Becandaan mesum di grup WhatsApp bapak-bapak bahwa stay at home bikin “corona negatif, istri positif” ternyata beneran dipraktikkan dong. Sejauh ini Cirebon, Tasikmalaya, Baubau, dan Mataram sudah melaporkan kenaikan angka kehamilan.
Merujuk prediksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), kebijakan menyuruh orang kerja dari rumah berkontribusi menaikkan angka kehamilan secara keseluruhan sampai 10 persen. Artinya, tahun depan kita diperkirakan akan menyambut 420 ribu bayi di Tanah Air.
Videos by VICE
BKKBN khawatir, soalnya besar kemungkinan mayoritas kehamilan selama pandemi ini tidak terencana. Jika kehamilan tak terencana itu terlalu dekat jaraknya dengan kelahiran sebelumnya, atau usia si ibu hamil masih terlalu muda, bakal ada risiko kesehatan yang menghantui. Jadi, mau enggak mau sosialisasi penggunaan kontrasepsi harus lebih dikencengin untuk menahan laju kehamilan ini.
Salah satu cara sosialisasi yang dilakukan ialah keliling pemukiman sambil mengimbau pakai megafon ala pedagang tahu bulat. Praktik kayak gitu, contohnya, dipakai BKKBN Bangka Belitung dan Dinas Kesehatan Semarang. BTW buat yang ngedit video, backsound-nya kudu Ruth Sahanaya banget ya?
Sayangnya, diskusi soal pemakaian kondom dan jenis kontrasepsi lain masih dianggap tabu di indonesia, baik karena alasan agama maupun semata dianggap vulgar. Ketika dilakukan terang-terangan lewat megafon di perkampungan, sebagian pengguna Internet meresponsnya dengan negatif. Salah satu komentator di Facebook menganggap kampanye kader BKKBN yang viral, “mengurusi selangkangan orang.” Ada juga yang menganggap imbauan itu “seperti kentut” atau “melanggar hukum agama.”
Saat dikonfirmasi mengenai video viral tersebut, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengakui, sebagian petugas di daerah berinisiatif menggelar kampanye naik mobil pakai megafon. Tak cuma itu, petugas di daerah juga memberi layanan door to door, berupa pembagian kondom dan pil KB, biasanya sekaligus bagi-bagi sembako sebagai ajang “jemput bola” agar warga mau menggunakan kontrasepsi.
“BKKBN punya sarana mobil pelayanan dan mobil penyuluhan yang memang kami harapkan bisa memberi penerangan kepada masyarakat. [Selain metode menggunakan megafon] itu banyak video-video lainnya sesuai kearifan lokal masing-masing daerah,” kata Hasto kepada VICE.
VICE turut menghubungi Kepala Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Provinsi Lampung Erismon, untuk mengonfirmasi adakah perintah menggelar kampanye keliling pakai megafon. Lewat sambungan telepon, Erismon menjelaskan kebijakan promosi kontrasepsi memang diwajibkan, tapi strategi penyampaian terserah petugas di lapangan.
“Caranya diserahin masing-masing daerah untuk berkreasi. Sebenarnya banyak, cuma yang viral kan yang megafon. Kalau di Lampung, BKKBN keliling ke tempat keramaian seperti pasar. Misalnya, kemarin ke Pasar Cimeng. Jadi, mobil kami berhenti di tempat ramai, lalu baru melakukan penyuluhan,” ujar Erismon kepada VICE.
Dari sosialisasi pakai megafon di lokasi berbeda tersebut, pesan yang disampaikan kurang lebih sama: nikah boleh, kawin boleh, hamil jangan. Biar aman, memakai kontrasepsi adalah solusinya.
Walau dari tadi yang jadi sorotan adalah hamil tak terencana, sebenarnya BKKBN juga mengimbau kehamilan terencana sekalipun tetap ditunda selama wabah. Takutnya, hal yang paling enggak diinginkan terjadi: ibu tertular Covid-19 ketika sedang hamil. Penjelasannya bisa ditonton di video berikut:
Karenanya, Hasto yakin komentar-komentar negatif di medsos tidak menggambarkan sikap masyarakat secara keseluruhan terhadap metode kampanye para penyuluh di lapangan. “Meskipun terkait himbauan tunda hamil juga ada yang mengkritik via medsos, tapi yang [sampai mengirim protes] resmi tidak ada,” ujarnya.
Lembaga Pengelolaan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) sempat mengkaji risiko tujuh juta kelahiran tidak direncanakan di seluruh dunia setelah pandemi berakhir. Indikasi serupa di Indonesia mulai terlihat.
Merujuk laporan Bisnis.com, BKKBN mencatat pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) sepanjang Maret turun drastis dibanding Februari. Penurunan ini jadi indikasi akan terjadi baby boom di Indonesia, sebab kemungkinan besar aktivitas seksual masyarakat di rumah masih aktif dilakukan.
Hasto pun berharap masyarakat yang resisten terhadap kontrasepsi, termasuk karena alasan agama, memahami alasan pentingnya penundaan kehamilan di masa sulit seperti sekarang. “BKKBN tidak melarang orang hamil tapi meminta menunda kehamilan. Setelah Covid-19 reda baru direncanakan, harapannya ya tiga bulan atau enam bulan lagi mudahan sudah aman,” ujarnya.
Kehamilan yang tidak direncanakan secara ilmiah memiliki beberapa kerugian.
Apabila dua kehamilan jaraknya berdekatan, maka peluang kurang gizi akan semakin tinggi dan membuat masalah kesehatan bagi ibu yang belum siap, seperti anemia dan defisiensi vitamin. Penundaan kehamilan juga krusial, karena terlalu tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang mencapai 305 perempuan dari tiap 100.000 ibu hamil, merujuk data tiga tahun lalu.
Di situasi normal tanpa wabah saja sebanyak 17-19 persen dari total kehamilan di Indonesia adalah kehamilan tak terencana. Pasti ngeri kalau sesudah generasi Z, kita malah menciptakan generasi baby boomer baru, yang bukan cuma harus berjuang dalam ekonomi yang ngos-ngosan, mereka juga enggak dapat bekal kesehatan fisik memadai sejak lahir.
Jadi, Bapak-bapak di provinsi mana pun Anda berada, bisalah dengerin kata Ridwan Kamil, “Mohon para suami rada diselowkan dulu, jangan digaskeun teuing.” Dua anak harusnya kan cukup. Yok bisa yok.