Selama ini, kita tahu bahwa kucing dan anjing bisa merasakan emosi manusia. Mereka cenderung menunjukkan sikap tertentu mengikuti emosi pemiliknya. Kalau pemiliknya cemberut atau tersenyum, mereka akan mengeluarkan perilaku yang berbeda. Peka sekali. Namun, di tengah adaptasi emosi para binatang peliharaan tergantung mood pemiliknya, pernahkah kita yang egois ini memikirkan bagaimana sebenarnya perasaan kucing dan anjing? Apakah kalau kita marahin, anjing dan kucing lantas sedih dan merenung sendirian di kandangnya?
Atau coba kita pikir pertanyaan yang lebih mendasar lagi: apakah mereka sebenarnya bisa menangis? Kalau iya, mengapa? Kalau tidak, bagaimana cara mereka mendapatkan ruang aman untuk mengekspresikan emosinya? Karantina dua minggu memberi banyak waktu kepada saya untuk memikirkan hal-hal seperti ini.
Videos by VICE
Kata kurator senior Smithsonian’s National Zoo Bryan Amaral, binatang bisa menangis, namun bukan untuk mengekspresikan emosinya saat sedih atau terharu. Binatang semata-mata mengeluarkan air mata biar mata mereka enggak kering aja. Bahkan, demi bertahan hidup di alam, binatang yang bisa menyembunyikan emosinya sering kali diuntungkan. Namun, bukan berarti mereka enggak punya emosi. Cara mengekspresikannya saja yang kita tidak tahu.
Amaral menambahkan, kalau ada hewan di kebun binatang yang mengeluarkan air mata, dokter hewan akan segera dipanggil. Bisa jadi juga itu tanda-tanda infeksi atau goresan pada kornea mata, bukan karena si binatang kangen rumah (meskipun, ya pasti mereka emang kangen ama habitat aslinya).
Professor Ad Vingerhoets dari Tilburg University di Belanda mengatakan kalau nangis untuk kebutuhan emosi, hanya manusialah spesies yang melakukannya. Dalam bukunya berjudul Why Only Humans Weep: Unravelling the Mysteries of Tears, Vingerhoets mengatakan mamalia lain membuat sahutan-sahutan yang menunjukkan dia sedang dalam keadaan sedih atau sakit, seperti saat dipisahkan oleh anaknya. Tapi, untuk urusan nangis karena sedih, hanya manusia yang bisa.
Tapi, bukan cuma manusia yang bisa memanfaatkan ekspresi wajah untuk menunjukkan sesuatu. Anjing sendiri diyakini bisa memasang muka iba kalau lagi ada maunya. Penelitian ini dijabarkan dalam jurnal Current Biology. Ceritanya, serigala dan anjing diberi wadah berisi daging yang ditutup. Serigala kemudian berusaha membuka wadah, namun akhirnya menyerah dan pergi menjauh ketika merasa gagal. Sedangkan anjing, mendadak melakukan kontak mata dengan manusia, memasang muka iba, seakan meminta bantuan.
“Kontak mata adalah mekanisme dasar untuk melakukan kerja sama. Pada anjing, mereka tidak bisa berkomunikasi lewat bahasa, tapi bisa menggunakan kontak mata dengan manusia,” kata dosen psikologi Universitas York Alex Benjamin, yang mempelajari kognisi anjing.
Jurnal Scientific Reports juga menunjukkan, anjing tampak sedang tersenyum ketika sedang dalam situasi positif, seperti saat diajak atau mengajak main. Namun, apakah senyuman tersebut adalah ekspresi kebahagiaan atau sekedar cara komunikasi masih belum jelas diketahui. “Sebagai seorang ilmuwan, saya tidak tahu karena tidak memiliki data kuat yang bisa menjelaskan makna senyum anjing,” kata peneliti dari Universitas Portsmouth Juliane Kaminski.
Perdebatan tentang ekspresi hewan udah terjadi lama. Pada 1872, Charles Darwin merilis buku mengenai perasaan dan emosi hewan berjudul The Expression of the Emotions in Man and Animals. Di sana, ia mengungkapkan bahwa manusia dan hewan memiliki cara berekspresi yang sama. Seperti menangis saat sedih atau tertawa saat bahagia.
Namun, seorang filsuf bernama Thomas Nagel membantahnya. Menurut Nagel, manusia yang bergelantungan semalaman dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah belum tentu bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh kelelawar. Sebab, emosi manusia dan hewan tidak berjalan di garis yang sama.
Untuk kamu-kamu yang pengin banget mengerti perasaan hewan peliharaanmu, ada cara lain kok untuk mencoba menerka apa yang sedang mereka rasakan. Mathilde Stomp mengatakan kuda mengekspresikan emosinya dengan dengusan. Kesimpulan ini ia dapat setelah meneliti 48 kuda yang dibagi dua: kelompok pertama hidup bebas di padang rumput, kelompok kedua hidup di dalam kandang. Hasilnya, kuda yang dilepas di padang rumput mendengus dua kali lipat lebih banyak daripada mereka yang di kandang.
Mathilde merasa dengusan adalah tanda bahagia karena kuda melakukan ekspresi serupa ketika makan atau berpetualang, dan tidak mendengus ketika melawan atau agresif kepada manusia.
Terakhir, ada peringatan dari seorang ahli biologi kelautan bernama Steven Webster untuk enggak perlu menghubungkan ekspresi wajah dengan perilaku hewan. Menurutnya, kegiatan sok paham membaca mimik hewan bisa berbahaya karena kita jadi cenderung menghubungkan bentuk dan perilaku manusia dengan hewan. Ini bisa menghalangi objektivitas ilmiah.
“Bisa jadi hiu di luar sana terkekeh dan menulis puisi setiap hari, namun mereka tidak membagikannya dengan kita,” ujar Webster.
Wow, kalau asumsinya benar, ini fakta yang mindblowing sih.