Ikuti Kisah Petinju Muda Bernama Rahma Patahkan Stigma tentang Perempuan Muslim
Foto oleh Gina Nero 

FYI.

This story is over 5 years old.

Film

Ikuti Kisah Petinju Muda Bernama Rahma Patahkan Stigma tentang Perempuan Muslim

Film pendek ‘Solibet’ menceritakan kehidupan Rahma, remaja perempuan 16 tahun, sebagai petinju. Dia sedang dalam misi pencarian jati dirinya.

Sebagai remaja Muslimah, Rahma sudah sering bertemu orang-orang yang berusaha melabeli dirinya. “Media menggambarkan perempuan Muslim sebagai kaum yang lemah dan tidak berhak memutuskan jalan hidupnya. Itu salah besar.” Berperan sebagai tokoh utama dalam film pendek Solibet garapan Tig Terera, pembuat film dari Melbourne, petinju muda yang masih 16 tahun ini berkesempatan mencari jati dirinya sendiri.

Iklan

“Dengan Solibet, kami bertujuan untuk menjelajahi sisi agresif. Menggambarkan pertentangan dengan cara yang indah,” kata Tig, yang bekerja sama dengan sinematografer Jessie Lane. Tig meminta Rahma bermain di filmnya karena tertarik menonton video boxingnya di Instagram.

Dia menganggap Rahma sangat cocok memerankan tokoh utamanya, yang bisa memberdayakan perempuan Muslim dan mematahkan stereotip tentang mereka selama ini. Rahma juga tertarik bermain dalam film Tig karena alasan yang sama. “Saat kami sedang mendiskusikan filmnya, saya pikir akan sangat bagus kalau bisa menggambarkan perempuan Muslim sebagai orang yang kuat karena bisa melakukan jenis olahraga ini. Selama ini, saya selalu diremehkan. Orang-orang juga membenci Muslim.”

Rahma, yang lahir dan dibesarkan di Australia dari keturunan Mesir-Muslim, mengatakan bahwa identitas adalah masalah utama yang dia hadapi saat beranjak dewasa. Dia tumbuh besar di bawah pengaruh Barat dan Timur Tengah. Hal ini kadang bisa membingungkan. “Saya merasa seperti orang Mesir dan Australia, tapi saya berusaha menutup-nutupi keturunan Mesir saya karena tidak ada orang yang memahaminya. Begitu juga di Mesir. Saya dianggap bukan orang Mesir karena tinggal di negara lain dan memiliki pandangan berbeda dari orang Mesir kebanyakan,” tuturnya.

Tig mengalami hal serupa. Dia lahir di Zimbabwe, tapi besar di Australia. “Pengalamanku dalam menghadapi masalah identitas rasial di Australia sangat memengaruhi pilihanku ketika memilih orang untuk bermain di filmku. Saya berusaha menggambarkan mereka dengan positif.”

Sebagai tokoh utama, Rahma mengajak kita untuk mengeksplorasi aspek-aspek baru dari masyarakat multikultural. Film ini bisa menyadarkan kita bahwa identitas mampu memberdayakan kita. “Identitas saya sulit digambarkan. Saya orang Mesir dan Australia. Saya beruntung tinggal di daerah yang menghargai budaya saya. Mereka tidak menganggap saya orang aneh. Saya memang masih mengalami diskriminasi, tapi itu tidak pernah memengaruhi hidupku.”

Artikel ini pertama kali tayang di i-D