Dunia kripto kembali menjadi sasaran peretasan, kali ini menimpa bursa kripto terdesentralisasi Maiar (Maiar DEX) yang kehilangan aset senilai $113 juta (setara Rp1,6 triliun).
Berita ini dikabarkan langsung oleh pendiri dan CEO Maiar, Beniamin Mincu, melalui akun Twitter pribadinya pada Minggu waktu setempat. Menurutnya, tim sedang “menyelidiki serangkaian aktivitas mencurigakan di Maiar DEX.” Usut punya usut, peretas telah membobol sistem keamanan bursa yang menyebabkan kripto Elrond (EGLD) senilai triliunan Rupiah raib dalam sekejap.
Videos by VICE
Mincu menjelaskan soal insiden tersebut dalam utas Twitter keesokan harinya. Ia mengungkapkan peretas “menemukan bug, lalu mengeksploitasinya”. Tim developer Maiar DEX dikatakan masih berusaha memulihkan bursa ketika utas ini diunggah. Bursa langsung berhenti beroperasi begitu terjadi peretasan, lanjutnya.
Berdasarkan temuan peneliti blockchain yang dikenal sebagai Foudres, hacker menggondol 1.650.000 EGLD, yang nilainya dalam dolar sekitar 113 juta pada saat terjadi pencurian. Mereka menguras aset pakai tiga dompet, lalu menjualnya sebanyak 800.000 EGLD. Foudres berujar, hal ini membuat nilai tukar EGLD merosot tajam dari $76 (Rp1,1 juta) menjadi $5 (Rp72 ribu).
Namun, Mincu mengklaim “sebagian besar dana yang dicuri telah dikembalikan, atau akan ditanggung oleh Elrond Foundation. Itu artinya dana sudah aman & akan tersedia lagi setelah di-restart.”
Tidak dijelaskan secara detail bagaimana developer mengembalikan kripto yang dicuri. Tak diketahui juga mengapa peretasannya bisa terjadi. Mincu hanya memberi tahu, timnya telah melakukan dua upgrade “mainnet”, yang biasanya diartikan sebagai peluncuran blockchain versi baru. Pada Selasa pagi, provider staking Everstake mengumumkan lewat twit, telah memperbarui node-nya ke versi baru Elrond.
Diluncurkan pada 2020, blockchain Elrond, yang menjalankan Maiar, memproklamirkan diri sebagai scalable yang unik. Yang membedakan bursa-bursa DEX dari bursa terpusat seperti Coinbase yaitu DEX menggunakan kontrak pintar. Biasanya tidak ada buku pesanan terpusat yang akan mencocokkan pesanan di antara pengguna, yang sebaliknya bertransaksi menggunakan kumpulan likuiditas yang disediakan pengguna dengan algoritma yang menentukan harga. Namun, insiden-insiden yang menimpa DEX membuktikan masih ada kekurangan dari jenis bursa ini.
Baik pihak Maiar maupun Mincu tidak menanggapi permintaan kami untuk berkomentar.
Kasus peretasan kripto yang terjadi sebelum ini, tepatnya pada Mei 2022, menyebabkan kerugian sebesar $1,6 miliar (Rp23 triliun).