penelitian

Mengenang Koko, Satu-Satunya Gorila yang Bisa Memahami Bahasa Manusia

Penelitian tentang kemampuan kera memahami bahasa isyarat manusia memicu perdebatan panas, yang masih memengaruhi dunia ilmiah sampai seka
Profil Koko Satu-Satunya Gorila di Dunia Bisa Memahami Bahasa Manusia
Ilustrasi "A Show About Animals", seri podcast terbaru VICE 

Gorila betina bernama Koko mati pada 2019, tapi kecerdasannya masih dikenang banyak orang. Semasa hidup, Koko kerap menjadi sensasi karena bisa mengeluarkan dompet Robin Williams dari kantongnya, menggendong anak kucing dan memainkan bass milik Flea, anggota Red Hot Chili Peppers. 

Iklan

Namun, satu hal istimewa darinya yaitu Koko diyakini memahami bahasa isyarat manusia. Koko merupakan salah satu kera besar pertama yang belajar bahasa isyarat. Berkatnya, kita para manusia dapat memahami rasanya “berbicara dengan binatang” — seperti Nabi Sulaiman atau Doctor Dolittle.

“Ini pekerjaan impian saya,” ungkap Penny Patterson, psikolog yang melatih Koko, kepada VICE News. Dia merasa tugasnya “bisa memberi kontribusi yang kuat terhadap pengetahuan mengenai nenek moyang kita dan keterkaitan kita dengan kera besar.”

Namun, kisah Koko jauh lebih rumit dan menyedihkan dari yang kita kira. “Koko memang hebat, tapi saya bersyukur cuma ada satu yang sepertinya,” tutur Ann Southcombe, yang menjalankan Proyek Koko pada akhir 1970-an. “Koko mengorbankan sifat-sifat gorilanya demi proyek itu. Saya patah hati melihatnya.”

Di musim pertama podcast terbaru “A Show About Animals”, VICE News mengajak pendengar menyelami sejarah studi bahasa kera pada 1970-an—penelitian yang menunjukkan manusia bukan satu-satunya makhluk yang bisa menggunakan bahasa. Namun, ilmuwan akhirnya terlalu fokus melatih binatang agar bertingkah layaknya manusia. Hasilnya bisa berbahaya baik bagi hewan itu sendiri maupun hubungan kita dengan alam.

“Kita memproyeksikan sifat-sifat manusia pada hewan. Karena itulah Doctor Dolittle terkenal. Karena itu jugalah kita memiliki banyak cerita tentang hewan berbicara,” Herbert Terrace menegaskan. Profesor psikologi Universitas Columbia ini pernah melatih kera bernyanyi, Nim Chimpsky.

Iklan
Lelaki menggendong kera hitam yang mengenakan pakaian seperti manusia

Profesor Herbert S. Terrace menunjukkan tangan ke arah dirinya ketika kera Nim Chimpsky menggelitikinya. (Susan Kuklin/Science Photo Library)

“A Show About Animals” mendalami kisah Koko, serta persaingan ilmiah yang memecah belah seluruh bidang penelitian dan kekacauan yang terjadi setelahnya — dari perlakuan buruk yang dialami Nim Chimpsky sepanjang hidupnya hingga kontroversi seputar Proyek Koko.

Koko dicintai khalayak seluruh dunia. Akan tetapi, di balik semua momen mengharukan tentangnya, ada perdebatan lebih besar yang masih memengaruhi sains saat ini.

“Bayangkan pada 2020 kalian memutuskan untuk mendalami apa yang telah memicu perdebatan panas 40 tahun lalu,” ujar Federico Rossano, ilmuwan kognitif di UC San Diego yang mempelajari anjing “berbicara” dengan cara memencet tombol yang memainkan kata-kata yang telah direkam sebelumnya, seperti bintang TikTok Bunny dan Stella. Kegagalan Proyek Koko masih berdampak pada penelitian hewan hingga hari ini.

“Begitu orang mendengar tentangnya, banyak yang menghubungiku dan memperingatkan untuk hati-hati. Berhati-hatilah dengan apa yang kalian hadapi.”

Akan tetapi, masih ada yang penasaran: Bisakah kera belajar bahasa manusia? Apakah itu beneran terjadi? Apakah orang yang fasih Bahasa Isyarat Amerika juga memahami kera-kera ini? Ataukah ilmuwan yang melatih hewan itu berharap terlalu tinggi? Mungkinkah ilmuwan tersesat dalam mimpi yang mereka ciptakan?

Dengarkan podcast “A Show About Animals” di Spotify dan aplikasi lainnya lewat tautan berikut: