Νέα

Bisnis Rental Jet Pribadi Melonjak Karena Orang Superkaya Ogah Terinfeksi Virus Corona

Perempuan dan lelaki turun dari pesawat

Sebagian besar orang saat ini terjebak di dalam rumah karena fasilitas transportasi, seperti bandara dan stasiun, bisa menjadi sumber penyebaran virus corona. Kalian secara tidak langsung berinteraksi dengan banyak orang ketika bepergian, yang berarti dapat meningkatkan risiko terinfeksi virus. Itulah mengapa kita sekarang disuruh jaga jarak agar penyakitnya tidak semakin meluas.

Masalahnya, segelintir orang masih harus meninggalkan rumah di tengah krisis kesehatan, dan semuanya tentu akan lebih mudah kalau kalian kaya. Tinggal pesan pesawat jet, dan kalian bisa terbang ke sana kemari. Di Amerika, Luxury Aircraft Solutions menawarkan perjalanan udara alternatif bagi mereka-mereka yang butuh keluar rumah.

Videos by VICE

Agen penerbangan tersebut menyediakan penerbangan pribadi kepada siapa saja yang punya duit banyak. Biaya penerbangan dari New York City ke Los Angeles, misalnya, berkisar antara $25.000-35.000 (setara Rp380-Rp532 juta). Perwakilan perusahaan Daniel Hirschhorn mengutarakan ada peningkatan permintaan.

:Kami melihat lonjakan permintaan dalam 24 jam terakhir,” Daniel memberi tahu Motherboard lewat telepon. “Orang berada yang biasanya jarang melakukan penerbangan pribadi, kini takut naik pesawat komersial. Kami sekarang dibanjiri pesanan konsumen.”

Namun, Luxury Aircraft Solutions berada di posisi serba salah. Permintaan memang naik, tapi pembatalannya juga terus bertambah.

“Semua penerbangan yang sudah dipesan, baik untuk perjalanan tidak penting dengan keluarga maupun perjalanan bisnis, telah dibatalkan,” lanjutnya. “Kami masih bernegosiasi agar uang konsumen kembali. Jadi bisa dibilang ini bagus dan buruk untuk bisnis.”

Menurut Daniel, orang-orang yang memesan pesawat pribadi kebanyakan cuma ingin melindungi keluarga mereka.

“Ada yang ingin menjemput anaknya di sekolah, ada juga yang ingin memindahkan orang tua ke daerah lebih hangat,” ungkap Daniel. “Kami menerima banyak pesanan dari orang-orang yang mampu pergi ke tempat lebih aman. Entah itu berarti bagus atau tidak, tapi begitulah macam-macam permintaan yang kami terima.”

Masih ada yang melakukan perjalanan bisnis, tapi jumlahnya berkurang. “Penerbangan internasional mandek,” tuturnya. “Kami belum memperoleh permintaan terbang ke Eropa. Orang-orang yang melakukan perjalanan bisnis biasanya naik first class dan cenderung menyewa. Kami pernah mengantarkan orang dari San Francisco ke Austin.”

Daniel bilang kebanyakan orang dalam perjalanan bisnis sebenarnya punya uang banyak, tapi mereka sangat jarang memilih penerbangan pribadi. Kebiasaan tersebut berubah sekarang gara-gara pandemi COVID-19.



“Saya justru mengkhawatirkan awak pesawat kami,” terang Daniel. Dia membayangkan penularan virusnya bertambah buruk sampai-sampai pesawat harus diistirahatkan karena kekurangan staf. “Kami mengantisipasi situasi terburuk itu. Sekarang kami cuma ingin memudahkan perjalanan orang.”

Daniel menjelaskan harga masih stabil. “Belum ada kenaikan harga,” katanya. “Tapi bukan berarti harga sewa takkan berubah.”

Faktanya, harga pasti kompetitif jika seseorang melakukan perjalanan luar biasa. Contohnya kayak terbang antar kota, dari Florida ke Chicago. “Banyak pesawat terbang satu arah dan selebihnya kosong saat menuju lokasi lain,” Daniel menerangkan. “Saya tak tahu pasti akan berubah atau tidak jika ketersediaannya semakin berkurang dan jumlah awak pesawat terbatas.”

Daniel berterus terang penerbangan pribadi tak selamanya lebih aman.

“Anggapan penerbangan pribadi lebih aman tidak akurat,” ujarnya. “Kalian hanya membatasi paparannya. Ibaratnya kayak pergi ke supermarket. Kurang pemeriksaan, sehingga semua orang sama-sama berisiko.”

Meski berusaha tetap tenang, Daniel sangat mengkhawatirkan perekonomian. Daniel mengatakan, “sepertinya tidak ada jalan singkat menuju pemulihan.”

“Saya rasa semua orang harus bekerja keras dan memotong biaya tak penting. Untuk jangka pendek, fokusnya menyediakan pesawat bagi yang membutuhkan,” dia melanjutkan. “Untuk jangka panjang, diperlukan pengelompokan kembali dan melihat apakah industri ini dapat bertahan melewati kondisi ekonomi yang sangat buruk.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard