Panduan Mendalami The Cure Buat Pemula
Foto oleh Paul Natkin/Wire Image.

FYI.

This story is over 5 years old.

Panduan Noisey

Panduan Mendalami The Cure Buat Pemula

Tidak semua orang pernah mendengar albumnya The Cure. Jangan malu, kami bantu kalian mengejar ketinggalan. Band ini tidak melulu bikin pop muram dan gloomy lho.
Lia Kantrowitz
ilustrasi oleh Lia Kantrowitz

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Memutuskan jadi penggemar The Cure tidak gampang lho. Butuh kesabaran dan kesungguhan. Band ini punya 13 album, lima EP, sepuluh kompilasi, dan bejibun koleksi single, nyaris 40-an. The Cure punya diskografi yang bisa bikin calon penggemar baru mengkerut gemetar. Bingung pastinya, mau mulai dari mana. Hebatnya (atau parahnya), semua katalog musik The Cure dirilis sebelum 2009. Meski sudah beberapa kali bilang bakal merilis musik baru pasca album 4:13 (2008), nyatanya mereka terus absen merilis apapun selama satu dekade. Hiatus itu masih bisa berakhir sih, andai mereka tiba-tiba menelurkan album dalam waktu dekat. Libur bikin album bukan berarti The Cure berleha-leha. Buktinya, mereka sebenarnya masih wara-wiri dan main di festival-festival musik besar seperti Lollapalooza, Coachella, atau Riot Fest. Kolektif asal Kota Sussex, Inggris itu beberapa kali sempat menggelar konser tunggal selama beberapa malam di Madison Square Garden dan Wembley Arena.

Iklan

Satu hal yang mesti dibuang jauh-jauh, kalau kalian pemula yang ingin menyusuri diskografi The Cure, adalah mempercayai stigma mereka band yang muram dan galauan. Di permukaan, album-album, band yang terbentuk pada 1976 ini terkesan punya kemampuan menguras air mata. Cuma, kalau mau tahu, The Cure punya sisi ceria dan terang. Sisi gembira ini contohnya muncul dalam lagu-lagu "Friday I'm in Love," "The Lovecats," atau "Doing the Unstuck." Pendeknya, biarpun lagu-lagu mereka terdengar sok serius—dan Robert Smith makin ke sini kian mirip nenek-nenek goth, The Cure tak bisa dibilang sekadar band yang jual air mata dan citra sendu.

Pertanyaannya: bagaimana caranya agar kita bisa menikmati karya-karya The Cure, sebuah band yang punya diskografi panjang penuh lagu-lagu keren? Bagaimana kita bisa mencerna diskografi The Cure yang memayungi beragam genre, mulai dari goth, pop, post-punk hingga psychedelic? Satu-satunya cara, menurut awak redaksi Noisey untuk memahami The Cure adalah mengikhlaskan diri disuguhi segala macam jenis musik yang mereka mainkan. Jangan masukkan karya The Cure dalam satu payung genre tertentu. Jadi, misal nih ya, kamu enggak sreg sama lagu-lagu mereka yang bergenre goth, kalian masih bisa menaruh harapan pada lagu lebih ngepop, yang kemungkinan besar bisa kalian cintai. Atau, kalau kalian tak kunjung terhibur dengan lagu-lagu pop The Cure, jangan khawatir, masih ada setumpuk lagu-lagu psychedelic mereka yang bisa kamu jajal. Nah, biar kalian (yang masih awam dengan The Cure) enggak bingung, kami siapkan panduan untuk menemukan sisi-sisi berbeda dari The Cure. Sudah tersedia playlist juga, biar kalian langsung klik, mendengar katalog mereka sambil membaca artikel ini.

Iklan

Sisi Galau The Cure

Meski kita harus menyingkirkan jauh-jauh prasangka bahwa The Cure cuma bisa bikin lagu galau, mau tak mau kita harus mulai menyelami karya The Cure dari lagu-lagu penguras air mata mereka. Di awal tahun 1980an, Robert Smith dkk. sudah mulai menulis lagu-lagu sendu dan bikin nangis. Bahkan, saat itu mereka sudah bikin track drone sepanjang 30 menit, Carnage Visors. Track ini dilepas sebagai pendamping album tahun 1981 mereka, Faith. Kepiawaian mereka mencapai puncaknya pada album Disintegration yang dirilis 1989. Biarpun dibuat sebagai dua track terpisah, "Plainsong" dan "Pictures of You" menjelma salah satu pembuka album paling evokatif sepanjang masa. Kedua lagu itu saling mendukung. “Plainsong” dengan komposisinya yang kosong dan mengambang membuat komposisi pop dalam “Pictures of You” terdengar lebih nendang. Tak ada satupun komposisi dalam diskografi The Cure yang bisa menyaingi “Pictures of You” dalam hal menunjukkan The Cure mengawinkan ambiens yang mengawang dengan hook-hook pop yang lembut. Dibangun di atas bassline Simon Gallup timbul tenggelam dan ketukan drum sederhana, lagu ini mengalun lamban, memberikan ruang bagi synthesizer guna menegaskan aura sepi dalam lagu ini. Tak tanggung-tanggung, The Cure bahkan berhasil menggunakan genta angin dengan efektif. Seperti lagu-lagu lainnya dalam album Disintegration, "Pictures of You" bisa saja dilepas sebagai sebuah lagu instrumental dan selama dua menit, “Pictures of Love” adalah lagu intsrumental. Setelah itu Robert Smith mulai menyanyikan lirik pembuka lagu ini yang begitu ikonik itu "I've been looking so long at these pictures of you / That I almost believe that they're real." Jelas belaka, “Pictures of You” menggambarkan kepiawaian The Cure menggubah lagu yang esoterik dan menambahkan hook yang susah dilupakan di saat yang tak terduga.

Iklan

Formula macam ini sudah digunakan The Cure di awal dekade ‘80. Album Seventeen Seconds dan Faith sebenarnya menawarkan versi pos-punk dan lebih ringkas dari komposisi dalam album Disintegration. Dengan lagu-lagu seperti "A Forest" dan "The Drowning Man", The Cure bisa memposisikan diri di garis depan kancah musik goth sembari tetap bisa mempertahankan kebengalan punk mereka. Begitu mereka merilis Disintegration, Robert Smith cs sudah menyempurnakan sound-sound ini dan membungkusnya dengan baik sehingga bisa terdengar lebih komersil. Ini juga alasan kenapa pada album Wish, dirilis pada 1992, mereka menghabiskan setengah album membuat lagu dengan mode seperti ini dan menghasilkan lagu-lagu epik lamban seperti "Trust" dan "To Wish Impossible Things," sebelum akhirnya mengakhirinya dengan aransemen paling riang mereka.

Wild Mood Swings, dirilis empat tahun setelah Wish, dianggap sebagai album gagal. Walau begitu, album ini punya lagu-lagu yang layak simak. "Treasure," contohnya, bisa dianggap versi pendek dari komposisi esoterik The Cure. Formula ini kerap dipakai kembali dalam album Bloodflowers yang dirilis tahun 2000.

Sebagai album yang dianggap sebagai penutup trilogi, mencakup Disintegration dan Pornography, Bloodflowers bisa dibilang tak seberhasil pendahulunya. Namun, di beberapa titik album itu, Robert Smith masih sanggup mewujudkan ambisinya menulis lagu pemeras air mata yang megah. Malah, dalam Track-track seperti "The Last Day of Summer," “Bloodflowers," dan “Watching Me Fall" kecintaan Smith terhadap album Loveless-nya My Bloody Valentine kentara terlihat.

Iklan

Dua album sesudah Bloodflowers tak banyak dipedulikan penggemar mereka. Sebetulnya, album-album kekinian tadi punya track-track yang bisa menghapus predikat album busuk dari awal sampai akhir. “Lost” membuka album self-titled The Cure yang dilepas tahun 2004. Lagu ini lebih bertenaga dari apapun yang pernah dibuat The Cure selama dekade 80 atau 90'an. Contoh lainnya, biarpun album The Cure dan 4:13 Dream diproduksi seadaanya, lagu-lagu seperti "Underneath the Stars" menunjukkan bahwa karya-karya teranyar The Cure masih pantas disimak

Playlist: "Plainsong" / "Pictures of You" / "A Forest" / "The Drowning Man" / "Trust" / "To Wish Impossible Things" / "Treasure" / "The Last Day of Summer" / "Lost" / "Underneath the Stars"

Spotify | Apple Music

Sisi Riang The Cure

Sebagai sebuah band yang namanya kondang lewat komposisi yang kelam, The Cure punya stok lagi riang yang tak sedikit. Greatest Hits The Cure yang dirilis pada 2001 sebagian besar berisi lagu-lagu riang yang oleh empunya sempat diselipkan di antara komposisi kelam.
Kita mulai dari "Boys Don't Cry," yang dicatut dari album dengan nama yang sama. Lagu ini mengabadikan The Cure muda yang masih kedengaran seperti band post-punk mekanis. Meski lagu ini paling ikonik di masa awal The Cure, “Boys Don’t Cry” bukan satu-satunya lagu pop dari masa awal The Cure. masih ada "Jumping Someone Else's Train" dan "10:15 Saturday Night" yang membuktikan bahwa The Cure bisa riang tanpa meninggalkan ciri khas mereka.
The Head on The Door yang beredar pada tahun 1985 adalah album yang melontarkan nama The Cure ke level yang lebih tinggu. album ini adalah rumah dari beberapa hit mereka seperti "In Between Days" dan "Close to Me," serta track-track yang harusnya bisa jadi hit seperti "Six Different Ways" dan "Push." Lagu yang disebut terakhi menekankan pada riff gitar dan menunjukkan bahwa kehebatan Robert Smith bermain gitar—sesuatu hal yang sering dilupakan orang waktu itu. Smith baru pamer skill main gitar lagi dua tahun kemudian, tepatnya di album Kiss Me, Kiss Me, Kiss Me. Album ini, kalau didengarkan lagi, sebenarnya sah-sah saja disebut album alt-rock. Malah kita bisa membayangkan lagu-lagu penuh amarah dan tenaga seperti "The Kiss," "Torture," dan "All I Want" jadi inspirasi lagu-lagu the Smashing Pumpkins. Akan tetapi, di album ini pula kita bisa lagu-lagu paling riang The Cure seperti "Just Like Heaven" yang menunjukkan range vocal Robert Smith yang sebenarnya lumayan luas, "Why Can't I be You?" yang riuh dengan permain terumpat "Hey You!!!" hingga lagu lembut macam "Catch."

Iklan

Pun, lagu riang dan “terang” bisa ditemukan di album-album paling kelam The Cure sekalipun. Disintegration punya nomor riang paling ikonik "Lovesong." Wish keluar dari kegalauannya lewat hentakan "High" dan "Doing the Unstuck" (tak usah nyebut-nyebut "Friday I'm in Love" karena semua orang pasti tahu). Bahkan album “busuk” macam Wild Mood Swings pun punya "Mint Car" yang mengingatkan era emas The Cure. Begitu juga dengan "The End of the World" dan "The Only One" yang berasal dari album-album The Cure yang dirilis di atas tahun 2000'an. Keduanya membuktikan bahwa The Cure bisa bikin lagu riang sampai kapanpun.

Playlist: "Boys Don't Cry" / "Jumping Someone Else's Train" / "10:15 Saturday Night" / In Between Days" / "Six Different Ways" / "Close to Me" / "Push" / "Just Like Heaven" / "Catch" / "Why Can't I Be You?" / "High" / "Doing the Unstuck" / "Mint Car" / "The End of the World" / "The Only One"

Spotify | Apple Music

Sisi Gothic dan Teler dari The Cure

The Cure pertama kali terjun ke kancah musik gothic di album Seventeen Seconds and Faith. Mereka baru benar-benar jadi band gothic keren pada album Pornography. Kendati dua album sebelum Pornography hampir tak punya tembang pop, Pornography adalah suara manusia yang mulai teler. "One Hundred Years" dibuka dengan drum machine yang mengawang dan disertai suara gitar yang seakan melingkupi seluruh album itu. Sesi rekaman album itu adalah sesi-sesi teler LSD dan Robert Smith sedang melewati episode-episode depresinya. Alhasil, album ini digarap dengan intensi bikin album “yang susah diterima semua orang”—yang ujung-ujungnya jadi inspirasi album-album awal Nine Inch Nails. Hampir tak ada jejak-jejak harapan dalam Pornography. Coba deh dengarkan "The Hanging Garden" dan"Cold," niscaya kamu tahu rasanya dicium dementor. Robert Smith memang merencanakan album Pornography sebagai album perpisahan The Cure. Dan untuk beberapa saat, rencana itu berhasil. Gallup keluar dari band setelah menyelesaikan tur album ini. Smith kemudian menghabiskan waktunya bermain gitar di Siouxsie and the Banshees. Setelah mengerjakan proyek sampingan satu album bernama The Glove bersama anggota The Banshees, Steven Severin, Smith kembali ke The Cure dan merekam The Top, yang hampir jadi album solo Smith. Album The Top tak seberat Pornography—lagu "The Caterpillar" bikin album ini gagal jadi album yang sepenuhnya kelam, album ini tetap memiliki tone yang mirip dengan pendahulunya. Bedanya, The Top mulai bergeser ke arah psikedelia. The Top sama sekali tak bisa dibilang sebagai mahakarya The Cure, tapi lagu-lagu dalam album itu seperyti "Shake Dog Shake," "Give Me It," dan lagu penutup album itu begitu teler dan liar. Robert Smith seakan ingin pamer kalau dirinya bisa memamerkan kemarahan yang liar dan murni.

