Anjing

Anjing Galak Makin Banyak, Salah Siapa?

Belakangan ini, banyak sekali beredar video anjing menyerang manusia. Kira-kira kenapa ya, binatang setia seperti anjing bisa jadi buas?
GettyImages-1455704244
Foto: Nabanita Das/Getty Images

Anjing telah mendampingi manusia belasan ribu tahun lamanya. Berkat kesetiaannya, binatang itu dirawat layaknya keluarga sendiri. Bahkan sampai ada orang berambisi menuju peristirahatan terakhir bersama anjing piaraannya ketika kelak mereka tutup usia.

Namun, anjing tak selamanya dianggap sahabat. Ada pula yang berpendapat hewan bertaring satu ini pantas dibunuh jika mengancam nyawa kita. Kebencian tersebut tampaknya makin menjadi-jadi, menyusul tingginya kasus anjing serang manusia belakangan ini.

Iklan

Dalam dua bulan terakhir, sedikitnya empat orang anak dilaporkan tewas digigit anjing di beberapa daerah di India. Yang terbaru, terjadi hari ini, 14 Juni 2023, pada anak balita yang bermain di depan rumahnya di Agra, negara bagian Uttar Pradesh. Masih di negara bagian yang sama, penduduk kota Aligarh sempat resah mendengar kabar ada warga yang diterkam kawanan anjing liar pada pertengahan April lalu. Video yang merekam peristiwa mengenaskan itu tersebar luas di media sosial.

Bukan cuma di India, kemunculan anjing gila juga meneror masyarakat Indonesia. Balita perempuan di Buleleng, Bali, diduga meninggal tertular rabies pada Minggu (11/6) lalu. Penyebabnya karena tangan kiri anak itu digigit anjing peliharaan, namun ia diobati seadanya di rumah. Melihat luka yang tidak besar, kedua orang tuanya mengira buah hati mereka akan baik-baik saja. Sementara itu, anjing milik mereka langsung dibunuh oleh sang ayah.

Sepanjang enam bulan ini saja, angka kasus gigitan anjing rabies terpantau terus mengalami peningkatan di berbagai daerah. Di Kalimantan Barat, totalnya saat ini ada 1.931 orang yang terinfeksi penyakit rabies, dan 11 di antaranya meninggal dunia. Virus ini juga telah menewaskan sedikitnya enam korban jiwa di Nusa Tenggara Timur.

Iklan

Maraknya kasus serangan anjing merupakan dampak negatif dari pertumbuhan populasinya yang tak terkendali. Jumlah anjing liar di India diperkirakan mencapai 15 juta ekor, sedangkan di Indonesia, belum diketahui pasti berapa banyaknya anjing yang berkeliaran di jalanan. Di Denpasar sendiri, tercatat ada lebih dari 89.000 ekor anjing per Januari kemarin. Totalnya mencakup anjing peliharaan dan yang hidup liar.

Sterilisasi adalah cara terbaik mencegah terjadinya overpopulasi, dibarengi pemberian vaksin pada anjing. Akan tetapi, upaya pengendalian ini merepotkan. Banyak sekali anjing yang harus dikebiri dan divaksin, sehingga prosesnya sangat menyita waktu dan biaya yang besar. Sumber daya yang tersedia pun terbatas. Karena itulah, membasmi anjing liar dijadikan jalan pintas untuk menuntaskan masalahnya.

Meski sekilas terlihat praktis, para ahli menyebut metode brutal ini bukanlah solusi jangka panjang mengontrol populasi anjing. Dan sebetulnya, pemicu utama anjing berubah agresif terletak pada diri kita sendiri, para manusia.

Iklan

Rendahnya kepedulian masyarakat 

Anupama Kalra mengelola tempat penampungan anjing di Gurgaon, pusat industri yang terletak di sebelah barat daya ibu kota New Delhi. Kota satelit ini dikelilingi gedung pencakar langit. Mayoritas penduduknya tinggal di apartemen.

Kalra rutin memberi makan anjing liar, serta mencarikan rumah baru bagi anjing-anjing yang dirawat di tempat penampungannya. Namun, aktivitasnya ditentang habis-habisan oleh anggota Resident Welfare Associations (RWA) dan Apartment Societies, dua paguyuban yang menaungi masyarakat perkotaan di India.

“Anggota RWA penyebab terbesarnya. Mereka mempersulit kami saat hendak memberi makan dan menangkap anjing liar di daerah tempat tinggal mereka,” tandasnya. 

Menurut Kalra, anggota paguyuban sering merusak wadah yang sudah ia sediakan untuk menampung sisa-sisa makanan. Tak sedikit pula yang membuang makanannya, dan memukul anjing-anjing yang mencari makan di sana. 

