngerti apa asyiknya bola. Ini kan cuma 11 cowok rebutan satu bola gitu. Rusuh banget. Piala Dunia tuh cuma ngumpulin orang-orang aneh kayak gitu. Buat gue, pertandingan internasional kayak gini cuma penting buat orang-orang mengkspresikan nasionalisme seru dan dorongan fanatisme dalam dirinya,” kata si orang yang enggak suka sepakbola.
Iya, iya. Kami paham elo enggak suka bola. Tapi enggak usah ngegas dong njing. Toh, ini Piala Dunia. Ronaldo asli (penyerang Brasil yang bagi saya pemain terbaik sepanjang masa) sampai rela potong rambut kepalanya jadi mirip bentuk jembut. Semua demi Piala Dunia. Atlet kesohor sampai orang biasa rela melakukan hal-hal tak masuk di nalar. Jadi, diem ajalah njing. Elo boleh enggak suka nonton Piala Dunia. Kalaupun kalian terpaksa datang ke nobar, mending mesen es teh leci terus mainan hape ajalah.
Teman Lama yang Datang ke Nobar Buat Reunian Doang
Piala Dunia digelar selama 25 hari. Enggak tiap pertandingan pastinya asyik buat nobar beneran. Sebagian adalah partai timnas gurem yang cocoknya justru buat jadi suara latar menemani kalian nongkrong di kafe. Nah, di beberapa partai itu, pasti ada dari kalian yang terbersit mengajak reuni kawan kampus dulu, yang kebetulan kantornya dekat kosan. Udah lebih dari tiga tahun ga ketemu, apa salahnya mengajak mereka ngumpul bareng pakai momentum nobar Piala Dunia toh?!!
Salah besar.
Kalau enggak jeli pilih-pilih teman buat reuni, yamg kalian alami justru dialog enggak nyambung. Maksud hati mau basa-basi, eh malah dapatnya basian. “Peru ngalahin Prancis nih, bandar menang besar ya,” katamu sok akrab.
“Iya ya, waduh, gue enggak ngikutin pertandingannya. Hahaha. Eh iya, elo rencana kapan kawin? Masak kalah dari si Anu. Anaknya udah mau dua lho.” balasnya.
Di titik kayak gitu, kamu mulai dirambati ketakutan. Kamu mengenang, benarkah dulu kami sebegitu akrabnya sewaktu kuliah atau SMA? Jangan-jangan dia emang bukan geng sekolahmu dulu?
Tapi, suka enggak suka, sepakbola memang salah satu olahraga yang paling gampang mempersatukan lelaki dan perempuan dewasa supaya bisa nyambung pas ngobrol. Enggak semua penggemar sepakbola demen nonton pertandingan bareng-bareng. Tapi, bagi sebagian lainnya, esensi nonton bola emang harus ramai. Jadi, kalau memang kamu diundang reuni sama manusia macam itu, atau kamu terlanjur mengundang orang kayak gitu datang ke sesi nobarmu, ya sudah dijalani saja. Jangan putus asa. Toh, pertandingan timnas gurem kadang bisa berlangsung seru dan memberi kejutan, yang dapat mengalihkan rasa kikuk obrolan dari dua manusia dewasa sok akrab.
Tonton dokumenter VICE Sports tentang deretan derby sepakbola paling brutal dari seluruh dunia:
Kalau ternyata dia orang yang nyenengin, itu bonus dalam nobar dengan misi reuni. Tapi jika ternyata setelah lulus perangainya beda banget dari ingatanmu semasa kuliah dulu—apalagi dia suka banget ngomongin politik atau ngasih petuah agama yang absurd—segeralah sampaikan mantra ajaib pas pertandingan berakhir. “Seru ya bro. Oke, kapan-kapan ketemu lagi pas Euro 2020 ya.”
Sesampainya di rumah, hapus semua kontaknya, blok semua medsosnya, dan jangan biarkan dirimu jadi tertekan gara-gara salah ngajak teman lama datang nonton nobar Piala Dunia. Itu keputusan terbaik yang bisa saya sarankan buat kalian.
Andaikata selama gelaran Rusia 2018 kalian melakukan kesalahan elementer karena membiarkan diri nongkrong bareng orang seperti yang disebut artikel ini, lakukan tautaban nasuha, lalu segera bikin ikrar #2022GantiTemanNobar.
Follow penulis artikel ini lewat akun @W_F_Magee
Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.