Iklan

Beberapa lagu dari album Kiss Me Kiss Me Kiss Me, seperti "If Only Tonight We Could Sleep," "The Snakepit," dan "Like Cockatoos" terdengar seakan dibuat oleh musisi yang kebanyakan mengonsumsi halusinogen padahal sebenarnya Smith sudah sepenuhnya sober di album ini (dia baru teler lagi di album Disintegration). Lagu-lagu ini memang bukan track-track yang mudah dinikmati, tapi bagaimana pun, ini adalah lagu-lagu yang bahwa The Cure pernah jadi band teler yang keren.

Playlist: "One Hundred Years" / "The Hanging Garden" / "Cold" / "Shake Dog Shake" / "Give Me It" / "The Top" / "The Kiss" / "If Only Tonight We Could Sleep" / "The Snakepit" / "Like Cockatoos"

Spotify | Apple Music

Sisi Dibuang Sayang dari The Cure: B-sides dan Single Langka

Seperti yang kami bilang di awal tulisan ini, The Cure punya banyak sekali single dan EP. Kendati rilisan-rilisan kecil ini sering jadi surganya lagu-lagu buangan, dalam kasus The Cure, kenyataannya tidak seperti itu. EP dan B-side mereka sangat pantas dikoleksi. Alhasil, The Cure adalah mimpi buruk bagi para kolektor rilisan. Single mereka kerap dirilis dengan berbagai format. Celakanya tiap format punya bonus track yang berbeda-beda. Belum lagi, rilisan di tiap kawasan—AS dan UK—biasanya punya isi yang berbeda. Imbasnya, jumlah “lagu buangan” The Cure jauh lebih banyak dari lagu “resmi” mereka. Tentu saja, ada alasan kenapa lagu-lagu ini disebut B-side. Salah satunya, lagu-lagu ini memang jelek adanya contohnya hampir semua remix lagu The Cure dan album remix Mixed Up. Tapi, jangan salah, ada banyak harta yang bisa kalian dapatkan dari kumpulan B-side The Cure. Untunglah, lagu-lagu B-side The Cure yang keren sudah terkumpul dalam antologi Join the Dots: B-Sides & Rarities 1978–2001 (The Fiction Years). Walaupun antologi ini dengan sengaja meninggalkan "Cut Here," bonus keren dari kompilasi Greatest Hits dan kembarannya Acoustic Hits, Join the Dots menyuguhkan apa yang kita cari dari kumpulan B-side The Cure. Yang menarik, tracklist antologi ini disusun secara kronologis. Artinya, kamu bisa menyusuri evolusi The Cure dari track ke track. Jeleknya, durasi antologi agak panjang. Lima jam saja saudara-saudara. Tentu saja, kalau kamu cuma milih yang lagu-lagu yang keren doang, kamu bakal dapat kompilasi sepanjang satu album yang berisi beragam macam track dari lagu post-punk bertenaga separti “Pillbox Tales," lagu "The Exploding Boy" yang antemik hingga lagu B-side keren dari album Wild Mood Swings "A Pink Dream." Kesimpulannya: The Cure adalah band dengan koleksi B-Side yang bikin manapun di dunia ini cemburu.

Playlist: "Pillbox Tales" / "The Exploding Boy" / "A Chain of Flowers" / "Snow in Summer" / "2 Late" / "This Twilight Garden" / "Burn" / "A Pink Dream" / "Cut Here"

Spotify | Apple Music