“Bahkan ada yang sengaja menabrak anjing dengan mobil,” ujarnya. Alhasil, anjing liar di wilayah tersebut kelaparan, dan menyerang balik manusia karena takut dan merasa terancam.

“Padahal, anggota paguyuban bisa saja bergotong royong merawat anjing liar. Mereka dapat menyisihkan iuran untuk memberi makan, memvaksin dan mensterilkan anjing-anjing yang ada di tempat tinggal mereka,” Kalra melanjutkan.

Manfaat sterilisasi tidak sebatas menghindari anjing beranak pinak. Hewan jauh lebih tenang sesudah disteril, terutama pada anjing jantan. Sementara itu, vaksinasi bertujuan menjaga kesehatan anjing yang berkeliaran di jalanan. Dan ketika makanannya terpenuhi, anjing tidak akan mendatangi rumah-rumah warga untuk mencari makan.

Iklan

Perilaku anjing mencerminkan pemiliknya

“Tapi, kan, anjing rumahan juga bisa agresif…”

Memang betul. Animal communicator Asha Arun tidak menampik fakta tersebut. Namun, tahukah kamu, cara pemilik berinteraksi dengan hewan peliharaan dapat memengaruhi sifatnya. 

“Anjing menirukan tindakan majikan sebagai bentuk komunikasi. Jadi kalau pemiliknya kasar, anjing pun akan kasar,” ungkap Arun. Sama seperti kucing, hewan ini dapat merasakan manusia di dekatnya suka anjing atau tidak. Dengan demikian, anjing akan menggonggong dan bersikap lebih agresif ketika ada yang berniat buruk padanya.

“Anjing juga membaca bahasa tubuh manusia, dan yang terakhir, memahami cara manusia mengajaknya berbicara,” imbuhnya.

Arun menyebut sifat galak bisa muncul jika anjing merasa ada yang menyusup ke wilayah kekuasaannya. Walau umumnya terjadi pada sesama anjing, hewan juga bersikap waspada di hadapan orang asing. “Pada saat didekati orang yang tidak dikenal, anjing langsung menggonggong dan mengendus mereka untuk mengenali baunya. Kamu mesti tenang ketika diendus, atau memberi snack kepadanya, supaya anjing tahu kamu orang baik,” ujar Arun.

Selanjutnya, cara majikan melatih anjing juga berperan besar dalam membentuk perilakunya. Pemilik dapat memunculkan sifat agresif pada anjing, terutama kalau mereka salah mengartikan tindakannya. “Contohnya, kamu menarik tali lebih kencang karena khawatir anjingmu akan menyerang orang lain. Anjing lalu mengartikannya sebagai rasa takut terhadap orang itu. Anjing menjadi ‘galak’ untuk mengambil alih situasi,” tuturnya.

Iklan

Sejumlah penelitian telah menunjukkan kesalahan manusia sebagai penyebab anjing menggigit orang. Faktor-faktor lain yaitu emosi manusia ketika berada di dekat anjing, dan cara mereka memperlakukan anjing sebelum terjadinya serangan.

Penting bagi masyarakat, terutama yang tinggal di lingkungan perkotaan, untuk mempertimbangkan semua yang telah dijabarkan di atas dalam menghadapi masalah populasi anjing jalanan.

Kebijakan kurang memperhatikan kesejahteraan hewan

Negara-negara seperti Indonesia dan India sudah mempunyai undang-undang yang mengatur kesejahteraan hewan. Tapi sayang, baik pemerintah maupun anggota masyarakat masih abai dalam penerapannya. “Permasalahan hewan telantar dapat teratasi jika pejabat mengambil langkah yang lebih manusiawi, dan tidak melihatnya sebagai masalah yang harus dibasmi,” terang urban planner Madhav Raman. 

Operasi razia anjing dan kucing liar kerap digelar dalam rangka mencegah penyebaran virus rabies. Tapi sayang, penangkapannya terkadang dilakukan sembarangan tanpa memperhatikan keadaan hewan-hewan itu. Kemudian muncul pertanyaan lain, seperti apa nasib kucing dan anjing liar setelah ditangkap? Hewan-hewan itu akan dikemanakan? Apakah ditaruh di tempat penampungan, atau malah dibunuh?

Memang, banyak pemkot sudah mulai menyeriusi program sterilisasi dan vaksinasi untuk anjing jalanan. Namun, tanpa adanya kepedulian untuk melindungi hewan dan memberi rasa aman kepadanya, kasus binatang agresif akan selalu menghantui manusia. Ujung-ujungnya, ‘anjing gila’ ditembak juga.

FollowZeyad Masroor Khan di Instagram dan Twitter.