Sebuah improvisasi menarik dilakukan Bupati Banyumas Achmad Husein untuk beradaptasi dengan melonjaknya harga cairan pembersih tangan ( hand sanitizer) akibat panic buying. Husein memutuskan untuk bikin cairan sendiri. Indie banget. Sampai sini, semua masih masuk akal. Nah, yang bikin geleng-geleng, bakalan bahan dasar cairan adalah ciu.
Penyuplai ciu uji coba Husein diproduksi di Desa Wlahar, Wangon. Bagi yang enggak tahu, ciu adalah minuman beralkohol lokal hasil destilasi air tebu yang emang populer di Jawa Tengah.
Videos by VICE
“Ya, daripada dibuat untuk mabuk-mabukan. Dari Wlahar, dari mana saja. Saya kemarin bikin sendiri, sudah diujicobakan,” kata Husein dikutip Tirto. Cairan uji coba mengandung 96 persen alkohol, gliserin sebagai penghalus, dan hidrogen peroksida sebagai antiseptik. Untuk lebih mematangkan rencana, Husein udah mengontak Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan (Puspitek) di Banten. Cuma, resep hand sanitizer banyumasan ini mengatakan masih perlu penyempurnaan karena kadar alkohol perlu ditingkatkan biar efektif bunuh kuman.
“Saya sudah koordinasi dengan Puspitek untuk meningkatkan kadar alkohol antara 70 persen hingga 90 persen, lagi dibuatkan alatnya. Dalam waktu dekat sudah bisa direalisasikan,” imbuh Husein dilansir Kompas. Kalau udah berhasil diproduksi massal, cairan pembersih tangan dari ciu ini akan dibagikan gratis.
Saat ini tercatat di Desa Cikakak dan Wlahar, ada 210 produsen miras tradisional yang mampu menghasilkan 9-10 liter ciu per minggu. Padahal, Perda Banyumas No. 32/2015 menyatakan tidak diperbolehkan ada peredaran minuman keras di wilayah ini. Makanya, selama ini ciu kerap disita aparat. Sekarang, menghadapi pandemi virus corona, ciu diharap jadi penyelamat. Indahnya roda kehidupan.
Tulisan ini kurang berkesan tanpa reaksi netizen. Macem-macem deh.
Mengikuti semangat indie sang bupati, Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung, drg. Adhi Supriadi juga punya resep hand sanitizer-nya sendiri. Kata doi sih bahannya simpel: alkohol kadar 70 persen dan essential oil 5 persen.
“Kalau yang digunakan alkohol 70 persen, kira-kira campuran lainnya sekitar 5 persen saja. Kenapa harus dicampur essential oil? Karena kalau hanya alkohol bisa-bisa membuat iritasi kulit dan menyebabkan kuit kering,” kata Adhi dikutip Radar Tegal.
Kalau alkohol yang dipakai berkadar 99 persen, maka campuran jadi lebih banyak, misalnya dengan menambah daging lidah buaya. Setelah dicampur, cairan tinggal dimasukkan ke botol spray untuk siap digunakan.
Netizen juga enggak mau kalah solutif. Di Twitter kemudian bertebaran metode pembuatan cairan pembersih tangan versi masing-masing.
Melihat semua inisiatif tersebut, Dekan FKUI Prof. Ari Fahrial Syam mencoba menegur netizen. Ari meminta masyarakat enggak sotoy bikin cairan pembersih tangan sendiri. Soalnya, menurutnya, bikin hand sanitizer tuh enggak sesederhana itu, ada rumus dan komposisinya. Kalau enggak punya pengetahuan, mending enggak usah sok ide karena bisa berbahaya.
“Saya enggak menganjurkan teman-teman yang bikin sendiri. Ada risikonya, pertama ada komposisinya, ada hitungannya. Itu (bikin sendiri) malah berisiko,” kata Ari dikutip Detik.
Duh, jangan sampai deh muncul kubu-kubuan yang pro hand sanitizer indie dan yang engga.