Sampai Berapa Lama Manusia Bisa Hidup jika Semua Penyakit Dapat Disembuhkan?
Sumber gambar: Dean Hochman/Flickr.

FYI.

This story is over 5 years old.

Mari Berspekulasi

Sampai Berapa Lama Manusia Bisa Hidup jika Semua Penyakit Dapat Disembuhkan?

Inilah pertanyaan yang selalu jadi bahan spekulasi umat manusia sepanjang hayat.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Selama beberapa lama, penyebab kematian manusia di seluruh penjuru dunia sepertinya itu-itu saja, meski jenis penyebab yang populer bervariasi bergantung tempatnya. Penyakit jantung dan gangguan sistem pernafasan tetap jadi dua penyebab kematian paling tinggi, di mana pun itu. Sementara di negara-negara berkembang, penyakit yang menular karena infeksi seperti Malaria serta HIV/AIDS masih menjadi malaikat pencabut nyawa yang ditakuti.

Iklan

Tapi, bagaimana jika penawar semua penyakit mematikan itu berhasil ditemukan dan semua gangguan kesehatan itu bisa disembuhkan? Selama apa kita bakal bisa hidup, jika kita cuma bisa mati jika apes jadi korban kecelakaaan atau menderita cedera yang fatal?

Kalau menurut hasil kalkulasi website statistik Polstats.com sih, jika itu benar-benar terwujud, manusia rata-rata bakal hidup selama 8.938 tahun. Artinya, setiap insan manusia yang lahir dari zaman Neolitik bakal masih wara-wiri saat ini.

Untuk menjelaskan perhitungan mereka, website ini menyediakan simulasi interaktif tentang sebuah komunitas berisi 100 kepala. Dalam simulasi sini, anggota komunitas hanya menghembuskan nafas terakhirnya lantaran apes jadi korban kecelakaan. Malah, beberapa diskusi tentang situs ini di Reddit panjang lebar membahas salah satu anggota yang bisa hidup sampai 50.000 tahun.

Tentu saja, Polstats hanya situs yang bermain-main dengan statistik dan tak serius mengajukan klaim teruji secara ilmiah. Setidaknya metode yang digunakan dalam simulasi iseng ini masih kerap ditemukan dalam penelitian epidemiologi profesional
Katherine Keyes, Profesor Bidang Epidemiologi di Mailman School of Public Health, Columbia University, memastikan bahwa teknik dasar kalkulasi tipe kematian berdasarkan kemungkinan statistik terjadinya kecelakan seperti di simulasi Polstat valid secara ilmiah. Dia hanya mengkritik daftar penyebab kematiannya Polstat kurang lengkap. Alih-alih meributkan apa yang akan terjadi jika semua penyakit dapat disembuhkan, seorang epidemiolog lebih tertarik pada perubahan angka harapan hidup jika salah satu penyebab kematian bisa dienyahkan.

Iklan

"Ada beberapa penelitian menunjukkan salah satu penyebab utama ketertinggalan Amerika Serikat (dalam hal angka harapan hidup) dibanding negara sekalibernya adalah cedera, yang banyak dialami oleh generasi muda, seperti pembunuhan karena kepemilikan senjata, bunuh diri dan keracunan obat-obatan," ujar Keyes saat kami wawancara lewat telepon.

Yang dimaskud "cedera" dalam penjelasan Keyes adalah penyebab kematian di luar penyakit. Dalam simulasi Polstats, cedera dikategorikan sebagai penyebab "unnatural (nonalamiah)", sebuah terma yang dihindari oleh mereka yang meneliti masalah mortalitas. Keyes sendiri tak begitu tertarik membayangkan lonjakan angka harapan hidup. Kebanyakan risetnya banyak menyigi kenapa kelompok tertentu memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah.

"Tren dalam angka harapan hidup tengah bermasalah di Amerika Serikat," ujar Keyes. "Analisa terbaru mengungkap bahwa untuk pertama kalinya terjadi penurunan angka harapan hidup di kelompok demografis tertentu, terutama mereka yang menghuni kelas sosial ekonomi paling bawah. Angka harapan hidup memang mengalami kenaikkan, namun itu terbatas pada golongan kelas atas. Intinya, disparitas antara kaum papa dan kaum kaya makin lebar di sini."

Meski membayangkan manusia cuma bisa mati karena kecelakaan atau cedera itu kedengerannya asik, faktanya adalah masih banyak PR menanti sampai akhirnya kita bisa mengenyahkan semua penyakit dari muka bumi.

Klik di sini untuk berlangganan Science Solved It , seri terbaru Motherboard' misteri-misteri besar yang sudah dipecahkan dengan bantuan ilmu pengetahuan.