Satu keluarga di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, sempat dikira tetangga kerasukan massal karena mempraktikkan ilmu hitam, Sabtu 9 Mei lalu. Kekerasan pertama kali dilakukan Kepala keluarga ini, berinisial D, 50 tahun, yang sehari-hari bekerja sebagai petani. Dia mengamuk di depan rumahnya, menyandera tiga orang tetangga. Salah satu sandera dibacok dengan badik hingga terluka.
Salah satu sandera yang berhasil meloloskan diri kemudian melapor ke polisi karena melihat ada mayat dalam rumah itu. Polisi kemudian datang untuk meringkus penghuni, namun mendapat perlawanan dari semua penghuni. Salah satunya dari istri D yang terus menjerit. Dimulai pada tengah hari, polisi baru berhasil membekuk semua penghuni rumah pada pukul 17.30 WITA.
Saat menyisir rumah, polisi kemudian menemukan mayat R, gadis 18 tahun putri kandung D. Dari pemeriksaan, diketahui bahwa korban dibunuh secara sadis dengan cara digorok dengan parang dan dipukuli kayu oleh kedua kakak lelakinya. R dibunuh setelah dalam interogasi keluarga, ia mengaku telah menjalin hubungan dengan sepupunya sendiri, U, 45 tahun.
Adapun U adalah sandera yang dibacok D pada keributan Sabtu siang tersebut. Pembunuhan R dilakukan atas sepengetahuan penghuni rumah, yakni D, istrinya, anak dan menantu, serta dua cucu yang masih kanak-kanak. Total, ada 12 orang yang tinggal di rumah tersebut.
Pemeriksaan polisi tersebut mengoreksi dugaan yang tersebar di masyarakat sebelumnya, bahwa R dibunuh sebagai tumbal praktik ilmu hitam.
"Korban dibunuh karena siri', korban berhubungan dengan Usman alias Sumang yang masih sepupu dengan korban. Akhirnya keluarga malu karena korban Rosmini ini berbuat atau berhubungan badan dengan Usman," demikian keterangan Kapolres Bantaeng AKBP Wawan kepada Detik, Senin (11/5).
Polisi telah menetapkan kedua kakak korban sebagai tersangka. Pasal yang disangkakan adalah pasal penganiayaan dan kekerasan kepada anak. Sementara sang ayah, D, sejauh ini hanya menjadi saksi.
Gosip bahwa keluarga ini melakukan praktik ilmu hitam muncul karena ada desas-desus, tetangga sudah melihat korban dan seorang kakak perempuannya tampak aneh dan berbicara melantur, dua hari sebelum keributan itu terjadi. Namun, polisi membantah rumor tersebut.
"Masalah lain seperti pesugihan dan segala macam itu tidak ada. Kita sudah cek rumah itu tidak ada. Terus ada [isu] ditemukan mangkok berisi darah, itu tidak ada," kata Wawan kepada Bukamatanews. Polisi akan mendatangkan psikiater untuk memeriksa kondisi jiwa pelaku yang tega menggorok saudara kandungnya sendiri.
Pembunuhan untuk menjaga nama baik keluarga (honor killing) lebih lazim muncul di kawasan Asia Selatan, seperti Pakistan dan Bangladesh. Di Indonesia, kasus semacam ini cukup jarang. Konsep budaya siri' yang disitir polisi lebih terkait rasa malu dan pentingnya seseorang menjaga marwah dan harga diri dari tindakan tercela. Meski begitu, siri', sebagaimana carok di Madura, memang kadang berakhir dengan kekerasan berdarah. Namun sejauh ini data untuk mengaitkan kekerasan atau pembunuhan dengan motif tradisi itu sulit dikuantifikasi.