FYI.

This story is over 5 years old.

Sains

Pria Ini Rela Digigit Nyamuk 200 Kali Demi Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Maukah kalian mengikhlaskan kulit untuk ajang prasmanan parasit seperti Rafael Hernandez asal AS?
Foto oleh Mycteria/Getty Images

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Selama 10 menit, satu koloni nyamuk berpesta di lengan Rafael Hernandez. Kalaupun ada hal yang bisa membuat Hernandez betah melakukan ini, maka itu adalah kesadaran bahwa lengannya sudah diikhlaskan sebagai prasmanan parasit demi kemajuan ilmu pengetahuan, sebuah tujuan yang sangat mulia. Hernandez, seorang dokter anak dari Seattle, hanya salah satu dari sepuluh orang yang ikut serta dalam penelitian termutakhir yang diinisiasi oleh Center for Infectious Disease Research di Seattle guna membantu menciptakan vaksin malaria.

Iklan

Sampai saat ini, hampir setengah populasi dunia terancam terpapar Malaria. Di tahun 2015, 214 juta orang terjangkit malaria dan 438.000 orang di antaranya meningga karena penyakit itu, menyitir data yang dikeluarkan oleh World Health Organization.

Malaria menyebar ketika nyamuk betina—khususnya spesies Anophele—terinfeksi genus parasit yang dikenal dengan nama plasmodium, ujar Ashley Vaughan, seorang peneliti dari Center for Infectious Disease Research dan penulis penelitian tersebut. Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia. Parasit dari nyamuk masuk dalam aliran darah dan menyebar sampai ke hati. Di sana, parasit akan membentuk sel yang disebut hepatocyte. Selang seminggu, setelah melewati masa inkubasi, hepatocyte pecah dan menyebarkan malaria ke sekujur tubuh.

Pasca dijadikan bancakan oleh nyamuk, kondisi Hernandez kelihatan baik-baik saja seminggu kemudian. Ini membuat para peneliti sejenak merasa tenang. Nyamuk-nyamuk yang menggigiti lengan Hernandez dirancang secara genetis untuk membawa tipe malaria yang lebih lemah dan tidak dilengkapi oleh tiga gen penting—p52, p36, and sap1—hingga virus tak bisa menjangkit ke hati Hernandez, kata Vaughan.

Peneliti memodifikasi parasit dengan menggunakan teknologi tansfeksi. Lewat teknologi ini peneliti bisa mengambil tiga gen penting tersebut serta kode material genetis mereka langsung dari genome. ini artinya gen-gen tersebut dimusnahkan selamanya dan genome tak bisa bermutasi dan menggantinya, ujar Vaughan.

Iklan

"Penelitian menunjukkan bahwa parasit yang telah dilemahkan secara genetik sepenuhnya aman. Imunisasi yang berisi parasit tak akan memicu munculnya blood stage disease," kata Vaughan. "karena beberapa gen parasit sudah dihapus, parasitnya mati dalam tubuh dan tubuh memproduksi antigen. Anda pun punya sistem pertahanan dalam tubuh."

Walau tak satupun partisipan penelitian terkena blood-stage disease, mereka membutuhkan beberapa "dosis" vaksis—mirip seperti vaksin Hepatitis C—sebelum akhirnya mereka kebal malaria. Namun, hasil pemeriksaaan darah menunjukkan bahwa partisipan sudah membentuk antibodi anti malaria dalam tubuh mereka. Artinya, tubuh mereka bisa mengenali malaria dan mampu melawan paenyakit ini.

Sayangnya, keberadaan vaksin malaria yang digunakan secara luas mungkin baru muncul beberapa tahun ke depan. Salah satu alasannya adalah karena untuk menemukannya anda harus rela digigiti nyamuk seperti Hernandez.  (bahkan, butuh waktu lebih lama lagi untuk membuat vaksin suntik tradisional ).

Belum lagi, peneliti harus terlebih dahulu membuktikan bahwa vaksin yang dihasilkan juga manjur untuk semua orang. Untuk melakukan ini, rencananya Center for Infectious Disease Research akan melakukan trial besar-besar Juni mendatang.

Setelah tahapan ini dilalui, barulah mereka akan menguji coba vaksin di daerah rawan malaria yang cenderung sukar dilindungi daripada daerah bebas malaria.

Sambil menunggu, anda bisa baca dulu wawancara kami dengan Hernandez. Siapa tahu anda penasaran rasanya jadi bancakan nyamuk demi kemajuan sains.

Iklan

Pertanyaan pertama: kok bisa-bisanya kamu bersedia melakukan ini?
Vaksin telah menjadi salah satu intervensi kesehatan umum terhebat selama setahun ke belakang. Kita sampai saat ini belum punya vaksin malaria yang ampuh. Setelah mendengar keberhasilan percobaan strategi vaksin pada hewan, saya pikir vaksin ini berpeluang menyelamatkan ratusan ribu anak per tahun. Sebagai seorang dokter anak,  sudah jadi tugas saya untuk menjaga kesehatan anak di lingkungan saya.

Tapi, kamu pernah khawatir dengan konsekuensinya? kan percobaan vaksin penyakit berbahaya.
Tidak juga sih. Saya tahu vaksin ini dibuat dari virus malaria yang sudah dilemahkan. Saya juga tidak jeri jika darah saya harus diambil, jadi saya tak takut jika harus tes darah. Digigit nyamuk itu perkara kecil. Selang satu hari, saya selalu punya reaksi yang kuat. Kali ini, saya malah ketar-ketir akan seperti apa reaksi saya. Karena bekas gigitannya jadi bengkak dan gatal, saya jadi takut bagaimana jadinya kalau digigit ratusan nyamuk. Jadi, kalau mau jujur, rasanya aneh juga saya mau menggelontorkan tangan untuk digigit nyamuk.

Prosesnya seperti apa sih?
Nyamuknya ditempatkan di sebuah kotak bungkus masakan cina. Ada layar di atas kotak itu. Kami diminta menaruh lengan kami melewati layar dan menutupnya dengan handuk agar nyamuknya tetap terlihat. Awalnya, gigitannya cuma bikin gatal. Lama-kelamaan, makin menyengat. Tak tak begitu parah kok.

Gatal banget ya setelah itu?
Saya gampang merasa gatal makanya saya sempat ketar-ketir. Untuknya dampak gigitan nyamuknya cuma sementara. Saya menggunakan krim topical hydrocortisone, agar gatalnya bisa ditahan. Tapi, karena saya sangat reaktif, gigitannya bikin gatel. Jadi, kadang saya harus mengalihkan pikiran saya ke lain hal.

Lantas, tangan kamu bagaimana nasibnya?
Kulit lengan saya merah dan bengkak sesuai kotak penampung nyamuknya. Tapi, gatalnya baru hilang setelah sepuluh hari. Saya mau melakukannya lagi. Ini demi kemajuan sains.