Berkat Orang-Orang Ini, Kita Selalu Mendapat Perkembangan Perang Melawan ISIS

Apabila anda membutuhkan rompi antipeluru atau ingin bisa menembus titik penjagaan yang dikawal penjaga bertubuh besar, anda harus menghubungi seorang fixer. Mereka adalah penduduk lokal yang menuntun jurnalis asing melewati berbagai situasi berbahaya, mulai dari lab meth di Filipina hingga medan peperangan di Timur Tengah.

Seorang fixer yang baik paham situasi keamanan daerah tertentu, bagaimana bisa mengakses lokasi-lokasi yang sulit dicapai dan menemukan informasi yang belum diketahui orang lain sama sekali. Sayangnya, mereka sama sekali tidak mendapat penghargaan untuk pekerjaan mereka yang berbahaya. Di Mosul, mereka memainkan peran penting dalam melaporkan situasi peperangan melawan ISIS. Mereka kerap maju ke depan medan perang demi mendapat cerita, dibayar beberapa ratus dollar sehari dan kebanyakan dari mereka masih berumur 20-an.

Videos by VICE

Kini, setelah perang melawan ISIS di Mosul sudah berakhir, saya ngobrol dengan beberapa fixer yang membantu pelaporan perang tersebut.

STELLA, 22

Jurnalis kadang meminta hal-hal di luar dugaan. Di Mosul, di hari pertama operasi pembebasan daerah barat dimulai, saya bersama seorang jurnalis yang ngotot ingin berada di dekat garis depan peperangan. Saat itu, tiga pelaku bom bunuh diri belum ditemukan, areanya penuh dengan sniper dan tentara sedang sibuk menembaki drone ISIS tidak jauh dari sana. Situasinya sangat berbahaya tapi dia tidak paham.

Saya sudah menjadi fixer selama setahun. Saya mendapat pekerjaan di sebuah organisasi non-profit setelah lulus kuliah, jadi kalau ada waktu luang, saya menjadi fixer buat seneng-seneng aja. Ibu saya sering khawatir, jadi saya biasanya tidak mengatakan saya pergi kemana.

Saya sudah menjalani banyak pelatihan pertolongan pertama psikologis—bagaimana kamu bisa menilai trauma—dan perawatan mental. Ketika saya pertama kali mendengar cerita tentang penyintas ISIS, saya tidak bisa tidur atau bekerja dengan benar. Tapi saya sekarang sadar organisasi non-profit tempat saya bekerja mulai membantu mereka dan saya merasa lebih baik.

Situasi tidak pernah bisa ditebak, tapi kamu harus selalu percaya diri—beginilah kehidupan di Irak. Biarpun kamu tidak memiliki ijin, kamu harus bisa meyakinkan penjaga untuk membiarkanmu lewat. Tapi jujur, saya khawatir tentang titik penjagaan palsu, karena saking banyaknya militer dan kelompok tentara, sulit untuk tahu apakah sebuah titik penjagaan palsu atau tidak. Beberapa oknum, mungkin ISIS atau kelompok lainnya, mendirikan titik penjagaan palsu dan banyak orang telah dibunuh di titik-titik tersebut.

Saya tidak bisa melewati titik penjagaan tanpa kehadiran seorang lelaki karena ini tidak aman, plus para penjaga akan meminta nomer ponsel dan mengambil foto selfie bareng. Ini nyebelin, karena berarti saya harus berbagi upah dengan supir atau penerjemah lelaki, dan tidak pernah bisa mendapat penghasilan sebanyak rekan-rekan lelaki.

Apakah kadang saya merasa fixer kurang mendapat penghargaan? Kadang-kadang, iya. Tapi di sisi lainnya, bayaran kami lumayan banget. Ya beginilah hidup.

BARZAN, 23

Saya menghabiskan banyak waktu di baris depan medan pertempuran dan suatu saat saya menghabiskan sepuluh hari di Mosul. Kami memasuki kota dengan Golden Division, unit tentara elit. Setelah beberapa menit, mereka menyuruh kami kembali ke markas di luar kota karena situasi yang berbahasa, tapi selagi kami menyetir kembali, ban mobil saya kempes. Saya membiarkan si jurnalis kembali dalam mobil armor, tapi saya tidak bisa meninggalkan mobil saya yang berharga. Saya harus menghabiskan satu jam penuh sendirian di dalam Mosul. Ini adalah hal paling berbahaya yang pernah saya lakukan.

