FYI.

This story is over 5 years old.

Buruh Migran

Tak Terima Pembantu Asal Filipina Dibunuh Majikan, Duterte Pulangkan Warganya dari Kuwait

Presiden Rodrigo Duterte menuding budaya Kuwait barbar dan tidak aman bagi ART perempuan. Akhirnya 10 ribu tenaga kerja Filipina di Kuwait ditawari pulang kampung oleh pemerintah.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam konferensi pers di Kota Davao, Pulau Mindanao pada 9 Februari 2018. Foto oleh AFP/Getty Images.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Lebih dari 10.000 Tenaga Kerja Filipina di Kuwait diperkirakan menerima tawaran pulang gratis dari Presiden Rodrigo Duterte, setelah terjadi pembunuhan seorang asisten rumah tangga (ART) asal Filipina.

Diperkirakan ada 276.000 warga negara Filipina yang bekerja di negara teluk itu, mayoritasnya perempuan. Sebagian besar bekerja sebagai ART. Duterte menganggap keamanan warganya di Kuwait terancam, setelah tubuh Joanna Demafelis ditemukan di kulkas majikannya pada Rabu pekan lalu. ART yang berusia 29 tahun tersebut sempat dilaporkan menghilang selama setahun.

Iklan

Adanya kemarahan publik dan tak terima dengan pembunuhan tersebut, Duterte akhirnya memerintahkan 10.000 buruh migran Filipina yang telah melebihi batas akhir visanya di Kuwait agar pulang kampung saja. Dia bersedia menanggung semua tiket pesawat dan denda visa mereka memakai uang negara.

“Saya akan melakukan apa pun untuk mendapatkan uang agar anda bisa pulang dan hidup nyaman di sini,” ujar Duterte dalam jumpa pers dua hari lalu.

Pemerintah Manila melarang warganya bekerja lagi di Kuwait. Agen penyalur tenaga kerja juga tak diizinkan lagi mengirim tenaga kerja ke Kuwait. Rabu lalu, stasiun televisi CNN melaporkan 2.200 TKW di Kuwait telah menerima dokumen perjalanan pulang, dan sudah 900 orang yang dipulangkan ke Filipina sejauh ini.

Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano, menulis di laman Facebook pribadinya bahwa para TKW yang pulang tersebut ingin menghindari “eksploitasi dan penyiksaan” yang bisa saja menimpa mereka. “Mereka mematuhi perintah Presiden untuk pulang agar mereka terhindar dari penganiayaan di luar negeri,” ujarnya.

Lebih dari dua juta Tenaga Kerja Filipina mencari nafkah di luar negeri untuk mengirimkan uang bagi keluarga mereka di rumah. Penghasilan mereka adalah sumber pendapatan penting bagi Asia Tenggara. Nyaris 60 persen Tenaga Kerja Filipina yang bekerja di Timur Tengah, banyak di antaranya bekerja sebagai ART.

Sayangnya, hak asasi ART asal Filipina di Kuwait tidak dilindungi undang-undang ketenagakerjaan. Kelompok hak asasi manusia berulang kali mendokumentasikan eksploitasi yang menimpa ART asal Filipina secara luas di negara-negara Teluk dan Asia—terutama Singapura dan Malaysia. Ada banyak laporan ART Filipina mengalami pelecehan fisik maupun seksual, jam kerja yang berlebihan, dan tidak digaji berbulan-bulan.

Iklan

Pembunuhan Demafelis membuat marah penduduk Filipina. Terdapat tanda bekas dicekik di tubuhnya yang artinya si majikan memang sengaja melakukannya. Kasus tersebut menimbulkan perseteruan sengit antara Duterte dan pemerintah Kuwait.

Pada konferensi pers beberapa waktu lalu, Duterte menunjukkan foto seorang TKW yang tewas dibakar oleh majikannya dalam insiden terpisah. Presiden Filipina tersebut menuduh majikan di Kuwait sering menganiaya tenaga kerja Filipina.

“Apa yang salah dengan budaya Anda? Apa yang salah dengan nilai-nilai kemanusiaan Anda?” tanyanya.

Menteri Luar Negeri Kuwait, Sheikh Sabah Khaled Al-Sabah, mengecam pernyataan Duterte kemarin.

“Eskalasi kebijakan ini akan memperburuk hubungan antara Kuwait dan Filipina. Kami mengecam pernyataan Presiden Filipina, terutama karena kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan mereka dan bersedia sepenuhnya menjelaskan kondisi Tenaga Kerja Filipina di Kuwait,” kata Al-Sabah kepada wartawan.

Menurut laporan yang dilansir surat kabar Al Arabiya, Interpol sedang memburu mantan majikan Demafelis, pasangan suami istri asal Lebanon dan Suriah. Keduanya telah melarikan diri dari Kuwait. Demafelis telah bekerja sebagai ART untuk pasangan ini sejak dia tiba di Kuwait tahun 2014 lalu.

Keluarga ART yang tewas mengenaskan itu sebelumnya sudah mencoba mencari kabar keberadaan Demafelis. Usaha keluarga sayangnya tidak berhasil karena agen penyalur tempatnya bekerja sudah ditutup. Jasad perempuan asal Filipina itu baru ditemukan ketika pemberi sewa apartemen majikannya mendapat perintah pengadilan yang mengusir paksa mereka akibat tidak membayar uang sewa.