teknologi

Lukisan Ciptaan AI Menang Lomba Seni, Memicu Perdebatan Panas Para Seniman

Karya bertajuk “Théâtre D'opéra Spatial” dibuat dengan software Midjourney, menang lomba lukis di AS. Penghargaan ini memicu perdebatan sengit apakah seni harus sepenuhnya dibuat manusia.
Lukisan Dibuat aplikasi Midjourney berbasis kecerdasan buatan menang lomba seni Colorado memicu perdebatan seniman
Tangkapan layar lukisan buatan kecerdasan buatan yang menang lomba seni di Colorao. Sumber: Discord.

Melalui aplikasi pesan instan Discord, lelaki dengan nama pengguna Sincarnate memamerkan prestasinya di kompetisi seni rupa Colorado State Fair pada Senin (29/8) waktu setempat. “Saya menang juara pertama,” demikian bunyi chat-nya, yang disertai foto lukisan kanvas yang terpajang di pameran.

Namun, lukisan bertajuk “Théâtre D'opéra Spatial” bukanlah ciptaan tangannya sendiri. Warga AS yang bernama asli Jason Allen itu menghasilkan gambar pakai bantuan Midjourney, perangkat lunak disokong kecerdasan buatan (AI), yang menghasilkan gambar berdasarkan deskripsi teks.

Iklan

Keterangan di situs pameran menyebut karyanya memenangkan kategori seni digital. Harus diakui, “Théâtre D'opéra Spatial” sekilas terlihat seperti lukisan asli. Gambarnya memberi kesan seolah-olah objek di dalamnya tengah menikmati opera luar angkasa. Sosok klasik di aula bergaya Barok menatap ke arah lingkaran besar yang bermandikan sinar matahari.

Kemenangan Allen sontak menuai kontroversi di kalangan seniman dan pencinta seni, beberapa menuding tindakannya akan mematikan sektor pekerja kreatif.

“TL;DR — Ada orang mengikuti kompetisi seni pakai gambar ciptaan AI dan dia menang juara pertama,” bunyi twit seniman Genel Jumalon yang viral di Twitter. “Kacau banget emang.”

“Akhir bakat seni sudah semakin dekat,” tandas pengguna Twitter OmniMorpho saat menjawab twit Jumalon. “Kalau pekerjaan kreatif saja tidak aman dari mesin, itu artinya pekerjaan dengan keterampilan tinggi pun juga dalam bahaya. Lalu apa yang tersisa untuk kita nantinya?”

“Saya sadar ini akan menjadi kontroversi,” ungkap Allen dalam server Discord Midjourney pada Selasa. “Betapa menarik melihat semua orang yang anti karya seni AI di Twitter malah menyepelekan aspek manusiawi dari karya ini! Kedengarannya munafik banget, kan?”

Iklan

Menurut Allen, lukisan ini bisa memenangkan penghargaan berkat idenya yang ia salurkan dalam bentuk deskripsi teks. “Saya telah mengeksplorasi prompt spesial yang akan saya terbitkan di kemudian hari, dan telah menciptakan ratusan gambar menggunakan prompt itu. Setelah berminggu-minggu mengutak-atik generator, saya memilih tiga [karya] teratas dan mencetaknya di atas kanvas. Itu pun baru bisa dicetak setelah saya meningkatkan kualitasnya dengan Gigapixel AI,” demikian bunyi postingan yang diunggah Allen sebelum pemenang diumumkan.

Allen mengatakan, orang-orang mengkritik karyanya karena cara pembuatannya yang tidak biasa. Namun, dia yakin suatu saat nanti, dunia seni akan mengakui keberadaan karya cipta AI. “Bagaimana kalau kita melihat dari sisi ekstrem yang lain? Bagaimana kalau seniman melakukan serangkaian pengekangan yang rumit untuk menciptakan suatu karya, misalnya seperti melukis sambil jungkir balik dan dicambuk?”

“Haruskah karya seninya dinilai berbeda hanya karena proses pembuatannya tidak seperti cara ‘normal’?”

Kalangan seniman di seluruh dunia telah mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait teknologi AI yang dikembangkan untuk menirukan karya seni tradisional. Penulis Atlantic Charlie Warzel viral setelah menerbitkan edisi newsletter dengan gambar Alex Jones, penganut teori konspirasi terkemuka di AS, yang diciptakan oleh Midjourney. Banyak orang menyayangkan kenapa publikasi sebesar Atlantic lebih mengandalkan AI untuk menciptakan suatu karya seni, padahal ada banyak seniman berbakat di luar sana yang mampu menciptakan hal serupa.

Iklan

“Semakin banyak teknologi yang digunakan untuk membuat miliarder semakin kaya, tapi tampaknya tidak cukup menguntungkan publik,” kartunis Matt Borrs memberi tahu Warzel dalam artikel lanjutan. “Karya AI menjadi salah satunya. Mungkin ini hal yang keren bagi pengembang dan pencinta teknologi. Tapi bagi ilustrator, tindakan ini sangat mengecewakan karena rasanya seperti kamu menyepelekan tenaga ilustrator.”

Allen mengaku karyanya sudah dilabeli sebagai “Jason Allen via Midjourney”. Dia lagi-lagi menegaskan telah mengerahkan tenaga yang cukup besar untuk memproduksi karya tersebut. “Saya menghasilkan gambar dengan MJ, mengeditnya pakai photoshop dan meningkatkan kualitasnya pakai Gigapixel.”

Terlepas dari kontroversi yang mengiringinya, Allen mengaku tak akan gentar memperkenalkan karya ciptaan AI ke dunia seni. “Saya tidak akan menyerah,” tuturnya. “Kemenangan ini justru semakin memperkuat misiku.”

Motherboard telah menghubungi Allen untuk mendengar pendapatnya. Namun, ia mengaku sedang dalam perjalanan darat yang membutuhkan waktu 12 jam.