Biarpun saya bekerja di lokasi-lokasi berbahaya, satu-satunya pelatihan yang pernah saya ikuti adalah P3K di 2013. Semua kecakapan lainnya saya pelajari sambil jalan.


Baca juga laporan VICE Indonesia tentang kondisi Timur Tengah terkini:

Seiring perang Mosul berakhir, saya menyiapkan diri untuk mulai masuk ke Hawijah karena peperangan di sana mulai bertambah intensif. Saya tidak khawatir karena saya punya banyak koneksi di sana. Koneksi itu sangat penting, dan biarpun beberapa fixer saling bersaing satu sama lain, ketika kami kembali dari Mosul, kami minum bareng dan saling berbagi informasi.

Saya sedang mempelajari ilmu teknik dan menjadi fixer secara bersamaan, jadinya lumayan sibuk. Saya berusaha menjadi fixer di akhir pekan, tapi kadang jadwalnya tidak sesuai.

Yang terpenting, pekerjaan saya adalah bagian dari perlawanan terhadap ISIS. Saya adalah alasan media bisa melaporkan seperti apa ISIS sesungguhnya, dan ini membuat saya ingin terus meneruskan pekerjaan saya.

BEENAR, 26

Kualitas terpenting dari seorang fixer yang baik adalah kejujuran—kamu harus dengan jujur menjelaskan ke jurnalis apa resiko-resikonya dan mengecek ulang setiap hal. Selain itu, kamu harus bisa berkomunikasi dengan baik. Kamu perlu koneksi yang banyak, kesadaran politik, dan selalu terdepan dalam informasi. Kamu harus bisa menjadi yang pertama menemukan cerita dan menjualnya ke jurnalis. Kamu harus cepat, fleksibel—sangat fleksibel—dan siap bekerja dalam waktu yang lama.

Salah satu hal pertama yang saya katakan ke jurnalis asing adalah cara berperilaku yang pantas sesuai adat lokal. Ini harus dimaklumi karena banyak orang tidak familiar dengan kultur negara lain. Kamu harus mengikuti tradisi agama di sini, seperti tidak minum air di depan orang saat bulan Ramadan, dan kamu tidak boleh mengatakan “fuck” karena banyak penduduk lokal paham arti kata itu.

Kadang saya sangat sedih dengan situasi. Saya pernah kehilangan teman, dan kadang kehilangan orang yang baru saya kenal hari itu, tapi saya selalu mencoba mengistirahatkan diri ketika saya lelah, dan menghindari emosi, karena memang beginilah sifat pekerjaan saya.

MAJD, 22

Sudah setahun saya menjadi fixer, semenjak operasi Mosul dimulai. Awalnya saya bekerja sebagai supir, sementara pacar saya menjadi penerjemah. Saya baru tahu apa itu fixer setelah seorang teman menjelaskan. Sekarang, saya menjadi fixer tetap, dengan jam kerja yang sangat panjang tujuh hari seminggu, membawa jurnalis ke garis depan medan perang. Saya mendapatkan upah yang baik, lebih dari cukup untuk bisa bertahan hidup. Inilah alasan saya mengambil resiko setiap hari.

Pekerjaan ini bisa sangat berbahaya. Sebulan lalu, ketika saya sedang bersama sebuah grup berusaha mencapai baris depan Old City, saya sadar kami melewati batas dan berada dalam wilayah ISIS. Seorang petugas polisi federal membawa kami ke sisi yang salah, dan kami baru sadar ketika kami tengah melewati celah-celah kecil di antara rumah penduduk.

Tekanan psikologisnya besar, dan ini adalah bagian tersulit buat saya. Saya tidak bisa berhenti memikirkan pekerjaan, dan kematian. Ini artinya saya mudah naik pitam gara-gara hal kecil sekalipun, seperti seseorang tidak setuju dengan saya.

Yang membuat saya bangga dengan pekerjaan saya adalah bagaimana saya membantu penduduk Mosul dengan P3K dan bahkan menyelamatkan beberapa nyawa. Ini membuat saya senang.

Ketika saya di garis depan medan perang, saya mengambil banyak foto dan rekaman. Saya ingin menjadi seorang pembuat film setelah perang usai, dan saya beruntung bisa bekerja dengan banyak jurnalis luar biasa dan menonton mereka beraksi.

Follow penulis di akun @helenniannias